Raja tersenyum gembira, setelah dapat membebaskan diri dari masalah perebutan lahan dengan berakhirnya rapat hari ini. Di benaknya, Raja hanya memikirkan bisa berkumpul kembali dengan Eun Sha, Kotoko juga calon Pewaris Tahta.
Raja berjalan tergesa-gesa tak sabar untuk dapat kembali mendapatkan sambutan penuh cinta dari sang Selir.
"Eun Sha? Dimana kau? Jawab aku" panggil Raja setelah berada di kediaman selir Eun Sha yang sepi.
"Yang Mulia, hormat hamba" sambut Dayang kesayangan Eun Sha pada sang Raja.
"Hikari, dimana Selir Eun Sha berada?"
"Bukankah Yang Mulia sendiri, yang meminta Selir untuk...melihat-lihat keluar Istana menggunakan tandu Istana?" tanya Dayang tersebut bingung.
"Iya, tapi...kenapa dia lancang sekali tidak menungguku barang sebentar saja?" marah sang Raja.
"Bukankah...kata Dayang Do hwa, jika Anda akan pulang larut malam Yang Mulia, karena ada urusan Negara?"
"Do Hwa kemari?" Raja mengerutkan kening heran.
"Ya, Dayang Do hwa mengatakan pada Selir bahwa Anda membatalkan perjalanan bersama Selir karena Anda, memiliki urusan Negara dan...kemungkinan Anda...pulang larut malam"
"Lalu, kenapa sekarang dia justru masih nekat pergi?! Hal semacam itu bisa dilakukan besok!" Raja malah melotot sekarang pada Hikari.
"Ampun Yang Mulia...Kasim Akio mengatakan bahwa....Raja mengizinkan Selir pergi tanpa Anda, jika Selir menurut pergi dengan tandu Istana" lapor Dayang Hikari takut-takut.
"Apa-apaan ini? Kenapa Do hwa dan Akio mengatakan itu pada Selirku? Sudah berapa lama Selir Eun Sha pergi?!" bentak Raja.
"Sekitar 4 jam yang lalu Yang Mulia..." gagap Dayang Hikari bersimbah keringat dingin dari pelipisnya.
"4 jam?! Dia bilang hanya berkeliling di luar Istana! Itu artinya, dia hanya berjalan di sekitar istanaku ini! Lalu kenapa dia belum juga pulang?!" Raja mulai panik. Suara derap langkah kaki berlarian menuju ke kediaman Selir Eun Sha.
"Kasim Akio dan bala tentara ingin bertemu" pemberitahuan dari pengawal Istana.
"Masuklah" Sahut Raja penuh tanda tanya.
"Yang Mulia...ada berita yang harus segera kami sampaikan..."
"Apa ini tentang perebutan lahan itu lagi?"
"Bukan Yang Mulia ini tentang Selir Eun Sha"
Deg!!
"Apa dia sudah kembali?"
"Yang Mulia...saat rombongan Selir Eun Sha dalam perjalanan pulang, ada serangan Ninja entah dari klan mana. Tapi salah satu Prajurit kita, mendapatkan ini" kata Kasim Akio menyodorkan robekan kain berwarna hitam dengan simbol burung Raja wali sedang mengepakkan sayapnya.
"Dimana Panglima? Kenapa kau, Kasim Akio yang datang bersama para Prajurit?"
"Maaf Raja, Panglima Do Jo sedang mengejar salah satu anggota penyerang yang berhasil lolos dari pasukannya sementara sebagian tentaranya diminta menyampaikan pesan ini kepada saya, untuk di sampaikan langsung kepada Anda Yang Mulia..."
"Lalu dimana Eun Sha? Kalian sudah mengamankannya?"
"Ampun beribu-ribu ampun Yang Mulia...Selir Eun Sha...telah menghilang untuk dijadikan sandera" kata Kasim Akio seketika membuat Raja berhenti bernafas.
"Kau!! Berani-beraninya kau!! Memerintah Eun Sha keluar Istana tanpaku!!" teriak Raja mencengkeram erat baju kebesaran Kasim Akio. Sang Kasim lebih memilih bungkam dan menunduk.
"Maaf Yang Mulia...hamba berpikir...Selir harus dalam keadaan senang supaya Putra Mahkota sehat di dalam kandungannya. Beliau terus memaksa hamba untuk menuruti perintahnya" kata Kasim Akio.
"Katakan Hikari, apakah itu benar?"
"Selir Eun Sha memang kecewa pada Anda Yang Mulia...tapi Selir tidak mungkin pergi selain dengan perintah dari Raja langsung. Selir tidak pernah memohon pada Kasim Akio...tetapi Kasim Akio lah, yang mengatas namakan Anda, agar Selir Eun Sha berkenan pergi dengan menggunakan tandu Istana" kata Hikari sejujur-jujurnya.
"Dayang lancang!! Berani-beraninya kau, memutar balikkan fakta!!" bentak Kasim Akio marah.
"Pengawal!!" panggil Raja. Maka datanglah sang Pengawal Istana ke dalam kediaman Selir Eun Sha.
"Panggil Dayang Do hwa untuk menghadapku" perintah Raja yang langsung di turuti sang Pengawal Istana.
"Yang Mulia memanggil hamba?" tanya Dayang Do hwa sambil membungkuk hormat.
"Apa kau, yang memberi tahu Selirku Eun Sha, jika aku membatalkan jalan-jalanku bersamanya?"
"Ampuni Hamba Yang Mulia...iya"
"Untuk apa kau dan Kasim Akio melakukan ini tanpa perintahku!! Kalian memalsukan perintah Raja?! Apa kalian bergerak atas perintah Ratu?!" geram sang Raja murka.
"Ampun Yang Mulia...hamba tidak berani berbohong, jika Selir Eun Sha tidak memohon pada saya untuk diperbolehkan pergi. Bahkan Dayang Hikari pun tahu itu. Sungguh ini hanya antara hamba dan Selir Eun Sha. Yang Mulia Ratu mana berani mencelakai kesayangan Raja?" Dayang Do Hwa mati-matian membela Ratu. Ini malah membuat Raja makin curiga.
"Yang Mulia...semua itu fitnah...semua itu bohong. Hamba dan Selir tidak memohon pada Kasim Akio bahkan juga pada Dayang Do hwa," kata Dayang Hikari membela diri merasa dipojokkan.
"Mana ada pencuri mau mengaku sebagai seorang pencuri? Yang Mulia...Anda dengar sendiri bukan? Dayang Do hwa pun bersaksi sama seperti kesaksian hamba. Apakah kami yang berbohong, dan Dayang Hikari yang jujur? Bagaimana kejujuran itu dapat diukur Yang Mulia? Apakah kesaksian kami jauh lebih lemah dari kesaksian Dayang Hikari yang hanya seorang diri?" tanya Kasim Akio berkobar-kobar.
"Pengawal!!" panggil sang Raja hingga muncullah kembali sang Pengawal masuk ke dalam kediaman Selir Eun Sha.
"Penjarakan Dayang Hikari segera"
"Yang Mulia...hamba berkata sejujur mungkin...mereka telah menghasut Anda. Hamba mohon...dengarkan hambamu ini..." ratap Hikari yang di gelandang dengan paksa oleh sang Pengawal Kerajaan.
"Kasim Akio..."
"Hamba Yang Mulia"
"Terus pantau perkembangan dimana keberadaan Selir Eun Sha. Lakukan dengan cara apa pun. Bahkan, beri hadiah bagi yang dapat menemukan Selirku. Ingat...jika karena hasutan kalian berdua hingga mengantarkan Selir Eun Sha dan Anakku memasuki gerbang kematian, kalian pantas...menyusul mati!" titah sang Raja. Maka Kasim menunduk untuk memberi penghormatan sekaligus memohon undur diri, begitu pun dengan Dayang Do hwa.
Sang Dayang kesayangan Ratu akhirnya tiba di kediaman Ratu, membawa kabar bahagia tentang menghilangnya Sang Selir sesuai dengan janji Adiknya, Menteri Natsuha...
"Yang Mulia...ada titipan pesan dari Kasim Akio" kata si Dayang sambil menyerahkan gulungan surat yang memang ditujukan pada Ratu.
"Terimalah ini, dan pergilah" kata Ratu sambil tersenyum penuh kemenangan, memberikan sekantung koin emas untuk Dayang yang mau melakukan segala macam hal kotor yang ia perintahkan tanpa ragu sedikit pun. Dayang itu pun mohon diri. Tak sabar lagi Ratu ingin membaca isi surat dari Kasim Akio.
Yang Mulia...semua sesuai dengan rencana awal. Selir Eun Sha berhasil disingkirkan. Tapi...ada seseorang, yang telah melindungi Selir Eun Sha sehingga orang-orang kami kehilangan jejaknya. Mohon maaf atas kesalahan yang satu ini, tapi Anda jangan khawatir, kami akan tetap berusaha menemukannya sekaligus melenyapkannya.
Pesan itu berakhir dengan kecemasan sang Ratu. Bagaimana ini? Jika Eun Sha kembali lagi kepelukan Raja suatu saat nanti? Dan jika sang Putra Mahkota benar-benar dilahirkan?! Tamat sudah riwayatnya dan riwayat Putri semata wayangnya Mari.
"Menteri Natsuha ingin menghadap!!" seru Pengawal Istana memberi tahu kedatangan sang Adik.
"Apa kau telah menemukan keberadaan Eun Sha? Apa dia sudah benar-benar kau bereskan?" tanya Sang Ratu penuh harapan.
"Ada orang yang melindunginya Ratu. Dia memakai caping bercadar...bagaimana bisa aku mengidentifikasi wajahnya? Akan sangat sulit melacak Pria itu" kata Menteri Natsuha menghela nafas kesal. Kemudian ia melirik ke arah Ratu.
"Tapi, paling tidak dalam waktu lama, Selir kesayangan Raja itu, tidak akan mengganggu hubungan Anda dengan Raja"
"Atas dasar apa kau seyakin itu? Bisa saja, dalam beberapa hari lagi, Selir itu kembali lagi memasuki Istana,"
"Apa kau meragukanku? tentu saja karena aku sudah memperketat penjagaan di perbatasan Kerajaan ini. Jadi, akan sulit bagi pengganggu itu...untuk memasuki wilayah Kerajaan ini, apalagi sekedar, untuk mendekati Raja..." kata Menteri Natsuha terkekeh puas.
Bukan puas akan keberhasilan akal bulus sang Ratu...tapi puas, akan dirinya yang mampu mengelabui Ratu dan para anteknya itu untuk membunuh Selir Eun Sha yang sangat ia cintai meski pun, ia kini harus berperan sebagai Adik yang penurut bagi Kakaknya yang super keji.