"Kau sedang gelisah karena apa?" suara lembut yang telah lama ia nantikan kini mengalun ditelinganya.
Eun Sha refleks menoleh matanya bertemu dengan kedua mata Raja Keito. Kenapa rasa tak biasa ini muncul dalam diri Eun Sha? Ya, tak biasanya Eun Sha merasa rikuh ketika berada dalam jarak sedekat ini dengan Suaminya sendiri. Ia ingin memeluk Pria itu, tapi tubuhnya bereaksi untuk menjauh.
"Aku telah membuat sebuah kesalahan pada Natsuha hanya itu Yang Mulia" jawab Eun Sha membimbing Keito kembali merebahkan diri.
"Kesalahan macam apa itu?" Raja Keito mengerutkan kening.
Baru saja suamiku siuman jangan sampai karena ia marah kondisinya kembali memburuk dan tak sadarkan diri lagi.Ayolah Eun Sha...harus berkata apa? pikir Eun Sha salah tingkah.
"Kami hanya saling memperebutkan siapa yang paling berhak menjaga Anda hari ini" jawab Eun Sha sambil menawarkan secawan teh.
Syukurlah...aku tidak terlihat gugup dimata Eun Sha. Bagaimana caranya aku bisa keluar dari tempat ini sekarang? pikir Natsuha ingin kabur sesegera mungkin.
"Eun Sha...bisakah kau kembali ke kediamanmu? Tapi sebelum itu panggilkan Natsuha untukku?"
"kau masih marah padaku?" Eun Sha menuntut jawaban dari Suaminya.
"Bukan begitu Ratuku. Aku hanya ingin berbincang sebentar dengan Natsuha"
"Selarut ini? Anda bisa membicarakan apa pun itu, keesokan harinya Yang Mulia. Bagaimana bisa Anda seperti ini? Anda belum sehat betul, tolong jaga kesehatan Anda" protes Eun Sha memperbaiki posisi selimut Rajanya.
Ketika.... beberapa menit sebelum Raja pingsan, beliau sempat marah padaku karena terlalu berlebihan dalam menjaga Natsuha. Tapi apa mereka punya semacam telepati? Kenapa perkataan Raja sangat mirip dengan perkataan Natsuha saat menegurku tadi?
"Yang Mulia"
"hmm?"
"entah kenapa...hamba kali ini merasa sangat asing ketika berdua bersama Anda seperti ini" begitu mendengar Eun Sha mengatakan hal itu, Raja langsung berbalik badan menatap lekat wajah sang Ratu.
"Mungkin karena kau lebih sering bertemu dengan Natsuha dari pada aku akhir-akhir ini. Kau ingat, berapa lama kau menjaganya saat tak sadarkan diri?"
"Bukan itu maksud hamba. Kenapa persoalan ini dikaitkan dengan Natsuha?"
"Sudah lama aku memperhatikan sikap Natsuha saat berada di dekatmu jadi siapa pun tahu jika dia ada hati denganmu Ratuku"
Apa Yang Mulia sedang mengumumkan kecemburuannya padaku? Kenapa baru sekarang ia mengatakannya?
wah, manisnya...,
Eun Sha menatap lekat wajah Suaminya ia berharap perasaannya dapat kembali seperti dulu. Semenjak Raja dan Natsuha terbangun dari tidur, karakter mereka telah berubah. Eun Sha pikir ini hanya efek sementara saat Raja menunjukkan tanda-tanda perubahan karakter bahkan sifatnya tapi sekarang...ketika Natsuha terbangun dari tidur panjangnya, ia menunjukkan gejala yang sama.
"Aku sulit tidur. Kepalaku terlalu banyak dipenuhi berbagai hal" kata Raja Keito gugup buru-buru bangkit dari tidurnya.
"Tunggu. Anda ingin pergi kemana selarut ini? Masih ingin mengunjungi Natsuha?" Eun Sha ikut bangkit dan menahan bahu sang Raja.
"Kau benar. Aku akan mengganggunya yang sedang butuh banyak istirahat. Aku hanya butuh keluar dan meregangkan ototku sebentar. Tetaplah disini dan tidurlah Eun Sha" jawab Keito tegas sambil melepaskan tangan Eun Sha dari bahunya.
Tak peduli lagi apa yang akan diteriakkan Wanita itu padanya yang penting dia dapat selama mungkin menjauh dari Eun Sha. Ini yang terbaik untuknya, Eun Sha dan Keito.
Natsuha dalam raga Keito berjalan menyusuri tempat para Prajurit berlatih perang. Ia berjalan dengan tangan menggenggam sebuah pedang. Dahulu ketika ada apa pun masalah yang menghampiri hidupnya ia akan selesaikan dengan menguras tenaganya dengan berlatih bela diri. Ya, itu dulu ketika ia adalah seorang Perdana Menteri Natsuha.
"Kau juga kemari Raja?" suara yang ia kenali sebagai suaranya itu jelas terdengar dari belakang.
"Kenapa Anda kemari Yang Mulia?" gugup Raja Keito melihat Natsuha berdiri dibelakangnya. Spontan tubuhnya bergerak untuk menghormat pada Rajanya.
"Bodoh, apa yang kau lakukan? Bagaimana jika ada yang melihatmu memberi penghormatan padaku seperti itu? Kau lupa siapa kau sekarang?!" marah Natsuha sambil mengawasi seluruh penjuru arah.
Tapi amarahnya pun mulai menghilang begitu ia melihat Raja Keito mengerutkan kening lalu memegang dadanya kesakitan.
"Apa kau berusaha menghindar dari Eun Sha lagi?" tanya Natsuha mencengkeram kedua bahu Raja Keito yang berjuang keras agar tetap bisa berdiri tegak. Agaknya Natsuha tahu betul apa yang dirasakan oleh Raja Keito. Pria itu membantu Raja Keito untuk duduk.
"Mohon jangan membahas sesuatu yang sulit untuk hamba jawab" rintih Raja Keito disela rasa sakit didadanya.
"Jika ini terus berlanjut semua orang akan berpikir hubunganku dengan Ratuku sedang renggang. Tolong jaga jangan sampai itu benar terjadi." keluh Natsuha sambil menghela nafas panjang.
"Hutang budi hamba setinggi gunung kepada Anda bagaimana hamba bisa melakukan sesuatu yang akan membuat Anda tersiksa sepanjang waktu?" kini Raja Keito nampak baik-baik saja.
Kau akan mati jika sekeras kepala ini Natsuha...kata hati Keito saat menatap wajahnya sendiri dihadapannya.
"Besok umumkan aku akan pergi ke Mongol untuk kunjungan Kenegaraan mewakilimu" Natsuha dengan tegas memberi titah.
"Kenapa mendadak sekali?" protes Raja Keito tak terima.
"Jaga Istriku dengan benar...mengerti?" kata Natsuha menepuk bahu Raja Keito.
"Semudah itukah Anda menyerahkan Ratu kepada hamba begitu saja?! Tolong pertimbangkan kembali" Raja Keito berusaha menghalangi jalan Natsuha.
"Kau tahu kapan ini semua akan berakhir? Esok? Lusa? Sebulan? Bagaimana jika tahunan? Jika kita tetap ditempat yang sama...aku takut salah satu dari kita akan mati" mendengar kekhawatiran besar berkecamuk dihati Keito asli, maka Natsuha segera berlutut dihadapan Natsuha palsu.
"Berdirilah. Bagaimana seorang Raja berlutut dihadapan rakyat jelata seperti ini?! Apa kau ingin muncul desas desus tentang kita esok harinya?" Natsuha palsu memperingatkan sambil memperhatikan sekitar.
Mendengar Raja Keito yang meminjam tubuhnya mengatakan hal tak terduga, Natsuha justru tersenyum sinis dalam wujud sang Raja.
"Sungguh mulianya hati Anda, bagaimana bisa...Anda justru mencemaskan apa kata orang lain yang dikemas menjadi desas desus sampah, dibandingkan mencemaskan perasaan Ratu?" bahkan kini Natsuha terang-terangan menatap kedua mata sang Raja asli dengan tatapan membara.
"Tidak ada yang perlu dicemaskan jika itu tentang Ratuku. Karena yang pergi, dimata Ratu adalah Natsuha...bukan Raja Keito Suaminya. Poin penting yang harus kamu perhatikan adalah, sudah seharusnya sang Perdana Menteri tidak menjadi duri di dalam daging. Karena Natsuha hanya akan menjadi orang ketiga di dalam hidup antara Raja dan Ratu" tegas Natsuha palsu sambil mengepalkan kedua telapak tangan menahan rasa sakit di dalam dada.
Kau pikir aku menyukai keputusan ini Natsuha? Tapi hanya inilah penyelamat kehidupan diantara kita bertiga. Kau, dan aku hanya perlu menjalani pertukaran peran Raja dan Perdana Menteri. Cepat atau lambat kau akan mengerti ini keputusan terbaik karena sekarang, kau adalah aku. Raja Keito yang seharusnya mendampingi Ratu. Sementara aku...hanya sang Perdana Menteri yang tidak seharusnya selalu berada disisi Ratu. Batin Keito asli miris.
"Setiap peran memiliki kebebasan, bahkan keterbatasan masing-masing. Sadar atau tidak...kita telah bertukar peran didunia ini. Aku sekarang adalah Perdana Menteri Natsuha. Sebagai Natsuha...jika aku menjauh dari Ratu maka artinya sedang berusaha memperpanjang hidupku"
"Tapi jika aku selalu didekatnya nyawaku akan terancam hilang. Sebaliknya kau yang akan mengalami rasa nyeri hingga kehilangan kesadaran bila, berusaha sejauh mungkin dengan Ratu tapi akan baik-baik saja bila berada didekatnya." kata Natsuha palsu sambil menepuk lembut bahu Keito palsu.
"Maka biarkanlah aku pergi" tambah Natsuha palsu lalu bergegas menuju kediamannya.
Takdir sedang mempermainkan kita bertiga Yang Mulia. Sambil memikirkan cara agar kita bisa kembali seperti sedia kala, tidak akan hamba ijinkan Anda melangkahkan kaki keluar dari Istana Anda barang satu jengkal pun. Pikir Keito palsu sambil tersenyum dengan isi kepala yang dipenuhi akal bulus.
Anda sendiri yang memaksa hamba untuk memanfaatkan kesempatan ini sebagai seorang Raja. Mari kita lihat...seperti apa kekuatan dari titah Raja. Kini seringai jahil telah terbit di wajah rupawan Raja Keito.