Air mata mengalir disudut mata Chandra saat melihat nisan bertuliskan nama Yunita Irawan dihadapannya. Yandi tidak membohonginya. Tanggal yang tertulis di makam itu tanggal seminggu setelah hari dimana mereka seharusnya menikah. Chandra berjongkok untuk meletakkan bunga marigold kesayangan Yunita.
Dia menatap nisan itu dalam diam, semua kenangan dengan wanita itu tiba-tiba saja muncul dalam ingatannya. Semuanya adalah kenangan yang begitu manis. Tidak pernah dia bayangkan kalau dia akan kembali bertemu Yunita dalam keadaan seperti ini, Chandra tertunduk dan mulai menangis dengan perasaan sedih yang tidak terbendung.
"Maafkan aku, maafkan aku. Aku sangat bodoh. Aku terlalu bahagia karena akan segera menikah denganmu sampai-sampai tidak menyadari kalau kamu sedang sakit," Chandra terisak.
"Aku minta maaf karena telah membencimu selama ini dan maaf karena terlambat menemuimu."
'"Chan, apapun yang terjadi, kamu harus ingat bahwa aku sangat mencintaimu." Yunita menatap Chandra dengan wajah serius tanpa senyum hangat yang biasanya menghiasi wajahnya.
"Ada apa denganmu hari ini?" Chandra memalingkan wajahnya karena malu. Baru kali ini Yunita menyatakan cinta padanya dengan begitu tegas dan serius."Tidak apa-apa, aku hanya ingin mengatakan aku cinta padamu," Yunita terlihat berpikir lalu memeluk kekasihnya itu begitu erat. Chandra balas memeluk Yunita sama eratnya, dan tanpa pria itu sadari, Yunita menangis dalam diam.'
Sherly baru saja selesai berkonsultasi dengan dokter Pambudi yang di rekomendasikan oleh Chandra sebelumnya. Dengan langkah berat dia keluar dari ruangan dokter dan terus berjalan tak tentu arah menuju keluar dengan kepala terus tertunduk.
Sudah tidak ada harapan, batinnya. Mata Sherly berkaca-kaca. Dengan punggung tangannya Sherly berusaha menghapus air matanya tepat saat seseorang menubruknya hingga terjatuh. Kertas-kertas hasil pemeriksaan dan resep obat berhamburan dari map kertas yang dia bawa.
Tania terkejut, karena berlari dengan tergesa-gesa dia akhirnya malah menabrak seseorang. Kertas-kertas milik orang tersebut berhamburan ke lantai. Dengan cekatan Tania segera memunguti kertas milik orang yang ditabraknya itu, dan tanpa sengaja melihat tulisan di berkas pemeriksaan kesehatan tersebut.
"Maaf karena sudah menab...rak...mu," Tania menyelesaikan kalimatnya dengan suara yang samar. Matanya membola saat melihat siapa yang dia tabrak barusan. Calon istri Willy? Sherly tidak kalah terkejutnya dengan Tania, dia mengenali wanita tersebut meski mereka baru bertemu satu kali.
"Tidak apa-apa. Saya yang salah karena berjalan sambil menunduk," Sherly menggeleng sambil tersenyum lemah. Tania menatap Sherly lalu beralih menatap map berisi kertas yang tadi dia punguti. Apakah wanita ini sakit? pikirnya.
"Apa kamu baik-baik saja? Kamu terlihat pucat," tanya Tania.
Sherly mengangguk lalu pamit pada Tania. Tania menatap punggung Sherly kemudian dia memanggil wanita itu. "Tunggu sebentar."
"Apa kamu ada waktu? Mau... minum kopi?" tanya Tania membuat Sherly menoleh. Dia bertanya-tanya apakah yang dimaksud wanita itu adalah dirinya dan Tania terlihat mengangguk.