Chapter 33 - Seratus Louis XIII

Isyarat keintiman mereka itu membuat otak Jimmy semakin bingung, mungkinkah dia baru saja menimbulkan masalah?

Dia belum pernah mendengar bahwa Tuan Muda sedang jatuh cinta.

Dia tidak pernah mendengar bahwa Tuan Muda memiliki kebiasaan untuk memelihara selebriti muda, dan kehidupan pribadi Tuan Muda juga selalu sebersih kertas putih. Dia sama sekali tidak mendengar kabar bahwa Tuan Muda memiliki kekasih simpanan di The Palace.

Fira menunjuk ke arah Jimmy "Dia memegang tanganku dan memintaku untuk minum bersamanya lalu berusaha menciumku."

Jimmy melihat wajah sepupunya berubah muram, dan kakinya gemetar sampai dia tidak bisa berdiri.

"Tuan Muda ... Tuan Muda, aku ..." Dia begitu takut sampai-sampai dia mengubah gaya bicaranya dan tidak berani memanggilnya kakak.

Ardi perlahan menyeka wajah Fira yang basah karena anggur. Dia menyeka anggur merah tua yang membasahi lehernya, lalu melemparkan saputangan di tangannya, tanpa menoleh ke belakang. Suaranya terdengar sangat dingin, "Kalau aku melihatmu muncul disini lagi..."

"Tuan Muda, ini salahku. Aku memang tidak punya mata. Aku tidak akan pernah datang ke The Palace lagi. Akulah yang salah. Seharusnya aku tidak menyentuh kekasih Anda. Maafkan aku,"

"Aku tidak ingin melihatmu lagi ..." suara Ardi terdengar dingin.

"Aku akan segera keluar dari sini. Aku tidak akan kemari lagi. Akulah yang salah."

Billy mengambil keuntungan dari situasi tersebut dan berkata "Kedua lemari anggur ini memuat hampir seratus botol anggur Louis XIII. Sekarang semuanya rusak, Jimmy, apa yang akan kamu lakukan dengan ini?"

Jimmy sudah mulai merasa tidak nyaman, dan Billy masih harus menahannya disini.

"Tuan Muda, aku akan membayar, aku akan membayar semuanya."

Ardi memandang Fira "Kamu juga harus mengganti kerugian yang kamu timbulkan pada gadis ini."

"Ya, ya, tuan muda, aku akan segera mengirim seseorang untuk melakukannya."

Di mata Ronny, ketakutan Jimmy itu agak aneh.

"Ini tidak masuk akal. Jimmy selalu merajalela, dan dia tidak menaruh perhatian pada orang-orang itu. Dia seharusnya tidak ..."

Lulu berkata dalam hati, dan kemudian menyangkalnya, "Tidak mungkin itu adalah Ardi."

Bahkan meski Fira memiliki kemampuan yang hebat, mustahil baginya untuk mendapatkan Ardi.

Ardi memeluk bahu Fira, ditonton oleh semua orang, dan meninggalkan klub malam yang kacau balau.

Beberapa selebriti yang berjalan di depan Ronny dan Lulu berbisik "Jimmy hanya macan di atas kertas. Di depan Ardi, dia sama sekali tak berkutik."

"Itu melegakan."

Wajah Lulu seketika menjadi sangat pucat, tangannya menggenggam tepi meja dengan erat, buku-buku jarinya memutih, dan detak jantungnya berdetak cepat.

Tidak heran kalau Fira meremehkan Indra.

Ternyata pria yang diincarnya memiliki status lebih tinggi.

Metode apa yang digunakan Fira untuk menangkap Ardi? Bagaimana mungkin Tuan Muda yang paling misterius dan berkuasa di kalangan atas itu mau memilihnya.

Dia sama sekali tidak mengerti.

"Ardi pasti hanya mempermainkannya," kata Ronny dengan marah.

Lulu merasa lega saat mendengar ini.

Apa yang perlu dia khawatirkan?

Fira memiliki dua adik laki-laki yang tidak bisa apa-apa. Banyak orang menertawakan penyakit genetik dalam diri mereka dan keluarga Cokroaminoto tidak mungkin menyukai mereka.

Ardi hanya melihat Fira yang masih muda, cantik dan polos. Dia hanya bermain-main dengannya. Ardi, seorang tuan muda dari latar belakang keluarga yang paling kaya, pasti akan menikah dengan seorang wanita terkenal.

Tapi entah kenapa, dia masih bisa merasakan gejolak batinnya.

Meski hanya untuk bersenang-senang, itu sudah cukup untuk membuat siapapun di dunia selebriti merasa iri dan cemburu.

Di koridor, Ardi melepas jasnya dan memakaikannya pada Fira, "Kukira kamu akan pergi ke Jujitsu Hall untuk menemukanku, kenapa kamu ada disini?"

Fira memandangnya dengan malu-malu "Aku tersesat."

"Jujitsu Hall dan atrium ini ada di arah yang berlawanan."

Fira menunjukkan ekspresi tidak bersalah "Karena itulah kubilang kalau aku tersesat."

Hubungan antar saudara sepupu dan Ardi tampaknya cukup baik. Tidak ada bukti yang pasti, dan dia tidak ingin berbicara buruk tentang orang lain di belakang punggungnya.

Bab 66 Diagnosis dan Perawatan

Ardi menatapnya penuh arti.

"Kalau aku tidak ada disini, apa kamu masih mau datang?"

Hari ini, Jimmy menginginkannya, dan besok mungkin ada orang lain yang menginginkan dirinya.

Dia terlalu cantik dan layak untuk dikhawatirkan.

Fira menggeleng dengan patuh.

Penyelidikannya terhadap Ibas telah berakhir.

Tapi kecurigaannya terhadap Ibas justru semakin dalam, skill Ibas dalam bertarung tampak bersih dan rapi. Jimmy memiliki empat pengawal dan tidak satupun bisa mengalahkannya.

Tidaklah masuk akal bagi orang kaya dan seorang tuan muda untuk memiliki kemampuan seperti itu.

Ardi tidak berlatih Jujitsu lagi malam itu, dan mengantarnya pulang.

Setelah itu, dia akan berangkat dan meninggalkan Surabaya. Dia baru akan kembali lagi dua minggu dari sekarang.

Fira benar-benar menahan dirinya sendiri malam itu, dan dia merasa sangat lega.

Kurun waktu dua minggu itu bisa digunakannya untuk melakukan eksperimen tanpa harus berbohong lagi. Fira merasa tenang sekarang.

Usai sarapan keesokan harinya, dia menarik Yudha dan mengajak Yudhi untuk keluar "Hari ini kita akan pergi ke klinik Dr. Marisa. Kalian tidak perlu takut. Lakukan saja apa yang dikatakan dokter, oke?"

Yudha mengangguk.

Yudhi mengusap kepalanya "Apa ini perlu? Sebenarnya, menurutku ..."

Fira menyela ucapannya "Ini perlu, ayo, ikuti aku."

Mereka bertiga pergi ke Klinik Bersama dan bertemu dengan Dr. Marisa.

Dr. Marisa berusia sekitar empat puluh tahun dan terlihat lembut serta penuh kasih sayang.

Marisa tersenyum dan memandang Fira "Yang mana Yudha dan yang mana Yudhi?"

Fira memperkenalkannya satu per satu, dan Dr. Marisa berkata "Aku akan berbicara dengan Yudha dulu, bukan?"

"Tentu saja."

Yudha berdiri di belakang Fira dan meraih tangannya, tapi dia tidak bergerak maju. Dia tampak sangat tegang dan tidak berani menghadapi tempat yang asing seperti ini.

Fira merasa dia sedikit gemetar, dan bertanya pada dokter apakah dia boleh menemaninya.

"Tentu saja, Yudhi boleh duduk sebentar di luar."

Di kantor yang luas, cerah, dan didekorasi dengan baik itu, Fira duduk di sofa bersama Yudha, dan Dr. Marisa menuangkan dua gelas air hangat.

"Yudha, boleh aku memanggilmu begitu?"

Yudha tidak menatap matanya secara langsung, dan mengangguk.

"Kamu yang paling muda di rumah, kan?"

Yudha mengangguk lagi.

"Kalau begitu, apa kamu punya hobi? Kalau tidak ingin mengatakannya, kamu bisa menuliskannya dan menunjukkannya padaku."

Yudha berpikir sejenak, lalu menulis "membaca, belajar."

"Wow, Yudha adalah anak yang baik, jadi kami harus membuatnya memiliki prestasi akademis yang baik."

Yudha mengangguk, dan menulis, "Sekarang kelas satu."

Marisa jelas tampak terkejut, karena banyak anak autis yang memiliki gejala demensia, dan Yudha benar-benar naik kelas 1. Kasus individual memang harus ditangani secara individual.

Fira hadir disana dan merasa sangat puas dengan Dr. Marisa. Dia sangat baik, dan Yudha secara bertahap membuka hatinya dan bersedia menjawab beberapa pertanyaannya dengan tangan. Dia selalu mengikuti keinginan Yudha, dan setelah menyentuh poin sensitifnya, dia akan segera mengganti topik pembicaraan. Dia tidak ingin membuat Yudha mengalami trauma emosional kedua.

Dia memang pantas meminta harga yang mahal.

Dua jam kemudian, Dr. Marisa meminta Fira untuk tetap tinggal di kantor.

"Saya ingin bertanya, apakah gangguan mental kedua adik laki-laki Anda ini diwarisi sejak lahir, atau ada penyebab lainnya?"

Fira merasa ragu sejenak lalu berkata, "Orang tuaku tidak mengatakannya dengan jelas, tapi sepertinya ada penyebab bawaan tertentu."

Rudi menganggap hal ini disebabkan oleh gen keluarga Yuni, jadi dia tidak sabar untuk mengusir mereka agar meninggalkan keluarga Setiawan.

Tapi, ibunya tidak pernah menyinggung adanya penyakit jiwa.

Kenapa Rudi merasa sangat yakin bahwa penyakit ini diwariskan dari garis keturunan ibunya?