Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 52 - Cepat Lah Membuat Pilihan!

Chapter 52 - Cepat Lah Membuat Pilihan!

"Kembalikan mereka seperti sedia kala. Ijinkan aku untuk berpamitan dengan mereka"

"Tidak. Berbicara dengan mereka akan melemahkan dirimu. Kau harus ikut denganku sekarang" geram Komainu membuat sang Putri merasa tidak punya pilihan.

Putri Mari mengangguk hingga Komainu melompat turun dari peraduan Putri. Putri Mari berdiri tegap kini ia berjalan mendekat ke arah Raja Keito dan Selir Kimiko. Putri Mari menatap sendu ke arah Chichinya. Dia menangis menatap Raja Keito yang tak nampak adanya tanda kehidupan itu.

Ia memeluk erat Chichinya dan berpikir bisakah ia kembali pada ketiga orang tuanya lagi? Ataukah ia akan mati di makan Komainu setelah ini?

"Waktumu sangat sempit. Cepatlah membuat pilihan kau ikut denganku, atau kau lebih memilih supaya aku musnahkan saja seluruh anggota keluargamu?" ancam Komainu mendengus kesal mengetahui apa yang dipikirkan Putri Mari.

Si Putri melepaskan pelukan perpisahan itu lalu berjalan mengikuti kelakuan Komainu yang melompat keluar lewat jendela.

Kediaman Putri Kotoko.

Dayang Ken Nahri menanti kedatangan Raja Keito dan Selir Kimiko dengan sangat cemas.Tabib Istana baru saja datang memeriksa keadaan Putri Kotoko. Ia merasa ini terlalu lama bagaimana pun kedua orang tuanya harus tahu keadaan sang Putri segera. Ia memutuskan mengantarkan si Tabib hanya sampai pintu kediaman Putri Mari lalu bergegas mencari Raja Keito dan Selir Kimiko di kediaman Putri Mari.

Terdengar suara pintu digeser perlahan Dayang Ken Nahri dan Tabib keluar dan menutup kembali pintunya.

Gratak....

Greeeeeet....

Tap Tap...

Tap Tap...

Suara langkah kaki lebih dari satu orang terdengar di telinga Putri Kotoko. Saat Dayang dan Tabib meninggalkan kediaman Putri Kotoko, sang Putri segera membuka kedua mata dan menatap seekor Hato bertengger di atas perutnya.

"Syuh!! Syuuuh!!" pekik Putri Kotoko terkejut mendapati seekor burung Merpati bertengger di atas perutnya.

"Ikutlah bersamaku" kicau si Hato sambil terbang mengelilingi ruangan untuk menghindari serangan dadakan dari Putri Kotoko yang melempari Hato dengan apa pun yang ada di dekatnya.

"Hato bisa bicara?" kata Putri Kotoko semakin pucat.

"Kau di kutuk oleh Sang Pencipta karena telah mencintai Hiroshi. Satu-satunya cara agar kau, terbebas dari kutukan tersebut, kau harus ikut denganku"

"Tidak akan"

"Lihatlah apa yang ada di ember kayu di samping peraduanmu Putri" perintah burung Hato penuh penegasan.

Ragu sekaligus penasaran akhirnya membuat sang Putri menuruti perintah Hato. Ia menunduk mencari tahu apa yang ada di dalam ember kayu tersebut. Tidak ada yang aneh, hanya ada air di dalamnya, apa Hato sedang mempermainkannya?

Mata Putri Kotoko berkedip berulang kali ketika air itu menampilkan bayangan Raja Keito dan Selir Kimiko yang diam mematung di kediaman Putri Mari.

"Inilah akibat kutukan tersebut Putri, satu-satunya cara agar mereka kembali seperti sedia kala, kau harus mengikutiku kemana pun aku pergi. Tapi jika kau ingin mereka lenyap dari muka bumi ini, maka itu tidaklah sulit bagiku" kalimat Hato terdengar bagaikan ancaman.

"Akan kau bawa ke mana aku?"

"Ke suatu tempat yang akan membawamu ke pada seseorang. Aku hanyalah sang pembawa pesan" kata Hato menegaskan kembali alasan kehadirannya. Putri Kotoko mengangguk lalu mengikuti ke mana burung Hato terbang.

Kediaman Putra Mahkota.

Hiroshi merebahkan kepalanya dengan nyaman di pangkuan Ratu Eun Sha ketika ia mengeluhkan sakit kepala, sang Ratu pun ingin segera meringankan rasa sakit Hiroshi dengan sebuah pijatan di kedua pelipis sang Putra Mahkota. Hiroshi sangat menginginkan waktu terhenti saat ini juga supaya ia, dapat terus bersama dengan Ratu selama mungkin.

"Untuk apa kau menyiksa tubuhmu sendiri demi keinginanmu yang akan selamanya di tentang baik di bumi mau pun di langit? Jangan keras kepala Hiroshi. Lupakan ambisimu, makanlah"

"Tidak Haha. Selamanya hamba tidak akan mau mencabut niatan hamba untuk memiliki Anda. Meski harus seribu kali didera rasa sakit"

"Apa yang kau dapatkan dalam hal ini? Haha tidak akan pernah menikahi Putra Haha sendiri. Sadarlah Hiroshi. Hubungan darah...lebih kental dari pada hubungan cinta. Kau tidak bisa menghapuskan hubungan darah kita, atas nama cinta"

"Bukankah Haha dan Chichi terhubung karena cinta? Begitu juga hamba yang terhubung dengan Anda karena cinta" Hiroshi kini mulai berulah kembali tapi Ratu segera menurunkan emosinya.

"Kau benar mencintaiku? Maka lakukan apa yang aku inginkan. Makanlah" kata Eun Sha lembut, sambil menyodorkan makan dengan sumpit di tangan kanannya.

Hiroshi menatap ragu tapi kapan lagi ia akan dimanjakan seperti ini oleh sang Ratu? Ia harus memanfaatkan kesempatan ini, untuk memikat hati Ratu Eun Sha.

Senyuman kecil terukir di bibir sang Putra Mahkota lalu ia menerima suapan dari Ratu Eun Sha.

"Apa yang ada pada Raja, tapi tidak ada pada hamba Yang Mulia?" tanya Hiroshi membuat Eun Sha terdiam sejenak.

"Suamiku penyabar tapi Putraku pemarah. Siapa menurutmu yang layak untuk aku sayangi? Hmm?" sebuah pertanyaan di balas dengan pertanyaan.

Hiroshi segera menampik makanan yang disodorkan Ratu hingga sumpit dan makanan itu jatuh di atas lantai kayu.

"Hiroshi...banyak orang kelaparan di luar sana bekerja dari pagi hingga petang, demi mendapatkan beberapa lembar Yen untuk mengisi perutnya. Seharusnya kau, berterima kasih terlahir dalam keluarga yang mampu!!" bentak Ratu sambil berdiri mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari Putra kandungnya.

Hiroshi berdiri dengan gontai...ia menatap sendu ke arah sang Ibu mencari tahu di mana rasa cinta kasih Ratu untuknya? Ia menatap manik mata Ratu yang penuh kemarahan.

"Jangan mengubah topik pembicaraan Yang Mulia. Hamba bisa melenyapkan Raja selamanya jika hamba ingin,"

Plak !!

Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Hiroshi bahkan darah segar menetes dari sela bibirnya. Ratu membalas tatapan mengancam Hiroshi dengan tatapan terluka sekaligus penuh penyesalan. Putra yang di perjuangkan kehidupannya demi kebahagiaan rumah tangganya dengan Raja Keito, kini malah ingin mengakhiri hidup Suaminya? betapa hancur hati sang Ratu kini.

"Asal kau tahu Hiroshi, Putra Keito. Kau adalah keturunan yang telah kami perjuangkan antara hidup dan mati. Haha hampir mati terbunuh, lantaran ingin mempertahankan kehidupanmu dalam kandungan Haha"

"Bahkan, karena kaulah, aku terpisah dari Suamiku dalam waktu lama. Berani kau hilangkan nyawa Suamiku, maka kau, akan melihatku segera menyusulnya" ancam Ratu beranjak meninggalkan peraduan Hiroshi.

Sebelum sempat Ratu menuju ke arah pintu keluar, terdengar suara geraman sesuatu di balik pintu. Ratu mundur beberapa langkah sementara Hiroshi segera menggamit katana miliknya lalu segera berlari melindungi sang Ratu. Terlihat seekor Kitshato melenggang berjalan dengan angkuh namun anggun. Menatap murka Hiroshi dengan kedua mata kelamnya.

Hiroshi segera menghunuskan katana di hadapan sang Rubah berbulu putih ke abu-abuan tersebut.

"Pria kecil bodoh. Sebaiknya kau lindungi saja dirimu sendiri" kekeh Kitshato dengan tatapan sinis.

"Mau apa kau kemari?"

"Seseorang ingin menemuimu Putra Keito. Ikutlah bersamaku" kata Kitshato tanpa basa-basi.

"Cih, aku tidak sudi. Pergilah katakan pada Tuanmu aku tidak akan datang padanya"

"Kau yakin? Jadi kau, ingin Wanita di belakangmu mati membeku?" kata Kitshato tajam penuh ancaman.

Hiroshi menoleh ke belakang tubuhnya diam terpaku menatap pemandangan di depan matanya. Ratu Eun Sha berubah menjadi sebuah pahatan es!!

"Haha?! Kitshato apa yang telah kau lakukan terhadap Haha ku?!"

"Chichimu dan Tuanku telah membuat kesepakatan. Raja Keito, Ratu Eun Sha, Selir Kimiko dan Menteri Natsuha telah menerima risikonya bila melakukan kesepakatan ini. Dan kini mereka telah membayar risiko itu"

"Kembalikan mereka seperti semula. Kesepakatan apa sebenarnya yang telah kalian lakukan?!"

"Hanya Tuanku dan merekalah yang tahu. Maka datanglah pada Tuanku Agar kau tahu, cara mengembalikan mereka seperti sedia kala"

"Bawa aku padanya segera!!" jawab Hiroshi tak ingin membuang banyak waktu lagi. Kitshato merubah dirinya menjadi lebih besar lalu duduk di atas lantai kayu.

"Naiklah..." kata Kitshato memerintahkan Hiroshi untuk menaikinya.

Hiroshi mengangguk sambil menaiki sang Kitshato yang dengan lincah berlari melompati jendela kediaman Hiroshi, dan melesat berlarian secepat kilat.