Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 26 - Identitas Baru 2

Chapter 26 - Identitas Baru 2

"Apa kita akan bermain lagi sekarang?!" tanya Hiroshi girang.

"Tidak. Kau, harus belajar. Ayo ikuti Chichi. Dan kau, Kotoko," panggilan dari sang Ayah membuat Gadis kecil itu mendengarkan penuh perhatian.

"Kau, harus belajar bersama Hahamu di Istana oke, sementara Mari dan Hiroshi belajar bersama Chichi" kata Raja mengusap kepala Kotoko yang mulai cemberut.

"Kenapa hanya hamba yang belajar terpisah? Kenapa hamba tidak ikut belajar dengan Mari dan Hiroshi?" rajuk Kotoko.

"Hiroshi anak yang mudah bosan dalam belajar kau tahu itu kan? Maka Mari, bisa membantu Chichi membujuk Hiroshi untuk kembali belajar. Mereka pergi untuk terus dan terus belajar."

"Apa itu lama?" tanya Kotoko mencari sebuah jawaban.

"Kami akan pulang malam. Kau bisa menjaga Haha, untuk Chichi?" tanya Raja di jawab anggukan enggan Kotoko. Gadis kecil tersebut sangat membenci terpisahkan dari dua saudaranya.

Di Hutan Belantara.

Hiroshi menatap takjub keindahan hutan yang ia pijaki kini. Raja memerintahkan semua orang turun dari kudanya untuk berburu rusa. Mari, terus mengikuti kemana langkah Adiknya itu menuju. Sementara Raja hanya mengawasi dari jauh.

"Hiroshi...kau lihat itu? Yang bergerak di antara rerumputan. Hewan itulah yang dinamakan rusa" kata Mari berbisik pada Adiknya sambil menunjukkan ke arah pusat pandangannya.

"Kita baru pertama kali berburu. Kau yakin itu namanya rusa?" bisik Hiroshi ragu. Jika ia salah membidik, poin bonus yang ia miliki bisa menghilang begitu saja, bahkan sebelum waktu berburu telah habis.

"Aku yakin, Haha memperlihatkan banyak buku bergambarkan banyak...., sekali hewan. Aku tak akan mungkin salah mengenali hewan itu" balas Mari masih berbisik. Hiroshi mengangguk dan mengarahkan bidikannya pada seekor rusa yang sedang asyik merumput.

Drap!

Drap!!

Drap !!!

Langkah berderap dari kejauhan, membuat rusa calon buruan Hiroshi kabur begitu saja. Kini guratan wajah penuh rasa kecewa karena gagal berburu itu, justru menjadi alasan Hiroshi dan Mari berusaha mengejar si Rusa.

"Yang Mulia!! Ada perampok!!" teriak seorang Pria berkuda bersama kawanannya yang dikenali sebagai Panglima. Raja membulatkan kedua matanya lalu menoleh ke tempat terakhir ia melihat Putra dan Putrinya.

"Anak-anakku menghilang!! Cepat temukan mereka sebelum sesuatu terjadi pada mereka!!" teriak Raja sangat panik.

Ah, ia kehilangan Putra dan Putrinya karena sibuk memperhatikan siapa pemilik pasukan berkuda yang membuat keributan tak jauh dari tempat Raja dan Anaknya berburu. Raja ikut melakukan pencarian Hiroshi dan Mari.

Hamari dan Hiroshi menghentikan langkah kaki, setelah mereka menyadari tidak ada Ayah atau pun Pengawal mereka di sekitar mereka. Mari hendak berteriak memanggil sang Ayah, tapi di bekap oleh Hiroshi.

"Apa yang kau lakukan? Kau bisa menarik perhatian hewan buas. Kau ingat...kita dimana sekarang?" bisik Hiroshi memberi peringatan hingga ia baru melepaskan bekapan nya ketika Mari mengangguk.

"Kita...kembali saja ke tempat yang tadi kita lalui" gumam Mari panik.

"Kau lihat? Semua jalan di sini nampak sama saja bukan? Kita tak pernah tahu jalan mana, yang harus kita tempuh" desah Hiroshi merasa akan mendapatkan masalah baru kali ini.

Krusek

Krusek

Auuuuummmmm!!

"Ayo lari!!" terak Hiroshi menggapai tangan Mari membawa berlari saudarinya.

"AaaaAAAAaaa!!" teriak Mari ketika sang harimau kelaparan mulai melompat dan berdiri tegap di hadapan mereka.

Mereka diam membeku, kaki mereka tak mampu untuk bergerak. Ketika seekor harimau hendak menyerang, tiba-tiba seseorang melompat ke arah si Harimau, berguling bersama makhluk garang yang buas. Hiroshi segera berjalan mundur masih menggenggam tangan saudarinya. Sang penyelamat bercadar layaknya Ninja pada umumnya, menghujamkan katana tepat ke jantung harimau tersebut hingga mati.

Sang Ninja menoleh ke arah mereka lalu menatap tajam ke arah Hiroshi dan Mari.

"Aku ditugaskan Chichimu untuk membinasakan kalian berdua"

"Tidak!! Chichi sangat menyayangi kami!!" teriak Mari tak terima. Ia menjerit kaget ketika sebuah pisau belati dilemparkan hingga mengenai paha sang Putra Mahkota.

"Hiroshi!! Hiroshi!!" teriak Mari mencoba mengangkat tubuh Hiroshi yang terluka. Hiroshi menahan rasa sakitnya demi keselamatan Mari Kakaknya.

Mereka berlari tanpa tahu arah, dan berakhir berguling di sebuah jurang yang curam. Si Ninja berhenti melakukan pengejaran, begitu melihat Putra Mahkota dan Putri jatuh menggelinding masuk ke dalam jurang terlebih lagi, peristiwa itu dilihat langsung oleh Raja.

"Hamari!! Hiroshi!!" teriakan Raja mengumandang ke seantero penjuru hutan membuat kawanan burung, yang bertengger di antara ranting pepohonan beterbangan di udara.

Perlahan kedua mata Hiroshi dan Mari terbuka lebar. Mereka tak berada di tempat yang sama.

"Syukurlah kau baik-baik saja Nak, siapa namamu? Dimana tempatmu berasal?" tanya seorang Wanita kepada Mari. Gadis kecil itu menatap lekat pada wajah Wanita tersebut. Ia menggeleng dan memegang kepalanya yang berat lagi sakit dengan kedua tangannya.

"Dimana aku? Siapa aku?" tanya Mari menatap polos pada si Wanita penolong. Wanita itu terdiam sesaat lalu tersenyum lembut.

"Jadi benar kata Tabib. Kemungkinan besar, kau tidak akan mengingat jati dirimu. Dengarlah nak, aku adalah Hahamu. Megumy. Dan kau, adalah Putriku" kata seorang Wanita berpakaian Geisha di hadapannya.

"Namamu adalah...Simizu Hanami. Semua orang memanggilmu Mizu" kata Megummy dengan lembut.

Ditempat lain, seorang anak Laki-laki juga baru saja ditemukan oleh seorang pandai besi. Ialah pencipta pedang di seantero Negeri.

"Aw....!!" pekik Hiroshi saat hendak duduk dari tidurnya.

"Seharusnya kau beristirahat terlebih dahulu nak, dimana rumahmu? Ayo kuantar kau pulang" kata sang pandai besi.

"Rumahku? Aku...tidak tahu dimana rumahku"

"Bagaimana dengan namamu? Kau pasti ingatkan?!" tanya sang pandai besi mulai panik. Hiroshi menggelengkan kepala.

"Baiklah. Kau, boleh tinggal di tempat ini selama kau mau. Anggaplah ini rumahmu sendiri, dan anggap aku ini Chichimu" kata sang pandai besi di balas Hiroshi dengan tatapan kosong.

"Namaku, Ojie Nabuke. Dan kau, kuberi nama Hideki Takizawa" kata sang Pandai besi lagi sambil menyodorkan ramuan obat pada Hiroshi.

"Lalu siapa nama panggilanku?"

"Mana saja yang kau suka nak,"

"Taki...." kata Hiroshi tersenyum ceria.