Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 19 - Keadilan Untuk Selir Eun Sha

Chapter 19 - Keadilan Untuk Selir Eun Sha

"Hamba tidak pernah ingkar. Anda sendiri yang membuat ini menjadi semakin pelik Yang Mulia. Jangan pikir, hamba tidak tahu, niatan busuk Anda, menggeledah kediaman hamba untuk membinasakan Selir Eun Sha terutama anaknya!!" teriak Natsuha dengan wajah merah padam menahan amarah yang bergejolak di dalam dada. Jika saja Ratu tidak bertindak bodoh, mungkin sampai saat ini Eun Sha masih dalam jangkauannya.

"Kau!! Jika aku membiarkan Putra Mahkota terlahir ke dunia, apa jaminanmu dia tidak akan menyingkirkan Putriku?!"

"Bukankah Anda tidak peduli dengan anak, Yang Mulia? Apa Ratu Negeri ini lupa, pernah ingin juga melenyapkan Putrinya sendiri?"

"Putriku adalah alat untuk menghalangi hubungan Raja dan Eun Sha. Sebelum ini kupikir aku tidak perlu lagi melakukannya karena kau telah menyekapnya. Tapi lihat sekarang Natsuha!!"

"Lupakan saja pertengkaran ini Kakak, itu percuma nasi telah menjadi bubur. Kita harus memikirkan jalan keluar lainnya"

"Aku tidak peduli Natsuha. Yang aku inginkan Eun Sha lenyap dari dunia ini!!"

"Jadi kau yang merencanakan pelenyapan Istri dan calon Pewarisku, Ratu!!" bentak seseorang di balik pintu. Bagai tersambar petir disiang bolong Ratu terdiam dengan wajah pucat pasi.

"Yang Mulia..." kata Natsuha dan Ratu bersamaan. Keringat dingin mengucur deras dari pelipis sang Ratu.

"Bagus...sebenarnya aku sudah mendapatkan bukti cukup kuat untuk membuatmu bicara sejujurnya Ratu!! Tapi tak ku sangka, aku akan mendengar pengakuan langsung dari mulut busuk mu!!" teriak Raja murka.

"Bukti? Bukti apa Yang Mulia?" tanya Ratu bingung sendiri.

"Datanglah ke Aula pengadilan Ratuku, maka kau, akan tahu, apa kesalahan fatalmu itu" kata Raja berusaha menahan emosinya, lalu berpaling dari Ratu menuju ke Aula pengadilan.

"Apa kau, yang merencanakan ini semua? Tentunya kau juga tahukan, cara untuk membebaskanku?" lirik Ratu dengan nada penuh penekanan.

"Hamba tidak paham dengan apa kata Yang Mulia Raja. Sebaiknya Anda segera pergi ke sana bersama hamba sebelum Pengawal diperintahkan untuk menyeret Anda ke sana Ratu" kata Natsuha acuh tak acuh lalu berjalan mendahului sang Ratu menuju Aula pengadilan Istana.

Aula pengadilan Istana.

Raja duduk di singgasananya dengan sorotan mata tajam, memandang sang Ratu. Wanita itu duduk bersimpuh dihadapan sang Raja di dampingi Menteri Natsuha. Tak lama kemudian, muncul Panglima Do Jo. dan bala Tentaranya memasuki ruang sidang membawa seorang Ninja bayaran Ratu dihadapan Ratu.

Ninja itu dilemparkan tepat ke hadapan Ratu, berdebuman di atas lantai Aula ruang pengadilan Istana. Wajah Ratu semakin memucat ketika ia sadar, siapa yang bergeleparan di hadapannya sekarang ini.

"Panglima!! Buka penutup mata Ninja itu!!" perintah Raja lantang. Maka Panglima Do Jo. dengan kasar membuka penutup mata sang Ninja bayaran. Pria itu menatap Menteri Natsuha untuk pertama kali, lalu menatap wajah pucat sang Ratu.

"Kau ingin keluargamu hidup bukan? Maka tunjukkan padaku, siapa yang membayarmu" kata sang Panglima Do Jo, mengibaskan pedang ke rambut panjang sang Ninja, hingga rambutnya yang ter kucir rapi itu kini tinggal kenangan.

Dengan panik dan rasa takut keluarganya dalam bahaya, si Ninja memelototi rambutnya yang panjang, sudah ditebas hingga jatuh tak jauh dari tempatnya bersimpuh.

"Dia adalah..." sang Ninja mengucapkan dengan suara terbata-bata. Pria itu menatap ke arah Menteri Natsuha dan Ratu bergantian.

"Ratu Yang Mulia..." kata si Ninja bergetar. Ratu melotot tidak terima kenapa Ninja tersebut, hanya mengungkapkan fakta dirinya saja? Kenapa Natsuha tidak disinggung sama sekali?!

"Bohong!! Aku bekerja sama dengan Natsuha Yang Mulia!! Maka hukum juga dia!!" kata Ratu meminta keadilan. Kalau Natsuha berani memasukkannya ke dalam api neraka, biarlah ia juga merasakan api itu bersama.

"Yang Mulia...saya saksinya" Kasim Akio menimpali. Sang Ratu tersenyum penuh kemenangan sambil melirik ke arah sang Adik kandung.

"Beliau, Menteri Natsuha, berpura-pura membantu aksi pembantaian Selir Eun Sha dan calon Putra Mahkota, demi menyelamatkan nyawa keduanya" kata si Kasim, membuat senyuman licik Ratu kini berubah menjadi guratan penuh rasa kecewa dan merasa di khianati habis-habisan!!

"Yang Mulia...hamba menghadap" kata Do Hwa di hadapan Rajanya.

"Katakan apa yang harus kau katakan dengan sejujur-jujurnya" kata Raja penuh wibawa.

"Yang Mulia, hamba bersaksi, bahwa sebenarnya, Ratu mendesak hamba dan Kasim Akio untuk membuat Selir Eun Sha menaiki tandu Istana. Tapi kami tidak pernah tahu menahu, bahwa akan ada Ninja yang akan membunuh Selir" adu sang Dayang kepercayaan Ratu tidak sepenuhnya benar. Kebenarannya adalah, Kasim Akio dan Do Hwa, akan selalu berpihak pada yang terkuat.

Dalam hal ini, mereka akan sangat diuntungkan bila memihak si Adik Ratu, Menteri Natsuha yang menyelamatkan dan menyembunyikan Selir. Bagaimana pun, dan apa pun kesalahan sang Menteri, Raja akan tetap memberi pengampunan karena sudah mengembalikan Eun Sha ke dalam pelukan Raja kembali.

"Yang Mulia!! Yang Mulia!!" teriakan Dayang Hikari membuat seluruh Dewan Istana menatap ke arah Gadis itu. Mata Hikari sembab sangat terlihat kepanikan di wajah cantiknya.

"Beraninya kau, mengganggu persidangan yang sedang berjalan Dayang!!" bentak Kasim Akio marah.

"Ampun beribu-ribu ampun Yang Mulia...jika hamba menyita waktu persidangan, tapi hamba memberi kabar, bahwa sekarang, Selir Eun Sha akan menjalani persalinan" kata Hikari antara cemas dan takut-takut.

"Persidangan akan di tunda dalam waktu dua jam lagi. Ratu, aku beri kau, kesempatan untuk mendapatkan pembelaan bila memang ada. Tapi jika kau, menggunakan cara licik lagi untuk memenangkan sidang ini, hukuman lebih berat yang tak pernah kau bayangkan, pasti akan kuberikan sebagai hadiah untukmu" ancam Raja dingin, lalu segera meninggalkan Aula persidangan Istana, menuju kediaman Selir Eun Sha.

Kediaman Selir Eun Sha.

Raja Keito berjalan memasuki kediaman Eun Sha beliau mendengar jelas pekik kesakitan sang Selir menjelang persalinan.

"Yang Mulia..." sambut Tabib Istana menghormat.

"Apa aku mengganggumu bekerja? Aku akan keluar asal Putra dan Selirku selamat" kata sang Raja sadar kedatangannya kali ini, membuat pekerjaan sang Tabib tertunda.

"Tidak Yang Mulia. Selir membutuhkan kehadiran Anda. Mohon dampingi Selir agar merasa tenang saat melahirkan Putra Mahkota" kata Tabib tersenyum bijak lalu Raja bergegas duduk disamping Selir Eun Sha sambil menggenggam tangan Eun Sha.

Dalam keadaan menahan rasa sakit, Eun Sha yang tangannya digenggam Raja Keito, kini mengejan kembali sambil menggenggam erat tangan kekar Raja. Persalinan Selir Eun Sha sangatlah rumit air ketuban hampir habis hingga Tabib terpaksa harus segera mengeluarkan bayinya secepat mungkin.

"AaaaAAAAaaa!!" teriak sang Selir berkumandang keras hingga ke taman Istana.

Engaaaaaak!!

Engaaaaaak!!

Suara tangis bayi Laki-laki itu menyusul setelahnya. Dayang Hikari yang sedari tadi tegang sekaligus cemas kini dapat tersenyum di balik pintu kediaman Selir Eun Sha. Raja mulai kehilangan senyum, begitu menyadari sang Selir Eun Sha terdiam memejamkan kedua matanya, tak bergerak sedikit pun!!

"Tabib!! Cepat lihat keadaan Selirku!! Kenapa dia tidak bergerak sama sekali?" panik sang Raja sambil menyerahkan Putra Mahkota pada salah satu Dayang perawat. Tabib memeriksa denyut jantung Eun Sha melalui pergelangan tangan sang Selir.

"Denyut jantungnya melemah Yang Mulia. Anda harus membangunkannya segera coba tepuklah kedua pipi beliau" kata Tabib tak mengurangi rasa hormat. Raja pun menepuk pelan kedua pipi Eun Sha. Wanita itu kini mengerjapkan kedua mata mencoba melihat siapa yang berkali-kali memanggil namanya.

"Eun Sha...bangunlah kumohon" kata Raja mengusap pipi Eun Sha dengan kedua ibu jarinya.

"Raja...hamba mengantuk sekali" kata Eun Sha lemah.

"Yang Mulia buatlah Selir bertahan selama 2 jam untuk tidak tidur. Selir...Anda dalam masa kritis saat ini. Tidur sebelum masa kritisnya habis, bisa membahayakan nyawanya kapan saja" bisik Tabib pada Raja yang langsung di jawab dengan anggukan.

"Kau ingin tidur? Apa kau sangat tidak peduli pada kelahiran Putra kita? Bahkan ia baru saja dilahirkan ke dunia. Bagaimana kau bisa setega itu padanya?" pancing Raja mencari alasan, agar Eun Sha tetap dalam kesadaran penuh.