Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 13 - Muslihat Ratu

Chapter 13 - Muslihat Ratu

Segala macam benda di lemparkan kearahnya tanpa ampun sekaligus tanpa ia ketahui apa sebab musababnya. Akhirnya, sang Ratu menghentikan aksinya setelah tak ada apa pun lagi yang dapat ia lemparkan pada Adik kandungnya ini.

"Kau!! Sudah dari, sejak lama aku menyuruhmu melenyapkan Selir Eun Sha!! Kenapa?! Kenapa kau, membuatku mengurungkan niatku huh?! Apa kau tahu akibatnya sekarang, untukku dan untuk Keponakanmu?!" bentak Ratu murka.

"Apa maksudmu?"

"Eun Sha mengandung!! Dia mengandung calon Pewaris Tahta!! Seorang Putra Mahkota, dari Raja Keito!! Apa kau puas sekarang?!" sahut Ratu, memukul-mukul sang Adik dengan pukulan ingin menghancur leburkan tubuh Adiknya seketika tapi sayangnya, ia terlalu lemah untuk melakukannya. Sang Adik menangkap sekaligus menggenggam erat kedua tangan Ratu, hingga ia tak kuasa lagi untuk memukul.

"Aku selalu mematuhi apa pun, perintahmu Kak. Tapi aku tak akan sanggup jika harus melenyapkannya!!"

"Kenapa? Kau masih mencintainya?! Apa kau bodoh? Eun Sha sudah menjadi Selir dari Suamiku!! Dia telah mengandung anaknya pula!! Apa lagi yang bisa kau harapkan dari dia?!" balas sang Kakak dengan sengit.

"Ya, apa pun itu, dia tidak pernah salah karena aku mencintainya dalam diam. Jadi jika dia kini menjadi milik Raja, itu bukan salahnya, dia memiliki keturunan dari Raja itu juga bukan kesalahannya, itu semua karena Rajamu yang memilihnya!! Bukan Eun Sha yang memilih Raja!!" bentak Natsuha dengan wajah mengeras.

Dia tidak akan memaafkan siapa pun yang ingin melenyapkan Eun Sha!!

"Lalu apa solusinya? Aku ingin, posisiku sebagai Ratu aman, posisi Anakku sebagai Putri Mahkota pun aman!!"

"Jangan khawatir. Pasti akan ada jalan keluar bagi semua masalahmu Kak, kau akan puas dengan apa yang akanku lakukan pada Eun Sha. Di Negeri ini hanya akan ada Putri Mahkota bukan, Putra Mahkota" kata Natsuha teramat sangat tenang. Matanya menerawang, entah ke mana sekarang hati dan pikirannya berada.

Di Halaman Taman Istana.

Raja Keito sangat bergembira akan kedatangan calon Pewaris Tahta Kerajaan yang sudah lama di tunggu-tunggu. Bahkan Ratu pun belum memberikannya seorang Putra ya, hanya Eun Sha lah, yang memberinya kesempatan menjadi seorang Ayah dari seorang anak Laki-laki.

"Kau masih menginginkan mencubit hidungku?" goda Raja pada sang Selir. Eun Sha hanya menggeleng cemberut.

"Apa yang kau inginkan? Katakan. Akanku usahakan untuk mengabulkannya"

"Hamba ingin berjalan-jalan keluar Istana Yang Mulia, bukankah udara pagi ini sangat baik untuk perkembangan bayi kita? pasti menyenangkan dapat melihat pemandangan hamparan rumput, pohon, dan bunga di sepanjang jalan " kata sang Selir dengan manja.

"Baiklah. Ayo,"

"tunggu Yang Mulia, kita pergi menggunakan apa?"

"tentu saja sebuah tandu...kau bisa melihat jalan dengan sepuasnya nanti" kata Raja.

" tidak....tidak. Hamba tidak mau itu"

"Apa lagi maumu...?"

"Hamba ingin...pergi jalan-jalan Yang Mulia, itu artinya, ja-lan ka-ki" protes Selir Eun Sha. Raja kini melotot menatap marah pada Selirnya.

"Kau dengar dari Tabib bukan? Kau, sedang me-ngan-dung!! Perjalanan jauh bisa membuat kita kehilangan Putraku. Kau mengandung anak pertamamu, jangan macam-macam sayang...aku mohon..." tolak Raja berusaha sesabar mungkin.

"Anda tidak terlihat menyayangi Putra kita Yang Mulia"

"Atas dasar apa?!" protes Raja tak terima tudingan dari Selir tercinta.

"Yang meminta berjalan kaki di luar Istana itu Anak kita bukan hamba. Jadi di manakah letak kasih sayang Anda terhadap Putra Anda? Permintaan sangat sederhana saja tidak dikabulkan. Oh, Putraku yang malang...dimasa depan akan ada Pangeran berwajah penuh air liur" kata Selir Eun Sha yang beberapa hari ini memang sangat gemar mendramatisir semua hal di sekitarnya.

"Jangan beralasan yang tidak-tidak supaya aku mengabulkan semua keinginanmu" kata Raja menegaskan.

"A, Auuuuch!!" pekik Selir Eun Sha keras seraya memegangi perutnya.

"Ada apa? Apa yang kau rasakan? Akan segeraku panggilkan Tabib tunggulah di sini" kata Raja panik, dengan wajah yang pucat pasi tapi Selir Eun Sha menahan dengan menggenggam jemari sang Raja.

"Tidak, bukan karena sakit. Mungkin karena bayi kita ingin sekali berjalan-jalan keluar, dengan berjalan kaki...hingga dia sekarang menendang perut hamba...dia tidak akan berhenti menendang jika tidak dituruti kemauannya Yang Mulia..." kata Eun Sha perlahan. Raja menatap Eun Sha sambil terkekeh geli tanpa ba bi bu lagi, Raja langsung menjewer telinga Eun Sha, hingga Wanita itu memekik kaget.

"Jadi bayi kita menendang?" tanya Raja mengangkat alisnya dengan tatapan geli.

"Ah, ya, apa yang Anda lakukan Yang Mulia?!" pekik Eun Sha memohon telinganya di lepaskan.

"Jadi kau berani berbohong pada Raja huh?" kata Raja Keito kini menggelitiki pinggang Sang Selir.

"Tidak, dia benar menendang perutku," Eun Sha bersi keras.

"Sayang..., kau pikir kandunganmu menginjak berapa bulan? Bayi baru bisa menendang saat menginjak 5 bulan. Jadi, katakan padaku, kenapa bayi kita yang baru saja menginjak 3 bulan itu, bisa menendang?"

"Apa bayi kita bayi super? Bayi yang lain dari pada bayi kebanyakan di muka bumi ini? Wah..., jangan-jangan karena dia Putra seorang Raja, begitu?" kata sang Raja tentu membuat Selir Eun Sha menjadi malu sendiri dibuatnya.

Setelah berpisah dengan Baginda Raja, Eunsha dan Dayangnya berjalan menyusuri koridor Istana, menuju kediamannya.

"Hikari kenapa kau, tidak pernah bilang padaku, kalau bayi baru bisa menendang pada usia 5 bulan?" bisik Eun Sha sewot sambil mendekat pada Dayang Hikari sekaligus melirik ke arah Dayangnya yang merasa tidak bersalah sama sekali.

"Maafkan hamba Selir...atas dosa yang tidak sama sekali hamba lakukan itu. Seingat Hamba...Anda tidak pernah bertanya tentang perkembangan janin kepada hamba. Lagi pula, hamba belum pernah, merasakan bagaimana rasanya mengandung jadi bagaimana hamba bisa menjelaskan pada Anda?" kata Dayang muda itu, kepada Eun Sha ikut berbisik.

"Ah, sudahlah, sudah terlanjur malu aku ini. Bagaimana aku bisa menunjukkan wajahku lagi dihadapan Yang Mulia" bisik Eun Sha lagi. Wajahnya memerah saking malunya.

"Hamba pikir, Anda cukup bersikap seperti biasa saja Selir," kata Dayang itu menahan tawa.

"Kau menertawakanku, Hikari?!" lirik Eun Sha yang disambut wajah menunduk Hikari.

"Maafkan hamba Selir, hamba...hanya heran terhadap Anda. Kenapa bisa terpikirkan mengatakan hal itu? Apa Anda lupa? Raja sudah berpengalaman terhadap dua kehamilan sebelumnya jadi pasti akan sangat sulit untuk membuat tipuan terhadap Raja" kata Hikari.

"Dayang Do hwa menghadap!!" pemberitahuan Pengawal membuat kedua orang itu terdiam seketika. Dayang Do hwa berjalan menghadap Selir Eun Sha lalu memberi hormat.

"Katakanlah" jawab Eun Sha bersiap-siap atas apa kejutan selanjutnya yang akan di berikan oleh Dayang sang Ratu kepadanya.

"Yang Mulia Raja memerintahkan kepada hamba, bahwa rencana perjalanan Anda dengan Yang Mulia Raja, terpaksa dibatalkan karena ada urusan Negara mendadak. Mungkin beliau akan pulang larut malam" kata Dayang Do hwa tanpa sedikit pun keraguan.

Tugas mendadak? Ada apakah gerangan? Raja tidak biasanya seperti ini. Ini benar perintah Raja, atau perintah Ratu? Batin Eun Sha menahan rasa penasaran ingin mengatakan secara langsung keraguannya itu tapi ia urungkan.

"Aku mengerti. Terima kasih" hanya itu yang keluar dari bibir mungil Eun Sha. Begitu Dayang Do hwa keluar, Dayang Hikari langsung menatap kebingungan atas reaksi sang Selir.

"Selir, Anda tidak mencoba mencari tahu kebenarannya dengan menemui Yang Mulia sendiri?" tegur sang Dayang.

"Bagaimana jika apa yang dikatakan Do hwa itu benar? Apakah etis, jika aku yang hanya, seorang Selir ini datang ke ruang Dewan Istana hanya untuk menanyakan benarkah apa yang dikatakan Do hwa kepadaku, sementara ada hal yang sangat penting sedang menunggu untuk dikerjakan Raja?" kata Eun Sha merasa serba salah posisinya tidaklah menguntungkan.

"Lalu, apa yang akan Anda lakukan? Menunggu saja?" tanya Dayang Hikari gemas melihat Selir kesayangannya merasa tak berdaya di depan mata seperti ini.

Di bagian Utara Istana.

Menteri Natsuha melirik ke arah Menteri Kenichi, ia mengangguk sebagai kode agar segera menghampiri sang Raja Keito, yang berjalan memasuki halaman Istana. Menteri Kenichi segera berjalan tergopoh-gopoh menghadang jalan sang Raja.

"Yang Mulia..." panggil Menteri Kenichi membungkukan badan, lalu memberi penghormatan bagi junjungannya.

"Ada apa Kenichi?" sahut Raja datar.

"Ada masalah pada lahan perumahan di bagian Utara Desa. Perebutan hak kepemilikan tanah sudah sangat meresahkan Rakyat Yang Mulia" mendengar laporan itu, Raja langsung mengangguk dan memberi kode untuk melakukan pertemuan secara pribadi di ruang Dewan Istana.

"Kasim Akio. Katakan pada Ratu, semua dalam kendali" perintah Natsuha saat melihat Raja dan si Menteri, perlahan mengarah ke ruang Dewan Istana.

"Baik Menteri Natsuha" jawab Kasim Akio sambil berjalan secepat mungkin menuju ke kediaman sang Ratu.