"Raja tidak akan melakukan ketidak adilan bagiku. Aku mempercayai beliau lebih dari diriku sendiri. Seseorang telah menunjukkan padaku, betapa besarnya pengorbanan Raja padanya, tapi karena kebodohan Gadis itu, Raja menjadi menderita selama ini. Bahkan rasanya...aku ingin menghapus semua penderitaannya" kata Eun Sha tulus. Tiba-tiba seseorang memeluk Eun Sha penuh kasih.
"Apa kau sungguh-sungguh?" tanya Raja di telinga Eun Sha. Gadis dalam pelukan itu, tersenyum malu-malu ketika Raja membalikkan tubuhnya hingga kedua mata mereka bertemu pandang.
"Menurut Anda Yang Mulia?" tanya Eun Sha menunduk.
"Dayang Hikari, kau boleh keluar. Jangan lupa bawalah Kotoko bersamamu. Kami ingin melewatkan malam bersama" kata Raja membuat Hikari tersenyum bahagia. Setelah Dayang Hikari pergi, Eun Sha malah merasa sangat gelisah.
"Apa Anda gagal berbaikan dengan Ratu?" tanya Eun Sha menyelidiki.
"Kau tahu, Ratu marah padaku"
"Memang apa yang Anda lakukan sehingga Ratu marah?"
"Aku lelah untuk membicarakannya...bisakah kita...melakukan hal yang menyenangkan saja sekarang? Kenapa tiap kali kita berduaan kau, justru sibuk membahas Ratu jahat itu" kata Raja merajuk kembali memeluk Eun Sha.
Di halaman kediaman Selir Eun Sha.
Di luar, Ratu menatap penuh amarah ketika melihat betapa bahagianya hubungan antara Raja dan Selir barunya. Bayangan keduanya menunjukkan mereka saling berpelukan, dan lampu itu pun perlahan mulai meredup. Mainan bayi Mari yang dibawanya hancur karena diremas kuat-kuat Ratu. Lalu di lemparkan ke jalanan begitu saja.
Ratu berjalan penuh amarah, membawa sejuta dendam membara dalam hati. Dahulu, sebelum dirinya menjadi Ratu, saingannya adalah Jeajangna dan sekarang, saingannya adalah Eun Sha. Kenapa? Kenapa Raja selalu saja menghubungkan antara Eun Sha dan Jeajangna? Kenapa Raja tidak mencoba untuk mencintainya? Dia malah mengacuhkan Ratu begitu saja demi sang Selir!!
"Miho!! Panggil Menteri Natsuha sekarang!!" teriak Ratu geram dalam perjalanan menuju kediamannya. Sang Dayang Miho pun lari tergopoh-gopoh setelah memberi hormat pada Ratu menuju kediaman Sang Menteri. Sementara Ratu telah masuk ke dalam kediamannya, mengacak-acak semua benda yang dapat ia jangkau dengan mudah.
"Akan ku pastikan kalian, tidak akan dapat bersama kembali!! Hanya Ratu yang berhak atas Raja!! Tidak ada yang boleh mengambil Raja dariku!!" teriak Ratu dengan wajah merah padam.
"Oweeeeek oweeek" tangisan Putri Mari terdengar kaget mendengar suara benda berjatuhan sekaligus teriakan Ibunya. Ratu perlahan berjalan menuju ke arah sang Putri.
"Aku melahirkanmu, untuk dapat mempersatukan aku dengan Raja. Lalu, apa gunanya kau, sekarang untukku?!" gumam Ratu di sela isak tangisnya dan tangisan bayi Mari.
Kediaman Selir Eun Sha.
Dua minggu kemudian...terjadi ke kacauan di kediaman Selir Eun Sha. Selir sama sekali tidak ingin keluar dari kamar meski pun telah berulang kali dibujuk rayu Dayang Hikari. Lebih mengkahwatirkannya lagi, Selir Eun Sha tak kunjung berhenti menangis. Terlihat Raja Keito berlari-lari kecil menyusuri taman Istana menuju kediaman Selir Eun Sha.
"Ada masalah apa kau meminta tolong Dayang Nam memanggilku ke mari? Apa yang terjadi pada Selir Eun Sha?"
"Ampuni hamba Raja...hamba sangat kebingungan dengan sikap Selir dua hari ini. Beliau menangis seharian di dalam kamar tidak mau keluar sama sekali" sahut Dayang Hikari putus asa. Raja segera masuk ke dalam kediaman Selir Eun Sha lalu mengetuk pintu kamarnya.
"Eun Sha, kau di dalam? Tidak kah kau ingin menemuiku?" tanya Raja halus. Tak lama kemudian Eun Sha membukakan pintu kamar dan kembali ke peraduannya masih menangis pilu.
"Apa yang membuatmu menangis?" tanya Raja sambil duduk di peraduan sang Selir memperhatikan wajah Eun Sha lekat-lekat.
"Kotoko..." jawab Selir Eun Sha terisak-isak membuat Raja mengerutkan kening. Baru saja ia melihat Kotoko baik-baik saja dalam gendongan Dayang Hikari.
"Kotoko? Ada apa dengan anak kita itu?hmm?" tanya Raja mendekat kearah Istrinya sambil mengangkat dagu Eun Sha perlahan.
"Yang Mulia!! Anda memakai pewangi apa? Kenapa baunya harum sekali?! Menjauh!! Hamba tidak suka dengan baunya" marah Eun Sha menghindari Raja sambil menutup hidungnya.
"Tidak, aku baru saja mandi"
"Jangan mendekat!! Anda terlalu wangi!!" bentak Eun Sha menahan muntah.
"Apa? Kenapa kau? Apa kau sakit? Bahkan kau berani membentakku sekarang. Dayang Hikari!!" panggil Raja panik.
"Hamba Yang Mulia" jawab Hikari buru-buru datang.
"Panggilkan Tabib Istana sekarang juga cepat!!" perintah Raja bingung apa yang harus dilakukannya. Raja akhirnya mundur menjauhi Eun Sha. Beliau kaget mendengar Eun Sha untuk pertama kalinya, membentak Rajanya.
"Jadi, apa yang terjadi pada Kotoko kita?" tanya Raja lagi.
"Aku hanya merasa...Kotoko menolakku. Dia lebih memilih dalam pelukan Hikari sekarang" kata Eun Sha menghapus air matanya setelah ia puas marah pada Raja, akhirnya ia berhenti menangis.
"Hanya itu? Kau..menangis seharian hanya karena Kotoko kita, menolak untuk kau gendong?" Raja malah terkekeh heran mendengar alasan sepele, kenapa Selirnya menangis seharian. Melihat Raja tertawa, Eun Sha malah segera mendekat kearahnya tidak lupa menutup hidungnya.
"Apa hamba boleh mencubit hidung Anda Yang Mulia?" tanya Eun Sha gemas sekali melihat hidung Rajanya.
"Kau ini kenapa? Sebentar menangis, sebentar marah. Sekarang, lebih aneh lagi kau ingin mencubit hidungku?!" kata Raja mengangkat kedua alisnya makin keraslah sang Raja tertawa.
"Tapi hamba sangat ingin melakukannya...sebentar....saja"
"Aku menolak"
"Rajaku, cintaku, sayangku, hamba mohon..." rayu Eun Sha seakan-akan memegang hidung sang Raja adalah sesuatu yang sangat menakjubkan.
"Ehm. Yang Mulia..." kata Sang Tabib Istana berdehem menahan tawa sementara wajah sang Selir sudah memerah mirip kepiting rebus.
"Tolong periksa apa yang salah dengan Selirku yang satu ini" perintah Raja sesantai mungkin. Sang Tabib meminta Selir Eun Sha untuk berbaring di peraduannya. Tabib memeriksa denyut nadi sang Selir sambil tersenyum jelas, sang Raja jadi penasaran.
"Selamat Yang Mulia...Anda sebentar lagi menjadi seorang Chichi untuk ketiga kalinya" kata Tabib Istana dengan wajah ceria.
"Apa? Selirku mengandung?!" pekik Raja bahagia yang langsung meraih Selir Eun Sha lalu memeluknya sambil berputar-putar.
"Hamba undur diri Yang Mulia" kata Tabib di sambut anggukan oleh Raja. Setelah Dayang Hikari dan Tabib keluar, dibawanya Selir Eun Sha ke dalam pangkuannya berulang kali ia kecup pipi sang Selir.
"Terima kasih kau sudah memberiku hadiah yang sangat berharga" bisik Raja tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman. Setelah tiga bulan masa kandungan sang Selir, Tabib Istana menyatakan bahwa anak yang dikandung Eun Sha berjenis kelamin laki-laki.
Kediaman Ratu.
Di kediaman Ratu, terlihat seorang Dayang tergopoh-gopoh berlari mencari keberadaan Ratunya.
"Ratu, ada kabar mengenai Selir Eun Sha baru-baru ini" kata sang Dayang setelah mendapati Ratunya sedang menggendong bayi Mari.
"Katakan"
"Selir Eun Sha mengandung calon Putra Mahkota" kata Dayang itu terengah-engah lelah.
"Panggilkan Menteri Natsuha sekarang!" bentak Ratu penuh emosi.
Tidak!! Yang boleh mewarisi Tahta hanyalah anak dari Ratu dan Raja!! Ratu tidak akan tinggal diam mengetahui kehamilan sang Selir yang dapat mengancam kedudukannya sekaligus kedudukan Putrinya sekali pun Putrinya adalah reinkarnasi Jeajangna paling tidak, dia tetap terlahir dari rahimnya! Pikir sang Ratu berkobar-kobar.
"Yang Mulia..." sapa Natsuha jauh dari kata ramah.
"Pergilah" kata Ratu kepada sang Dayang Istana. Setelah Dayang Istana keluar, benda apa pun yang dapat dijangkau, dilemparkan ke arah Natsuha Adik kandung Ratu sendiri. Berulang kali Natsuha menghindar sambil menatap penuh kewaspadaan pada Ratunya.