"Saatnya telah tiba Raja, tidak hanya Anda yang mendambakan memiliki Selir Eun Sha. Sekarang saatnya aku yang mengambil alih segala hal tentangnya..." kata Natsuha menyeringai penuh kemenangan.
Dikediaman Selir Eun Sha.
Selir Eun Sha berulang kali berjalan mondar-mandir membuat Dayang Hikari merasa pusing tujuh keliling.
"Selir... jangan terus berjalan seperti itu. Ingat bahwa Anda tidak boleh terlalu lelah juga tegang....mohon duduklah..." kata Dayang Hikari mulai panik.
"Aku...merasa akan ada hal buruk terjadi Hikari. Apa masalah yang Raja tangani akan membawanya ke medan perang? Haruskah ia pergi ke medan perang?"
"Selir, cobalah untuk tenang belum tentu hal itu akan terjadi berprasangka baiklah" jawab Dayang Hikari terpaksa menahan bahu sang Selir untuk menghentikan Eun Sha terus bergerak.
"Selir, bagaimana kabar Anda?" pertanyaan ini diajukan dari seseorang, yang tidak ia kenali membuatnya diam seribu bahasa.
"Maafkan kelancangan hamba masuk tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Namun..., ini perintah langsung dari Yang Mulia Raja. Hamba Kasim Akio" tambah sang Kasim mencoba meyakinkan.
"Katakan" jawab Eun Sha pendek.
"Anda tetap boleh melakukan perjalanan keluar keliling Istana Selir, tanpa di dampingi beliau"
"Asalkan Anda, mau memenuhi satu syarat"
"Apa itu?" Eun Sha mengerutkan kening.
"Anda harus menggunakan tandu Istana. Demi keselamatan calon Putra Mahkota"
"Ah, lagi-lagi tandu. Bisakah kalian membiarkanku berjalan saja?"
"Selir, mohon pikirkan janin dalam kandungan Anda" kata Kasim Akio bijak.
"Baiklah, sebaiknya aku menunggu Suamiku punya waktu luang untukku. Pergilah, hari ini aku malas melakukan perjalanan sendiri" kata Selir Eun Sha.
Kasim Akio memucat, dahinya mulai berkeringat.
"Anda sebaiknya berjalan-jalan sesuai rencana awal. Hamba sudah memeriksa jadwal Yang Mulia dan hampir tidak ada jadwal kosong untuk tujuh hari kedepan. Jadi, tidak baik menunda keinginan Ibu hamil, saat sedang mengandung seperti ini Selir Eun Sha" akhirnya Kasim Akio mendapatkan alasan untuk membujuk Selir kesayangan Raja itu.
"Ya baiklah, aku sebentar lagi akan keluar" kata Eun Sha, sebelum akhirnya Kasim Akio mohon undur diri.
"Yang Mulia sangat perhatian kepada Anda Selir, mohon jangan selalu menyulitkan beliau" rayu sang Dayang hingga membuat Eun Sha menghela nafas pasrah.
"Kau akan terus merayuku sampai malam, atau menemaniku menuju tandu Istana?" protes Selir Eun Sha di sambut dengan senyuman manis Dayang Hikari.
Bagus...dengan selir Eun Sha berjalan-jalan keluar Istana, paling tidak, perhatiannya akan teralihkan sejenak dari rasa khawatir berlebihannya terhadap sang Raja. Batin Hikari penuh harapan.
Eun Sha dan Dayang Hikari berjalan menyusuri koridor Istana perlahan, menuju halaman belakang Istana.
Rupanya ada jalan tembus menuju ke halaman belakang Istana. Kasim Akio sengaja mengarahkan Selir dan Dayangnya kesana agar, tidak diketahui sang Raja.
"Bersenang-senanglah Selir lupakan pikiran buruk dalam benak Anda" kata Dayang Hikari mengingatkan.
Eun Sha mengangguk setelah tandu diangkat lalu berjalan menuju arah gerbang Istana. Eun Sha sangat menikmati perjalanan itu ia pun mulai terlena oleh indahnya pemandangan di sekitar. Hingga Eun Sha mulai menyadari tandu ini, mulai berjalan terlalu jauh dari Istana.
"Aaaakh!!" tiba-tiba terdengar suara seseorang berteriak. Tandunya mulai oleng, tapi berhasil diturunkan dengan selamat di atas tanah. Eun Sha mengintip dari balik tabir tandu melihat apa yang terjadi diluar sana. Ada tiga orang berseragam Ninja, sedang menghunuskan samurai ke arah para Pemanggul tandu. Eun Sha merasa dalam bahaya ia ketakutan tapi ia memberanikan diri segera keluar dari tandu untuk menyelamatkan nyawanya dan bayinya.
Grep!!
Seseorang membekap sang Selir, menodongkan pedang ke arah perut Eun Sha.
"Jangan berteriak, atau kau dan anakmu mati!!" ancam Laki-laki bertabir itu.
Apa? Dari mana penjahat ini mengetahui tentang kehamilanku? batin Eun Sha merasa aneh.
"Apa maumu?" tanya Eun Sha panik.
"Melenyapkanmu tanpa jejak Selir Eun Sha" jawab Laki-laki itu menggeram.
Bruk!!
Seseorang telah memukul kepala Laki-laki tersebut hingga tersungkur ketanah.
"Lari!!" teriak salah satu Pemanggul tandu yang menyerang sang Ninja. Mendengar aba-aba itu, Eun Sha berlari tak tentu arah yang ia pikirkan, menyelamatkan anaknya. Eun Sha merasakan nyeri yang teramat sangat di sekitar perutnya. Ia terhenti sejenak, merintih kesakitan dan memilih untuk bersembunyi di tumpukan kayu milik para Pengrajin kayu.
Drap!!!
Drap!!
Drap!
Sreeeeeeet....!!
Bunyi derap kaki dan suaranya yang terseret di tanah. Sang Ninja berkostum serba hitam lainnya mencari keberadaan Eun Sha ia menoleh ke kanan dan ke kiri, menatap ke depan dan ke belakang mencari jejak sang Selir kesayangan Raja.
"Apa kau menemukannya?" tanya Ninja yang kepalanya terluka.
"Tidak. Dia licin seperti belut" jawab yang mengejar Eun Sha tadi.
"Apa yang akan kita katakan pada Ratu?! Sial!!" umpat sang Ninja frustasi.
Deg!!
Ratu?! Jadi ini akal-akalan Ratu untuk menyingkirkanku?! Aku tidak menyangka...beliau sungguh bisa setega ini terhadapku rintih kata hati Eun Sha.
Tidak!! Dia harus segera menemui Raja tidak peduli berapa panjang jarak yang harus ditempuh, bahkan berapa pun rintangannya akan ia hadapi dengan berani.
Eun Sha mengendap ke arah seberang menghindari pandangan tajam dari duo Ninja tersebut. Tapi derap kaki mereka menjelaskan usaha Eun Sha untuk tetap tak terlihat gagal dilakukannya. Wanita itu dengan tertatih berlari menghindari para Ninja suruhan Ratu!! Tapi cengkeraman tangan salah satunya membuat pelariannya berakhir seketika.
"Selamat tinggal Selir!!" teriak Ninja yang berhasil menangkap Eun Sha, mengangkat tinggi-tinggi pedang ditangan, lalu dihunjamkannya ke arah perut Eun Sha tapi, sebelum sudut benda tajam pedang si Ninja sempat menggores kulit perut Eun Sha, tebasan pedang lain membuat kepala Ninja tersebut terpenggal bersimbah darah memancur deras ke arah wajah dan tubuh sang Selir.
Melihat komplotannya terbunuh ditempat, kelompok Ninja lainnya berusaha kabur sambil mengelak serangan katana milik si pahlawan.
"Selir, Anda baik-baik saja?" tanya seseorang yang juga terkena cipratan darah itu, sambil menggenggam kedua bahu Eun Sha. Wanita yang tengah mengandung tersebut tak mampu berkata-kata lagi kondisinya teramat buruk kali ini. Perutnya yang terasa di remas dari dalam, ditambah syok berat yang ia alami melebur menjadi satu.
"Selir!!" pekik Pria pahlawan itu mendapati sang Selir pingsan seketika.
Rumah kayu di tempat tak diketahui.
Perlahan kesadaran Eun Sha mulai kembali ia menatap bingung ke sekeliling ruangan. Ini bukan bagian dari Istana!! Ini juga bukan kediamannya yang selama ini sudah dihuninya. Kenapa banyak Dayang Istana mengelilinginya di sepanjang peraduan?.
"Syukurlah Anda sudah sadar. Ada yang Anda butuhkan Selir?" tanya orang itu membuat perhatian Eun Sha tertuju padanya.
"Menteri Natsuha? Kenapa kau bisa disini?" tanya Eun Sha terkejut.
"Kenapa kau tidak membawaku kembali ke Istana?" protes Eun Sha.
"Pertama, Anda hampir saja kehilangan Putra Anda tadi jadi, keadaannya tidak memungkinkan hamba untuk membawa Anda pulang ke Istana"
"Kedua, bila kita ke sana sekarang juga, akan ada bahaya mengancam Anda dan Anak Anda karena Ratu, tentu saja tidak akan membiarkan Selir kesayangan Raja Keito kembali dengan mudah"
"Ketiga, Raja dalam perjalanan menuju zona merah untuk mengatasi para pemberontak jadi, tidak ada yang dapat menjamin keamanan Anda dan anak Anda di sana" jawab Menteri Natsuha tegas.
"Apa? Perang? Kenapa Raja tidak memberi tahuku sama sekali mengenai keberangkatannya?!"pekik Eun Sha kecewa.
"Anda sedang mengandung bukan? Mana mungkin Raja setega itu membebani Anda dengan rasa gelisah berkecamuk dalam diri Anda? Bagaimana pun, sang Putra Mahkota harus dilahirkan" kata Menteri Natsuha bijak.