Di pagi hari Anna terbangun dengan kaget, begitu melihat Daniel tidak berada disampingnya dia mencari kedalam kamar mandi namun tidak menemukan Daniel. Akhirnya dia berjalan keluar kamar untuk mencarinya, tetapi dia melihat Daniel dan Maudi tampak sangat mesra sedang tertawa didapur.
"Pagi, kau sudah bangun sayang?kalau begitu duduklah sarapan bersama, dan cicipi bagaimana rasa masakan Maudi." sapa Daniel sambil melirik kearah Maudi menunjukan tatapan yang mendalam kepadanya.
"Apa lagi ini? Kenapa suamiku kelihatan jauh lebih mesra kepada sekertarinya ketimbang diriku? Argh, mungkin aku salah tanggap akan semua ini. Tentu sajalah mereka akrab, mereka kan sudah lama saling mengenal. Tentu saja ini hanya hubungan antara boss dan sekertaris." batin Anna menepis jauh jauh pikiran tersebut.
Anna langsung duduk dan menyantap sarapan bersama mereka, tetapi Daniel tidak duduk disampingnya dia malah memilih untuk duduk disebelah Maudi sambil membahas beberapa hal yang tidak penting.
Anna tidak mengatakan apapun tentang hal itu, dia hanya diam saja sambil memperhatikan tingkah laku mereka berdua. Didalam lubuk hatinya, dia sungguh sangat kecewa dengan Daniel.
"Sayang...kami berangkat dulu yah, kamu hati hati yah berangkat kuliahnya. Hubungi Maudi jika kau ingin mengatakan sesuatu hari ini, karena jadwal meetingku sungguh sangat banyak. Untuk itu aku tidak bisa merespon panggilan apapun dari handphoneku. Oke." jelas Daniel sembari mengecup kening Anna dan berlalu pergi.
"Benarkah jadwal meetingnya sangat banyak hari ini? Padahal setelah kepergiannya selama 5 hari aku sangat ingin mengajaknya untuk pergi jalan jalan, tapi dia malah sangat sibuk dengan meetingnya. Sudahlah, urungkan saja niatku ini. Mungkin dilain waktu aku akan mengajaknya."
Tidak mungkin bagimu dilain waktu untuk mengajaknya pergi jalan jalan lagi, karena setelah kau mengetahui hal yang sebenarnya mungkin kau lebih memilih untuk pergi seorang diri tanpa dengan dirinya.
"Aku harus segera bersiap siap untuk berangkat kuliah sekarang, supaya tidak terlambat masuk kelas Pak Sebelas."
***
Dikampus Indah dan Darlin datang lebih dulu, karena mereka ingin merencanakan sesuatu yang sangat penting untuk sahabat sekaligus calon masa depan.
"Lo bisa kagak ngelakuin hal itu? Emang sih beresiko besar buat kita berdua kalau ketahuan, tapi ini semua ada untungnya juga buat lo kalau memang kecurigaan gua benar." kata Indah
"Iya sih tapi...kamu engak tahu kalau Daniel Hasibuan itu orang yang paling terkuat dan terkaya dikota ini?" tambah Darlin
"Gua tau anjirr, makanya gua ngajak elo biar gua punya pelindung goblok!" umpat Indah sambil memukul kepala belakang Darlin.
"Santuy aja broo. Iya deh, aku bantuiin kamu tapi gak harus kita juga yang terjun membuntuti sih Daniel itu. Biar anak buah sewahan ku aja yang terjun." tambah Darlin lagi dengan raut muka yang sangat serius.
"Oke, kalau begitu gua ikuti permainan elo!" tegas Indah sembari mengulurukan tangan untuk bersalaman sebagai tanda persetujuan mereka berdua.
"Deal!"
"Iya deal, buruan tuh lepasin tangan aku. Entar kenak virus lagi dari kamu!" bentak Darlin, dan Indah langsung menghempas tangan Darlin dengan kasar. Sesudah itu dia pergi untuk mencari Anna yang tak kunjung datang.
Entah rencana kalian ini berjalan dengan mulus atau tidak, semua hanya Tuhan yang tahu. Berharaplah kalian tidak mendapatkan masalah atau kesulitan apapun dalam menjalankan rencanan ini.
Anna sudah selesai bersiap siap untuk berangkat kuliah, tak lupa juga ia berpamitan dengan Bu Hera setelah itu dia pun pergi. Dengan menggunakan mobil yang sudah terparkir didepan rumah.
Dengan kecepatan sedang dia melajukan mobilnya, sambil mendengarkan musik kesukaanya selama mengendarai mobil.
"Ah, waktuku masih tersisa 18 menit lagi. Sepertinya aku bisa mampir sebentar ketoko kue, untuk membeli brownies buat Indah." kata Anna, seraya memberhentikan mobilnya tepat didepan toko kue langganannya.
"Halo, selamat datang Nyonya Anna. Ada yang bisa saya bantu?" sapa pelayang toko kue yang sangat begitu ramah kepadanya.
"Tolong jangan panggil aku seperti itu, kau bisa memanggil namaku saja. Bukankah kita seumuran? Jadi jangan panggil aku dengan seperti itu." tutur Anna
"Ta-tapi, bagaimana jika boss sampai mendengar aku menyebut namamu? Dia pasti akan langsung memecatku. Tolong maafkan aku, karena ini sudah menjadi peraturan disini bagi pelayan seperti ku." balas sang pelayan dengan terbata bata.
"Uhh, yah sudah lah. Kalau begitu bungkuskan aku beberapa brownis yang seperti biasa oke." titah Anna, dan pelayan toko pun langsung melakukannya. Tidak butuh waktu lama, begitu selesai mengemas pesanan Anna langsung ke meja kasir untuk membayar. Setelah selesai berangkat menuju kampusnya.
(Di kampus...)
Baru saja Anna ingin duduk, namun Indah sudah datang merangkul tangannya untuk berjalan jalan keliling kampus. Awalnya Anna ingin menolak, tapi dia tidak ingin menyakiti perasaan temannya baik tersebut jadi dia memilih untuk ikut.
"Apa suami lo udah kembali Ann?" tanya Indah, sembari menghentikan langkahnya.
"Udah, emang kenapa? Kamu mau ngomong sesuatu ke Daniel?" Anna bertanya balik, sambil terkekeh.
"Berhentilah terkekeh, gua takut setelah ini lo enggak bisa seperti itu lagi." ucap Indah, membuat Anna langsung terdiam dan menatapnya dengan sangat antusias.
"Aku tidak suka tebak-tebakan jika ada yang ingin kamu katakan, katakanlah secara langsung sekarang." lirih Anna
"Apa lo yakin Daniel benar benar menikahi lo didasarkan oleh cinta, bukan nafsu atau apapun itu?" tanya Indah, menatap mata Anna dengan lekat.
"Tentu saja didasarkan oleh cinta, kenapa kau bertanya seperti itu?" balas Anna tidak senang, mendengar ucapan Indah barusan.
Anna² kau bilang Daniel menikahimu karena cinta? Ck!memang dia mencintaimu, tapi cintanya tidak sama seperti dia mencintai Maudi semoga kau segera mengetahui hal itu.
"Baiklah jika menurut lo seperti itu...tapi, apa lo tidak pernah curiga gitu tentang Daniel sedikitpun? Atau kepo tentang pekerjaannya."
"Curiga? Buat apa? Dia kan sudah menjadi suamiku, dan kami sudah menikah secara publik. Dia juga sudah menceritakan semua tentang masa lalunya kepadaku sebelum menikah, kalau begitu untuk apa aku mencurigai dirinya lagi. Aku sangat percaya kepadanya."
Menceritakan semua kau bilang?tidak dia tidak menceritakan semuannya, dia hanya menceritakan sepertiganya saja kepadamu. Tolong mengertilah Anna.
"Haa, ya sudahlah. Kalau gitu ayo kita kembali keruangan, gua bosan berlama lama berdiri gini." lontar Indah seraya menarik tangan Anna dengan pelan.
Mereka berdua berjalan jalan dengan terburu buru sampai tidak menyadari bahwa ada seorang pria yang berjalan didepan mereka. Tanpa sadar, Anna menabrak bahu pria itu.
Membuat Anna terpental, hingga terjatuh. Pria itu dengan baik hati membantu Anna untuk berdiri dan meminta maaf padahal bukan dia yang salah.
"Ah, maaf nona aku tidak sengaja...apa kau baik baik saja?" tanya pria itu seraya membantu Anna untuk berdiri.
Anna mengadahkan kepalanya sedikit untuk melihat pria itu, begitu melihat wajahnya Anna langsung terkesima melihatnya.
"Astaga, pria ini sangat tampan. Andai...sadar Anna kau sudah menikah, bahkan suamimu jauh lebih tampan darinya." batin Anna