Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 53 - Suami Tukar Tambah

Chapter 53 - Suami Tukar Tambah

Seluruh Dayang Raja, Ratu, Selir dan Dayang ketiga anak mereka berlarian tergopoh-gopoh menuju kediaman Perdana Menteri Natsuha. Kala itu, Natsuha sedang menuliskan sesuatu di atas gulungan kertas tapi kegiatannya tertunda, hanya karena teriakan panik dari para Dayang.

"Perdana Menteri Natsuha!! Hamba ingin menghadap!! Hamba mohon!!" teriakan Dayang Hikari membuat sang Menteri langsung tergerak untuk segera menemuinya.

"Apa yang terjadi? Kenapa kalian semua berkumpul di sini?" tanya Natsuha mulai tidak tenang menanti jawaban seluruh Dayang yang mendatanginya secara tiba-tiba. Semua Dayang membungkuk takzim pada sang Menteri dengan wajah yang pucat pasi.

"Mohon lakukan apa pun untuk menyelamatkan nyawa Ratu" tangis Hikari pecah ketika mengatakan hal tersebut.

"Antarkan aku ke tempatnya berada" kata Natsuha tegas. Hikari mengangguk lalu mengarahkannya ke kediaman Putra Mahkota.

Deg!!

Hati Natsuha makin tak karuan ketika berusaha menyatukan setiap kepingan informasi yang ia dapat. Hikari memintanya menyelamatkan nyawa Eun Sha, di kediaman Putranya sendiri. Apa artinya Eun Sha dalam bahaya dan apakah penyebabnya Hiroshi? Bukankah anak muda yang patah hati sanggup melakukan apa pun?! Dengan langkah gontai Natsuha menuju pintu kediaman Putra Mahkota. Tak ada sang Putra Mahkota di sana...yang ada hanyalah....

Bruk!!

Natsuha jatuh bersimpuh di atas lantai kayu di hadapan pahatan indah es. Kedua matanya tak terasa meradang...air matanya menitik.

"Hamba mohon lakukan sesuatu. Jangan lah hanya berdiam diri begini Perdana Menteri Natsuha. Hanya Anda yang bisa kami andalkan saat ini" kata Hikari membuyarkan lamunan sang Perdana Menteri.

"Di mana Suaminya? Kau sudah memberi tahu keadaan Ratu padanya?" mendengar pertanyaan Menteri Natsuha, justru Dayang yang biasanya melayani sang Raja menangis tersedu-sedu.

"Raja dan Selir Kimiko...mengalami kemalangan yang sama. Beliau berdua...menjadi batu" kata Dayang itu sambil terisak-isak pilu.

"Apa? Siapa yang tega melakukan hal ini pada mereka? Lalu dimana Putra dan kedua Putrinya? Katakan" kata Natsuha murka yang langsung bangkit mendengar kabar duka tersebut.

"Ketiga makhluk suci penjaga Kuil lah yang melakukan hal itu. Mereka membawa Putra Mahkota dan kedua Putri bersama mereka. Tapi...hal yang lebih penting lagi adalah, bagaimana cara Anda dapat mengembalikan Raja dan Ratu kewujudnya semula" jawab sang Dayang tanpa mengurangi rasa hormatnya.

Tidak..., seharusnya tidak begini. Perjanjiannya tidak seperti ini!!

"Jika benar Komainu , Kitshato dan Hato yang melakukannya, maka hanya Putra dan Putri merekalah yang mampu menyelamatkan kehidupan orang tua mereka" jawab Natsuha merasa sama sekali tak berguna. Sampai kapan pun ia tidak rela Eun Sha menderita apa lagi menjadi sebuah pahatan Es.

Masih ada kesempatan untukmu menyelamatkan Ratu. Dia hanya menjadi pahatan es, bukan batu. Aku tahu kau...mencintainya. Aku bisa membantumu. Suara seorang Wanita ini mengejutkan Perdana Menteri Natsuha.

"Siapa kau?" Natsuha terhuyung ke samping mendapati seorang Wanita yang tidak ia kenali tiba-tiba saja muncul di sisi kirinya. Wanita itu tersenyum simpul lalu berdehem kecil.

"Kimiko sangat mengenal siapa aku. Kedatanganku ke sini untuk membantumu memperjuangkan kehidupan pujaan hatimu Eun Sha" jawab jin Sizuka menatap tajam sang Perdana Menteri.

"Kau hanya akan menyelamatkan cintaku? Bagaimana dengan Raja dan Selirnya?"

"Aku hanya dapat mengabulkan satu permintaan Natsuha" kalimat yang terlontar dari bibir Sizuka membuat Natsuha terdiam sejenak.

"Kerajaan membutuhkan seseorang untuk menduduki Tahta. Gantikanlah Raja Keito sampai beliau kembali" tambah Sizuka.

"Hanya Raja Keito yang berhak atas Tahta selain Putra Mahkota!"

"Tidak ada waktu Natsuha. Jika sampai tersiar kabar bahwa Tahta kerajaan kosong karena Rajanya membatu, sementara Putra Mahkotanya menghilang, akan ada banyak orang yang ingin menguasai Tahta Kerajaan ini. Kau tahukan, apa yang akan terjadi selanjutnya?"

"Bagaimana dengan Putra Mahkota? Anak itu masih hidup?"

"Maafkan hamba, karena telah lancang memotong pembicaraan ini. Tapi...Putra Mahkota lenyap dari Istana Menteri" kata salah satu Dayang takut-takut. Melihat sang Perdana Menteri bicara sendiri.

"Baiklah, jika memang kau tak mau menggantikan kedudukan Raja biarlah Ratu Eun Sha dan Raja terus berada dalam wujud menyedihkan seperti itu. Padahal...jika kau menggantikan posisi Raja, maka Ratu bisa kembali ke wujud semula"

"Kau berdusta. Hanya orang yang terlibat dalam perjanjian tersebutlah yang bisa menyelamatkan satu sama lain."

"Itu hanya berlaku dalam hubungan keluarga. Ketika Suaminya berganti, maka raiblah beban perjanjian tersebut."

"Maksudmu, selain menjadi Raja baru, aku harus menikah dengan Eun Sha?!" bentak Natsuha geram.

Apa sebenarnya yang diinginkan si Jin Sizuka? Kenapa ia bersikeras ingin menjadikannya Raja? Bahkan mendorongnya menuju gerbang pernikahan bersama Eun Sha? Wanita yang jelas-jelas telah memiliki Suami sah.

"Akan ada kutukan lainnya jika aku meluluskan keinginanmu itu. Bagaimana bisa, aku menikahi Wanita yang sudah bersuami?"

"Suaminya telah menjadi batu. Kita tidak akan tahu kapan Anak-anak mereka dapat mematahkan perjanjian itu. Bisa hari esok, bulan depan bahkan entah beberapa tahun lagi. Apa kau siap, kehilangan cintamu selamanya? Sesingkat itu kah kebersamaan kalian?"

"Tidak ada hubungan khusus di antara kami!! Camkan itu!! Sudah tertutup kesempatanku untuk bersamanya. Eun Sha hanya mencintai Raja Keito. Hanya Raja" sanggah Natsuha merasa terlalu di pojokkan.

"Jadi kau benar ingin hal ini terus terjadi padanya? Paling tidak, jika anak mereka tak pernah kembali, dan Suaminya mati...dia masih dapat bernafas, dan terus berada di sisimu bukan? Seiring berjalannya waktu Eun Sha akan mencintaimu. Lagi pula, kalian pernah bersama" tiba-tiba Sizuka sudah sangat dekat dengan Natsuha mengatakannya dengan jelas tepat di telinga sang Perdana Menteri.

"Apa tujuanmu sesungguhnya? Kenapa kau bersikeras menginginkan kami menikah? Apa kau, yang selama ini menghasut Kimiko?!" teriak Natsuha tepat di depan wajah Sizuka.

Wanita itu tertawa nyaring, entah kenapa tawa Sizuka membuat seluruh tubuh Natsuha sulit untuk di gerakkan.

"Jadi Kimiko belum mengatakan apa pun tentangku? Aku adalah Ibu Suri bagi Kerajaan ini. Maka aku berhak untuk menentukan masa depan Kerajaan ini"

"Ibu Suri di berikan pada Ibu dari Raja Keito. Atas dasar apa kau, menganggap dirimu berhak atas Kerajaan ini?" tegas Natsuha.

Sizuka menghembuskan nafas melalui bibirnya ke wajah Natsuha. Maka muncullah gambaran masa lalu antara Sizuka dan Raja terdahulu. Begitu gambaran kelam telah berakhir, Natsuha jatuh tersimpuh di hadapan Sizuka lalu memberi penghormatan.

"Mohon maaf atas kelancangan hamba Yang Mulia"

"Bangunlah. Kerajaan ini membutuhkan seorang pemimpin seperti Keito dan dirimu. Aku sangat berharap kau mau menerima penobatanmu menjadi Raja selagi Tahta kosong. Mengertilah. Menikahlah dengan Eun Sha, agar Ratu Negeri ini kembali bangun dari tidurnya" kata Sizuka penuh penekanan.

Mata Natsuha terus tertuju pada kilatan mata sang Jin Sizuka. Ia sedang menimbang mana yang benar, dan mana yang salah. Masalahnya, sesuatu yang dianggap benar, justru hati Nurani Natsuha mengatakan salah. Harus bagaimana ia menghadapi dilema ini?

"Jangan memaksa Perdana Menteri Natsuha, Sizuka...biarlah ia menentukan pilihannya" tiba-tiba muncul seseorang tak terduga.

Biksu? Ada apa kali ini seorang pertapa muncul menghadap dirinya secara langsung begini?

"Ada pilihan lain selain menikahi Yang Mulia Ratu tapi..."

"Katakan" jawab Natsuha singkat.

"Harus ada jiwa yang dikorbankan Perdana Menteri. Saya yakin Anda sangat bijak dalam mempertimbangkan segala hal"

"jika aku menikahinya, apa Raja Keito dan Selir Kimiko juga dapat diselamatkan?" setelah pertanyaan ini meluncur dari bibir Natsuha, sang Biksu menganggukkan kepala.

"Katakan terlebih dahulu kesepakatan apa yang kalian sembunyikan dariku?" Natsuha melirik pada Sizuka dan Biksu di depannya.

"Ini kesepakatan antara Dewa dan Raja Keito. Kami tidak ada andil sedikit pun dalam kesepakatan ini" kata Sizuka lembut.