Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 61 - Pria Yang Berduka

Chapter 61 - Pria Yang Berduka

Natsuha diam seribu bahasa mendapati pertanyaan demi pertanyaan dari Keito. Ia khawatir jika dirinya ceritakan semua hal yang berkaitan dengan pembicaraannya dengan Ratu Eun Sha, pasti Keito gadungan itu akan menyerah dan memilih menceritakan segalanya yang menimpa mereka berdua kepada Ratunya.

Tidak...., itu tidak boleh terjadi jika semua itu terjadi Natsuha asli, bisa mati di bawah kebahagiaan dirinya dan sang Ratu.

"Kenapa begitu sulit untuk mengatakan apa yang terjadi? Apa karena ini ada hubungannya dengan hamba Raja?" Keito palsu mengamati perubahan sikap dari junjungannya.

"Dia dengan lantang berkata mulai mencintai seorang Natsuha seperti dia mencintai Suaminya Keito. Semua ucapannya terdengar tidak masuk akal bukan?" akhirnya Keito asli dalam tubuh Natsuha memutuskan menceritakan apa yang dikatakan Istrinya Eun Sha dihadapannya langsung.

Dari pada Natsuha yang terperangkap dalam wujud Keito suatu saat nanti mengetahui hal itu dari orang lain.

"Maksudku, semudah itu kah dia berpaling dariku?!" tambah Natsuha palsu dengan hati tersayat.

"Yang Mulia. Selama ini demi Dewa, tidak pernah sedikit pun Ratu menyatakan perasaannya terhadap hamba secara pribadi. Bukankah...,jika kali ini beliau menyatakan cinta terhadap Natsuha mungkin itu sebenarnya ditujukan kepada Anda?"

"Kau sengaja menghiburku bukan?" jawab Natsuha palsu sambil menerawang.

"Tidak. Sebenarnya jika Anda memikirkan sejak raga kita tertukar, Ratu tetap memperlakukan kita dengan cara yang sama."

"Maksudmu?"

"Ya, meski pun sekarang hamba menggunakan raga Yang Mulia tetap saja Ratu memperlakukan hamba sebagai Natsuha. Maka pasti sebaliknya Anda pun merasakan hal sama." Jawab Keito palsu mencoba meluruskan benang kusut di kepala Natsuha palsu.

"Apa kita katakan saja apa yang terjadi selama ini padanya?" bisik Natsuha palsu dan dijawab dengan senyuman dari sang Raja palsu.

"Jika itu yang terbaik, mari kita lakukan bersama" jawab Keito palsu tanpa ragu sedikit pun.

Jangan lakukan hal itu Yang Mulia. Cegah Sizuka yang tiba-tiba muncul di ambang pintu.

"Kau muncul tiba-tiba begini, ada kepentingan apa?" jawab Natsuha menyorot Sizuka tajam.

"Menyatakan kebenaran kepada Ratu bukan lah penyelesaian, tapi justru menggali kuburan antara Ratu dengan Perdana Menteri Natsuha" Sizuka memperingatkan kedua Pria yang tengah bergumul dengan masalah demi masalah yang tak kunjung ada habisnya.

"Menggali kuburanku?" Keito palsu mengernyit kebingungan sambil menatap Natsuha palsu lalu berganti menatap Sizuka.

"Ah, bukankah nyawa Ratu sudah terselamatkan karena perjanjian baru itu? Jadi Ratu tidak akan mendapatkan masalah apa pun lagi" kini Keito palsu mulai memahami arah pembicaraan.

"Mungkin Anda dengan suka rela menyerahkan nyawa demi kehidupan Ratu. Tapi bagaimana reaksi Ratu ketika mengetahui kehidupannya ini terus berlanjut hanya karena satu jiwa yang harus dikorbankan demi dirinya?" Sizuka berusaha menjelaskan poin pentingnya.

"Apa Anda yakin Ratu akan diam saja, mengetahui kenyataan Anda akan menggantikannya mati? Perdana Menteri Natsuha?" Sizuka berdecak kesal mendapati reaksi yang tak diharapkannya dari Natsuha asli.

Natsuha asli memucat tidak terpikirkan kemungkinan besar Ratu akan merasa berdosa jika itu benar-banar terjadi.

"Maka jangan katakan apa pun menyangkut diriku ini. Cukup katakan saja, Natsuha adalah Keito, lalu Keito adalah Natsuha. Mari jalani kehidupan masing-masing, sampai aku dapat mengembalikan raga Yang Mulia" tandas Natsuha asli memberikan keputusan bulat, menantang Sizuka.

"Natsuha. Jangan berpikiran sempit!! Cepat tarik ucapanmu kembali!!" amuk Natsuha palsu sambil memukul meja kuat-kuat.

"Yang Mulia pun melakukan pengorbanan dengan berusaha menjauh dari Ratu. Lalu apa salahnya hamba melakukan pengorbanan yang sama?"

"Dilihat dari sisi mana pun itu tidak pernah akan sama Nat-su-ha. Aku hanya meninggalkannya untuk bersamamu. Tapi kau, justru mau meninggalkan dunia untuk Istriku?! Kau pikir aku akan diam saja tanpa bertindak apa pun?!" Raja mencengkeram hakama Natsuha asli karena teramat jengkel.

Di Kediaman Ratu Eun Sha.

Sementara, di kediaman Ratu, Eun Sha masih merasakan perih hati tak terkira. Ia tiba-tiba mendengar kedatangan Selir Kimiko yang ingin datang berkunjung. Nampak sang Selir membawakan semangkuk bubur hangat begitu mendengar sang Ratu jatuh sakit.

"Terima kasih, maaf merepotkan Selir" sambut Eun Sha merasa tak enak hati mendapatkan perhatian dari Selir Kimiko selarut ini.

"Hamba dengar Anda belum makan sejak siang tadi. Mohon jaga kesehatan karena pasti besok pagi Anda akan sibuk mengatur pertemuan perjamuan para Istri utusan delegasi Negara-negara tetangga. Bukankah esok adalah hari pertama dimana Raja akan memperkenalkan Anda, sebagai Ratunya?" kata Kimiko penuh percaya diri.

"Terima kasih atas perhatiannya. Semua akan sesuai dengan rencana jadi jangan khawatirkan hal itu Selir" jawab Eun Sha mengetahui maksud terselubung sang Selir.

Sebelum Ratu memakan bubur yang dibawa oleh Selir, seorang Dayang mencicipinya terlebih dahulu untuk memastikan apakah ada kandungan racun di dalamnya? Selir Kimiko nampak sangat tersinggung atas perlakuan tak menyenangkan ini.

Tapi dia memilih tak menunjukkan emosinya kepada sang Ratu mengingat dirinya memang pernah menjadi otak aksi percobaan pembunuhan Ratu di masa silam.

"Hamba jadi bernostalgia ketika hari seperti hari esok, akan tiba. Maka Raja akan membuat hamba selalu menghafal setiap nama, dan kedudukan orang-orang yang akan datang ke perjamuan"

"Setiap hamba bilang lelah, Yang Mulia akan mengatakan dengan menghafal mereka semua setidaknya, kita memiliki informasi penting. Sehingga ketika tidak sengaja berpapasan atau tiba-tiba terpaksa sekedar berbasa-basi dengan mereka, kita tidak akan membicarakan hal yang akan terlihat bodoh dimata mereka" kata Kimiko seenteng mungkin.

"Ah, berhati-hatilah dengan Hillary De Arze. Informasinya sangat minim tapi dari setiap pertemuan dengannya, hamba rasa Lary termasuk orang yang sangat kritis terhadap informasi apa pun yang dikatakan lawan bicara"

"Jadi, jika kita tak memiliki kemampuan dalam membahas topik pembicaraan saat itu, lebih baik diam saja. Atau kita akan malu karena ucapannya yang tajam" kekeh Selir Kimiko berseri-seri.

"Maaf Selir. Tapi..., hari ini sampai di sini dulu karena badanku sedang tidak bisa diajak kerja sama untuk terus duduk menemani Anda. Badan ini ingin segera merebahkan diri. Apa...kau tidak apa-apa Selir?" potong Eun Sha selembut mungkin.

"Baiklah sampai di sini dulu, beristirahatlah dengan damai Ratu"

Deg!!

Apa maksud ucapan Selir Kimiko kali ini? Seolah ia ingin menegaskan sesuatu pada sang Ratu atau..., itu hanya perasaan Ratu yang hari ini dalam suasana hati tidak baik hingga apa pun yang diucapkan orang lain, akan terdengar tidak sesuai dihatinya? Sang Ratu memperhatikan sebuah kotak hadiah yang diberikan Selir Kimiko padanya.

Perlahan dibuka hadiah itu bukan hal yang perlu dicemaskan karena isinya hanya sebuah sisir berwarna keemasan bermotif bunga sakura.

Ratu sangat terpesona dengan hadiah sang Selir. Maka digenggamnya sisir unik tersebut, dan mulai berjalan ke arah meja riasnya. Ini kali pertama sang Selir memberikan hadiah.

Eun Sha sibuk memperhatikan penampilannya tanpa menyadari Kimiko telah mengintip dari sisi lain tepatnya di titik buta hingga tak ada satu pun orang melihat tingkah mencurigakannya, memastikan apakah Eun Sha menyentuh sisirnya atau tidak?

Kimiko tersenyum puas melihat Eun Sha yang kini sibuk menyisir rambutnya sendiri lalu diam-diam Kimiko pergi meninggalkan kediaman sang Ratu.

Selesai menyisir, Eun Sha mulai menguap sehingga ia menutup mulut dan hidungnya dengan kedua tangan bekas memegang sisir tersebut. Eun Sha memilih tidur tapi lima menit kemudian, ia merasakan dadanya sangat nyeri sehingga ia berteriak memanggil Hikari tapi, saat Dayang Hikari datang, Ratu sudah tak sadarkan diri.

Kediaman Raja Keito.

Kembali di kediaman Raja Keito, Natsuha palsu sedang mencengkeram kuat hakama Raja palsu.

"Yang Mulia!! Yang Mulia!!" teriak Dayang Hikari yang langsung masuk tanpa pemberitahuan membuat Keito semakin waspada.

"Kenapa lagi ini?" jawab Raja yang bingung karena Hikari datang dengan nafas tersengal-sengal lalu tangannya terangkat menunjuk pintu keluar.

"Ayo pergi sekarang. Aku akan mengikutimu" respon Raja yang langsung bergegas mengikuti kemana pun sang Dayang pergi, diiringi Menteri Natsuha. Raja Keito dan Natsuha terkejut melihat ada dua Tabib yang mendampingi Tabib Istananya sedang memeriksa keadaan Ratu.

"Tabib Ghotaro" panggil sang Raja cemas sekaligus bingung.

"Hamba Yang Mulia" jawab sang Tabib Istana memberi penghormatan pada junjungannya.

"Apa yang terjadi? Ada apa dengan Ratuku?!" tanya Raja Keito diserang kepanikan luar biasa.