Dayang Do hwa menyelinap masuk ke dalam kediaman Kasim Akio untuk memberitahukan bahwa Ratu memanggilnya. Setelah keduanya sampai ke kediaman sang Ratu, mereka melihat Ratu sedang serius membaca sebuah surat dengan wajah tegang, sekaligus murka.
"Yang Mulia...Anda memanggil hamba?" tegur Kasim Akio begitu melihat kedua tangan sang Ratu bergetar hebat.
"Kasim...geledah rumah Menteri Natsuha sekarang!! Lalu bunuh Selir Eun Sha sekaligus Putranya. Jangan ada lagi kesalahan sedikit pun!!" perintah Ratu Kimiko membuat mata si Kasim terbelalak lebar.
"Bukankah beliau sudah lama menghilang Yang Mulia? Lalu...kenapa hamba harus menyelinap ke dalam kediaman Menteri Natsuha? Apa hubungannya Yang Mulia?" tanya Kasim Akio tergagap.
Bagaimana ia bisa menggeledah rumah orang yang sudah banyak berjasa pada seluruh anggota keluarganya? Dia bukan orang yang tidak tahu cara membalas budi baik seseorang.
"Apa kurang jelas kata-kataku Kasim!! Eun Sha menghilang karena ulah Natsuha yang menyabotase rencana kita, menculik Eun Sha!! Dia berani main belakang dengan Kakaknya sendiri dan menyembunyikan Eun Sha!!" kata sang Ratu menggebu-gebu.
"Tapi..."
"Aku tidak terima penolakan Kasim!! Lakukan, atau keluargamu kubuat menderita!!" ancam Ratu.
"Daulat Ratu..." kata Kasim sambil memohon diri.
Di rumah kayu dalam hutan.
Selir Eun Sha terbangun dari mimpi buruk, menghapus peluh sambil menepuk-nepuk keningnya yang basah dengan lengan kimononya.
"Selir!!" teriak sang Dayang panik.
"Ada apa? Kenapa kau sepanik itu?" tanya Eun Sha penuh tanda tanya.
"Ayo kita lari lewat pintu belakang" kata Dayang Fushaby menarik lengan Eun Sha agar Ia segera berdiri.
"Fushaby, tunggu dulu. Jangan paksa aku berlari...aku tidak kuat untuk itu " tolak Eun Sha melepaskan diri dari genggaman tangan Fushaby. Eun Sha sedang hamil besar. Berlari dalam keadaan hamil besar, dapat membahayakan nyawa Putra dalam kandungannya.
"Akan hamba beri tahu kenapa Anda harus berlari sekarang Selir, percayalah pada hamba...sebelum Anda, kehilangan lebih banyak hal lagi di kehidupan Anda ini" kata Fushaby, menyamarkan kata darurat pada setiap katanya. Eun Sha terpaksa menurut, dan berusaha berlari semampunya.
Baru... saja berlari keluar dari pintu belakang, Eun Sha sudah meringis kesakitan.
"Kuatkan diri Anda...ayo" kata sang Dayang berjuang membantu Eun Sha untuk berlari. Mereka menuju ke arah hutan untuk menghindari sesuatu.
"Hah Hah ka-kata-kan...pa-da-ku sek- sekarang!! Kenapa kau...menggiringku ke-si-ni?" tanya Eun Sha terengah-engah masih terus berlari kecil diiringi sang Dayang.
"Ratu. Hamba yakin, itu utusan Ratu yang datang. Mereka memberi surat perintah penggeledahan kediaman Menteri Natsuha, saat beliau tidak ada. Pasti Ratu, sudah mengendus keberadaan Anda di sana" jawab Fushaby panjang lebar sambil sesekali dirinya menoleh ke belakang.
"Berhenti!!" teriak seseorang dari kejauhan. Melihat Kasim Akio berteriak dari kejauhan, membuat Eun Sha semakin yakin dugaan Fushaby benar adanya. Eun Sha dan Dayang Fushaby berlari mempercepat langkah kaki. Saat Fushaby yakin tidak ada yang melihat keberadaan mereka berdua, Fushaby segera menyelundupkan Eun Sha, ke sebuah sumur mati yang dangkal.
"Selir, apa pun yang terjadi, jangan pernah keluar dari sini sebelum semua aman" pesan Fushaby sambil berlari, mengambil banyak kayu dan dedaunan yang telah menguning guna menutupi tubuh Eun Sha. Fushaby meletakkan banyak batang kayu tak beraturan di atas kepala sang Selir tak lupa menaburkan banyak dedaunan kuning untuk menambah kesan kotor.
Tidak akan ada orang yang curiga dengan sesuatu yang kotor dan tak terawat bukan? Fushaby segera berlari mendengar derap langkah para Prajurit Istana dan Kasim Akio.
WuSSsssss
Jleeeeb!!
Sebuah panah beracun, menancap di tulang kering kaki Fushaby bagian belakang. Gadis itu mengerang dan jatuh tersungkur. Ninja yang mengejar Dayang tersebut langsung meremas kuat-kuat lengan sang Dayang hingga menambah penderitaan Gadis yang sedang sekarat ini.
"Dimana Selir Eun Sha? Katakan!!" gertak sang Ninja.
"Se-Selir...terpisah dari saya" jawab Fushaby penuh keyakinan meski nyawanya dalam bahaya.
"Dimana kalian mulai terpisah?" tanya Ninja itu melepaskan cengkeraman dari sang Dayang.
"Apa Anda akan memberikan penawar racunnya, jika saya memberitahu kemana beliau melarikan diri?" tanya Dayang dengan sorot memohon, agar dapat bertahan hidup.
"Kasim Akio bisa memberikan berapa pun penawar yang kau butuhkan. Sekarang katakan dimana Selir Eun Sha!!" gertak Kasim Akio sambil menendang kaki Dayang tepat di dekat bagian kakinya yang terpanah. Maka Dayang itu pun menunjukkan arah asal-asalan.
Jleeeeb!!
Sebuah pisau besar menancap tepat di perut Fushaby!! Para Ninja itu langsung berlari ke arah yang ditunjuk sang Dayang lalu meninggalkannya begitu saja.
Masih di dalam hutan belantara.
"Fushaby!! Apa yang terjadi? Katakan?!" pekik Sang Raja yang berlari memeriksa siapa yang sedang terluka di hadapannya.
Natsuha, yang mengiringi sang Raja, langsung terkejut bukan main. Ia gelisah...di mana ada Fushaby pasti disitu juga ada Eun Sha karena begitulah perintahnya pada sang Dayang.
"Yang Mulia..." kata Fushaby lemah...sambil menunjuk ke arah sumur mati yang dangkal.
"Pergilah...ke sumur itu...Yang Mu...Lia..." kata Fushaby di sela-sela nafas terakhir. Raja menatap ke arah Natsuha...Pria itu mengangguk pasrah...bukan saatnya dia mementingkan ego sekarang, yang terpenting adalah keselamatan Eun Sha.
Maka, Raja pun berjalan tergopoh-gopoh ke arah sumur sambil membawa sebuah katana di tangan kirinya bila ada serangan mendadak dari arah mana pun, termasuk dari dalam sumur itu sekali pun. Natsuha berjalan di belakang sang Raja ikut berjaga-jaga dari serangan tak terduga itu. Raja membuka satu persatu tumpukan kayu sekaligus menyingkirkan tumpukan dedaunan di bawah kayu.
"Eun Sha..." kata sang Raja terkejut bukan main. Cahaya mata redup itu pun kembali bersinar terang saat menemukan kembali belahan jiwa yang telah lama terpisahkan darinya.
"Yang Mulia..." kata Eun Sha di sela tubuhnya yang bergemetaran hebat, takut sang penemu dirinya adalah para Ninja. Dengan hati-hati Raja membantu Eun Sha untuk berdiri. Beliau menggendong Eun Sha keluar dari sumur membuat hati Natsuha terasa teriris-iris.
Dalam lingkungan Kerajaan.
Seluruh pandangan tertuju pada kedatangan sang Raja dan Menteri Natsuha bersama Eun Sha. Sang Selir kesayangan Raja itu, kini telah tiba di Istana, kembali kedalam kediamannya. Begitu selesai membersihkan diri dibantu para Dayang Istana, Eun Sha bergegas menuju kediaman Raja guna mendapatkan informasi keberadaan Hikari yang sejak kedatangan Eun Sha ke Istana hingga saat ini, belum juga nampak batang hidungnya.
"Selir Eun Sha datang Ingin menghadap!!" lapor sang Pengawal membuat Raja Keito penasaran perihal apa yang ingin disampaikan Selir padanya.
"Masuklah" jawab Raja riang tak lupa selalu menyunggingkan senyuman yang semenjak sang Selir menghilang, senyuman itu tak kunjung juga terbit.
"Yang Mulia..." hormat sang Selir sambil mengulas senyum yang terkesan dipaksakan.
"Kau terlihat panik. Ada apa Eun Sha? Katakan" balas Raja mengerutkan keningnya.
"Yang Mulia...hamba sedari tadi tidak melihat Hikari. Dimana dia?" tanya Eun Sha sangat khawatir. Tak biasanya Dayang itu menghilang begitu saja karena setiap Eun Sha datang, pasti Hikari akan menyambutnya dengan penuh suka cita.
"Dia ditahan"
"Ditahan? Kenapa Yang Mulia? Apa kesalahan Hikari?!" pekik Eun Sha kaget.
"Dia mengizinkanmu pergi dari Istana tanpa izinku"
"Apa? Apa Anda bercanda Yang Mulia? Tanyakan pada Dayang Do hwa dan Kasim Akio merekalah yang membuat hamba pergi dari Istana, hanya sekedar untuk berjalan-jalan"
"Do hwa bilang Anda akan terlambat datang dan pulang malam, kemudian datanglah Kasim Akio yang mengatakan, jika Anda memberi ijin kepada hamba dengan syarat hamba, harus mau jalan-jalan menggunakan tandu istana!!" marah Eun Sha.
"Benarkah Do hwa dan Akio yang memintamu pergi tanpa izinku? Bukannya kau, yang meminta mereka untuk meluluskan keinginanmu keluar Istana Selirku?" tanya Raja penuh penekanan.
"Hamba tidak akan berani pergi kemana pun, tanpa perintah Raja, sekaligus Suami hamba. Apa Anda mulai meragukan hamba? Yang Mulia?" tanya Eun Sha balik.
"Akan ku carikan Dayang lain. Biarkan Hikari menikmati hukumannya"
"Kalau begitu, hukum hamba juga Yang Mulia, Hikari tak sepenuhnya salah. Hambalah penyebab kesalah pahaman ini lalu dia, yang harus dihukum karena kesalahan yang hamba perbuat? Apakah itu adil Yang Mulia?"
"Selir, kau sedang mengandung. Kau tak layak menjalani hukuman di tempat tak sehat itu"
"Maka hamba mohon Yang Mulia...ijinkan Hikari bekerja kembali untuk hamba...hanya dia yang hamba miliki selain Anda di sini" rengek Eun Sha sambil memijit bahu Suaminya itu.
"Akan kulakukan jika kau memijit kedua bahuku" kata Raja sambil menggeleng-gelengkan kepala lalu tersenyum kecil. Eun Sha selalu bisa mencari celah dimana Suaminya tak mampu untuk menolak keinginannya selama itu keinginan yang baik.