Chereads / Aku Orang Ketiga / Chapter 4 - Eps 1. Tidak Mengetahui//

Chapter 4 - Eps 1. Tidak Mengetahui//

Beberapa orang memilih untuk diam, karena mereka tahu mengeleuh hanya menghilangkan pahala sabar dalam hidup mereka. Dan mereka yang seperti itu, aku yakin mereka pasti akan masuk 3 besar manusia paling sengsara dibulan ini.

"Sayang ini bekalmu, hati-hati yah...kalau sudah sampai dikantor langsung hubungi aku, oke." ujar Anna, sembari memberikan tas bekal kepada suaminya Daniel.

"Terimakasih sayang, kau memang istri yang paling terbaik. Aku sungguh beruntung bisa menikahimu sekarang ini." pungkas Daniel menerima tas bekal tersebut, dan mengecup kening Anna. Setelah itu dia berlalu pergi kearah mobil hitam yang sudah lama menunggunya.

Semua pria itu hanya baik diawalnya saja, setelah mereka bosan ia akan langsung membuangnya. Benar bukan?

Aku sebagai penulis juga pernah mengalami hal yang seperti itu, dia meninggalkan ku begitu melihat temanku jauh lebih cantik dariku. Tapi aku tidak masalah akan semua itu, aku hanya belajar mengintropeksi diri sendiri saja.

***

"Daniel, sampai kapan kau terus menyembunyikan pernikahan kita dari orang lain?aku sudah bosan hidup seperti ini, kapan kau akan mempublikasi pernikahan kita?" tanya Maudi, istri pertama Daniel sebelum Anna yang pernikahannya hanya selisi dua minggu.

"Tenang saja sayang, aku pasti akan menggumumkan pernikahan kita didepan publik. Kau tidak perlu khawatir." jawab Daniel, seraya merangkul pinggul Maudi yang super bahenol.

Maudi adalah sekertaris pribadi Daniel, dia sudah lama bekerja diperusahaan Daniel sebagai sekertaris. Dan sudah lama juga dia menaksir Daniel, lambat laun perasaan cinta mulai tumbuh diantara mereka.

"Terus bagaimana dengan istri barumu itu setelah mengetahui hubungan kita?apa yang akan dia lakukan kepadaku nanti?" tanya Maudi dengan wajah sendu.

"Entahlah, tapi aku pastikan dia bisa menerimamu dengan baik sayang...karena aku tahu bahwa dia wanita yang baik." jawab Daniel meyakinkan Maudi.

Kau salah Daniel Hasibuan, wanita mana yang akan menerima dengan baik kedatangan wanita lain didalam rumah tangganya. Kau salah besar, dasar fakboy.

Mungkin matamu sudah dibutakan oleh body gitar spanyol, sehingga kau tega menyakiti hati wanita yang benar benar mencintaimu tidak seperti Maudi yang hanya mengginginkan harta, tahta, dan status sosialmu.

"Permisi..."

Seseorang mengetuk pintu masuk, membuat Maudi spontan langsung menjauh dari Daniel, tapi Daniel menariknya kembali membuat mereka berpelukan dengan mesra.

Ternyata seorang wanita staf magang datang mengantarkan sebuah rangkaian bunga mawar yang indah kepada Daniel.

"Ma-maaf saya sudah lancang. Saya tidak menge--" ucapan wanita itu terputus ketika Daniel, menatapnya dengan dingin.

"Ada urusan apa kau kemari?" tanya Daniel dengan posisi yang masih berpelukan bersama Maudi.

"Sa-saya datang kesini hanya karena ingin mengantarkan bunga pemberian dari Nyonya Anna." jawab wanita tersebut, dengan suara terbata. Bahkan dia sampai tidak berani menatap mata Daniel.

"Letakan saja diatas meja, setelah itu pergilah dari sini. Katakan kepada resepsionis, bahwa hari ini aku sedang tidak ingin menemui siapapun." titah Daniel, setelah itu wanita itu pun pergi.

Daniel semangkin erat memeluk Maudi, dia menebenamkan kepalanya didalam pelukan Maudi. Maudi tahu bagaimana perasaan Daniel saat ini, dia mengelus kepala Daniel agar lebih tenang walaupun hanya modus.

"Kau tidak ingin mengatakan apapun sayang?" tanya Daniel menaikan sedikit kepalanya agar bisa menatap Anna.

"Sialan!kapan sih kamu menggungkapkan hubungan kita kepublik?aku sudah bosan selalu menjadi istri simpananmu saja." batin Maudi menggerutui Daniel dalam hatinya.

Sayang, kok kamu diam aja?apa yang sedang kamu pikirkan?" sergah Daniel, sambil mencubit pipi gemas Maudi.

"Aduh, sakit." ringis Maudi, memasang wajah cemberutnya agar Daniel bisa menaruh kasih kepadanya.

Hari ini seluruh waktu Daniel ia habiskan untuk bersenang senang dengan Maudi, sampai mereka berdua lupa waktu untuk pulang. Karena sudah kelelahan, Daniel memesan sebuah hotel untuk mereka berdua.

"Sayang kau istrirahatlah terlebih dahulu, aku ingin mandi sebentar karena kepalaku terasa sangat pusing." ujar Maudi, sembari memegang dahinya.

"Apa perlu aku panggilkan dokter sayang?" tanya Daniel dengan khawatir, melihat keadaan Maudi saat ini.

"Tidak perlu baby, aku hanya butuh istirahat setelah ini, oke. Jangan khawatirkan aku, hubungi saja istri barumu agar dia tidak mencurigai hubungan kita." tutur Maudi seraya mengambil handuk, dan langsung masuk kedalam kamar mandi.

Daniel merebahkan tubuhnya diatas kasur yang empuk, sambil menatap layar handphonenya. Dia menggabari Anna untuk tidak menunggunya malam ini, karena dia akan pergi keluar kota untuk beberapa saat.

Anna menanggapi hal itu dengan netral saja, dia tidak mengetahui bahwa suaminya sedang membohongi dirinya. Sungguh wanita yang sangat polos, dan lugu bahkan sudah dibohongi dari awal saja dia masih tetap tidak tahu.

"Astaga, aku lupa menanyakan kepada Niel kemana dia akan pergi. Apa aku tanya pada sekertaris Maudi saja yah? Yah tanya pada dia saja lah." kata Anna

Anna langsung menghubungi nomor Maudi, namun tidak diangkat sama sekali walaupun berdering. "Mungkin Maudi sedang sibuk, aku hubungi nanti saja jika begitu." ucap Anna meletakan kembali handphonenya diatas meja.

Anna, kembali mengerjakan makalah kuliahnya yang akan dikumpul esok hari sambil menunggu balasan panggilan dari sekertaris Maudi, atau lebih tepatnya lagi selingkuhan Daniel.

"Nyonya kok belum tidur? Dimana Tuan Daniel, apa dia masih belum pulang juga?" tanya Bu Hera seorang pembantu yang Daniel pekerjaan.

"Lagi ngerjain tugas kuliah Bu. Daniel tidak pulang katanya, karena dia sudah pergi keluar kota. Ada urusan mendadak katanya, yang sangat penting bagi perusahaan." jawab Anna, masih tetap fokus mengerjakan makalahnya.

"Oh, tapi kalau keluar kota kenapa tidak pulang sebentar untuk mengambil pakaian gantinya?" tanya Bu Hera lagi, kali ini membuat Anna langsung berpikir.

"Iya juga yah Bu...ah, mungkin sekertaris Maudi sudah menyiapkannya." balas Anna, dia menatap Bu Hera sambil tersenyum hangat.

"Nyonya sangat cantik, beruntung sekali Tuan Daniel bisa memilik anda. Padahal umur Tuan Daniel 29 tahun sedangkan anda baru menginjak usia 21 tahun." ucap Bu Hera sambil membelai lembut kepala Anna.

"Ah tidak masalah mau berselisi berapa tahun pun, selama bisa saling mencintai, menyanyangi, dan menghargai itu sudah sangat baguskan Bu?" lirih Anna

"Nyonya benar, kalau begitu Ibu permisi pulang dulu karena jam kerja Ibu sudah habis disini." pamit Bu Hera saat ingin berlalu pergi.

"Bu, karena Daniel tidak ada dirumah aku tidak bisa menghabiskan seluruh makanan yang Ibu masak. Bagaimana jika Ibu membawanya pulang sebagian? untuk dinikmat bersama dengan anak ibu?" seru Anna.

"Ta-tapi"

"Sudah Ibu bawa saja. Oh yah, berikan ini kepada anak anak Ibu juga yah. Kemarin Anna membelinya disupermarket, untuk dihadiahkan kepada mereka, tapi belum sempat memberikannya karena tidak sempat." tutur Anna, sembari mengeluarkan 4 bungkus plastik makanan dari dalam kamarnya.

"In-ini terlalu banyak Nyonya, saya tidak bisa menerimanya. Nyonya sudah sangat baik dengan saya selama ini." tolak Bu Hera

"Sudah tidak apa-apa ambil saja Bu, jangan ditolak entar Anna ngambek nih." balas Anna dengan wajah murung.

"Baiklah, kalau begitu Ibu menerimanya. Terimakasih banyak yah Nyonya, semoga Nyonya selalu muda rezeki." ucap Bu Hera

"Amin..."

Bu Hera pulang diantar oleh supir pribadi Anna sampai dirumahnya dengan selamat, sedangkan Anna hanya dirumah seorang diri.