Langkah kaki Raja terhenti di depan pintu kediamannya. Suara jerit tangis bayi yang baru terlahir ke dunia, membuat mata sang Raja berbinar-binar. Ia pun masuk ke dalam, dan melihat keadaan Ratu yang masih tergolek lemah. Dengan senyuman lebar, Raja menghampiri Ratu dan bayinya.
"Yang Mulia...sekali saja" bujuk Dayang.
"Tidak. Aku tidak menginginkannya" kata Ratu memunggungi Dayang yang sedang menggendong bayi Ratu.
"Ada apa ini?" suara Raja menggelegar membuat Sang Ratu segera berbalik menatap Suaminya.
"Singkirkan bayi itu dari hadapanku" kata Ratu pada Dayang. Raja hanya mengibaskan tangan tanda agar Dayang tersebut keluar sejenak membawa bayi merah itu keluar.
"Sudah kukatakan bukan? Marahlah padaku saja jangan pada anak kita. Apa salah anak itu?" belum sempat Ratu menjawab pertanyaan Raja ini, muncul Dayang lain memberi sebuah kabar.
"Yang Mulia. Yang Muli" kata Dayang Istana terengah-engah.
"Ada apa kau kemari? Bukankah kau, kuberi perintah untuk melayani Selir Myonhwa?"
"Ampun Yang Mulia...Selir Myonhwa...beliau...telah melahirkan seorang Putri yang cantik hamba pikir Anda juga harus tahu kabar bahagia ini" kata Dayang Istana itu sambil membungkuk dalam-dalam.
"Aku punya...dua bayi Putri? Sungguhkah ini hari yang berbahagia untukku?" senyum Raja semakin mengembang jelas. Tanpa berpikir panjang, dengan kebahagiaan memuncak, akhirnya Raja memutuskan pergi ke kediaman selir Myonhwa meninggalkan Ratu.
"Dasar Selir tak tahu diuntung!! Sudah kuperingatkan jangan menyentuh Raja!! Berani-beraninya dia hingga memiliki Putri dari Suamiku?! Lihat saja kau Myonhwa!! Akan kubuat perhitungan padamu" omel Ratu di sela rasa sakit setelah persalinan.
Sreeeeeeet.....
Ratu menoleh ke arah bunyi pintu yang di geser ke samping dilihatnya seorang Dayang yang tadi membawa bayinya masuk ke dalam.
"Yang Mulia... Putri Anda kehausan...mohon tolonglah susui barang sekali saja" mohon Dayang yang tidak tega mendengar tangisan bayi Ratu.
"Biarkan saja. Carikan ibu susu untuk anak itu. Pergilah!! Jangan ganggu aku lagi" kata Ratu tak peduli. Biarkan saja, pikir Ratu bagus jika bayi itu mati saja agar Jeajangna tak sempat merasakan hidup di dunia dalam waktu lama.
Raja langsung masuk ke dalam kediaman Selir Myonhwa begitu Pengawal memberitahu kedatangan Rajanya, Selir Myonhwa langsung berusaha untuk duduk di atas peraduannya.
"Kau baik-baik saja Myonhwa?" tanya Raja melihat Selir Myonhwa masih bermandikan peluh.
"Sangat baik Yang Mulia, maukah Anda menggendong Putri kita?" tawar Myonhwa sambil tersenyum bahagia. Seandainya ia tak memiliki seorang Putri, pasti Raja sampai kapan pun tak akan pernah mau menemuinya.
"Bolehkah?" tanya Ayah baru itu sangat antusias menerima bayi merah yang disodorkan padanya.
"Chichi (Ayah), siapa namaku?" bisik Selir Myonhwa di telinga Raja saat Raja dengan mata berbinar-binar menimang buah hati.
"Simizu Kotoko nama yang cantik bukan?"
"Hamba dengar, Ratu juga sudah melahirkan seorang Putri. Siapa namanya?" tanya Myonhwa menyadarkan sang Raja bahwa ia telah melalaikan Putri satunya lagi. Beliau segera mengembalikan bayi Kotoko dalam pelukan Ibundanya setelah memberi satu kecupan di dahinya lalu ia bersiap pergi tapi Pengawal Istana mengabarkan bahwa Dayang sang Ratu datang berkunjung ke kediaman selir Myonhwa.
"Masuklah" kata Raja diiringi suara derit pintu kayu yang digeser perlahan. Raja terkejut melihat siapa yang digendong Dayang itu. Putri kecilnya dengan Ratu!!
"Beraninya kau keluar malam-malam bersama Putriku yang masih bayi!! Kau tahu seberapa berbahayanya itu bagi Putriku?!" marah Raja.
"Ampun. Beribu ampun Yang Mulia...Putri...sangat kehausan. Ratu tak ingin menyusuinya beliau memerintah hamba untuk mencarikan Ibu susu bagi Putri. Hingga hamba terpikirkan bahwa Selir Myonhwa juga sedang melahirkan maka siapa tahu beliau bersedia menjadi Ibu susu bagi Putri" kata Dayang itu ketakutan.
"Yang Mulia...ijinkan Hamba..." kata Myonhwa lembut. Sang Raja mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.
"Ratu kau!!" pekik Raja tapi tangisan bayi Ratu membuat amarah Raja kian memudar ia tak tega membuat anaknya menunggu terlalu lama.
"Susuilah" kata Raja pasrah. Begitu Putri mungilnya telah tertidur kekenyangan, ia pun langsung menggendong penuh kasih. Ia tak tega membangunkan Myonhwa sekedar untuk berpamitan hingga ia memutuskan meninggalkan kediaman Selir Myonhwa ke kediaman Ratu.
"Sudah ku katakan aku tak peduli anak itu akan hidup atau tidak!!" teriak Ratu mendengar seseorang membuka pintu kediamannya.
"Haha, apa kau sadar yang kau katakan?!" suara lantang itu mengejutkannya lagi. Ratu segera berbalik dan duduk menatap Raja.
"Anak ini anak kita. Apa kau tidak ingin membesarkannya bersamaku? Kenapa kau sangat membenci anak tak berdosa ini?"
"Kau terlalu sibuk dengan Eun Sha bahkan setelah Selir Myonhwa melahirkan pun kau lebih sibuk memperhatikan mereka" Ratu mulai merajuk.
"Tidak akan ada yang berubah Ratu. Cepat
atau lambat, Eun Sha akan tetap menjadi Selirku. Suka atau tidak suka, kau harus menerima kenyataan. Baiklah, jika kau tak inginkan bayi ini, biarkan ia diasuh oleh Eun Sha sebagai Ibu angkatnya, dan Myonhwa sebagai Ibu susunya" kata Raja bangkit dari duduknya. Ratu segera menahan sang Raja menatap tidak teriman.
Diambilnya bayi merah itu dari dalam pelukan Ayahnya.
"Kau sudah mempersiapkan siapa nama anak kita?" tanya Raja berusaha sesabar mungkin menghadapi Ratunya.
"Hammari. Koizumi Hammari" kata Ratu suaranya serak. Ia tak berdaya. Siapa yang dilahirkannya? Jeajangna. Ketika ia terlahir, dengan siapa dia akan diasuh? Oleh para Selir kesayangan Raja!!
Entah mau dibawa kemana, kehidupan ini kelak, manusia hanya dapat menjalaninya bukan mengeluh dan menghujat Tuhan. Ada hal terlupakan oleh Raja bahwa antara kebahagiaan dan penderitaan ibarat dua sisi mata uang. Kau, tidak boleh terlalu bahagia bisa jadi esok hari, kau akan menangis. Kau tak boleh terlalu bersedih bisa jadi, esok kebahagiaan dapat kau nikmati.
"Aku Haha bagi anakku jadi aku, yang berhak atasnya" kata Ratu menatap Raja tajam.
"Bagaimana seorang Haha mampu membuat anaknya sendiri kehausan? Kau tak punya sifat bosei (keibuan) sama sekali Ratuku".
"Aku marah karena kau mencampakkanku demi Gadis itu. Apa tidak cukup puluhan Selir yang mirip dengan Jeajangnamu itu?!" protes Ratu kesal.
"Bagaimana jika kuberi penawaran Ratu," tiba-tiba Raja mendekat lalu mengangkat dagu Ratunya.
"Akan kulepaskan para Selirku, kecuali Eun Sha. Hanya dia yang paling mirip Jeajangna" raut wajah Raja mendadak serius. Mata Ratu dan Raja teralihkan sejenak mendengar bayi Mari cegukan lalu tersenyum bahagia entah apa yang membuat bayi itu tersenyum bahagia.
Ah, jadi kau bahagia mendengar pengakuan Rajamu, Jangna? Menarik....tapi kini kalian adalah Chichi (Ayah) dan Musuko (Anak) nikmatilah batasan kalian. Selamat datang ke dunia sayang, kata hati Ratu dengan senyuman kemenangan sekaligus paling mematikan.
"Jadi, apa yang kau pikirkan?" tanya Raja mengerutkan kening saat menatap Ratu yang tersenyum misterius.
"Apa kau sangat mencintai Eun Sha yang mulia? Lalu...bagaimana jika Jeajangna hadir di dunia ini kembali? Lalu siapakah yang paling kau cintai? Eun Sha? Benarkah?" ejek Ratu dengan tatapan berapi-api.
"Rupanya Ratuku kali ini benar-benar memahamiku. Kau, harus ingat posisimu Ratu. Bagaimana jika Jeajangna tidak mati? Maka kau tahu bukan, aku akan berbahagia dengan Ratu Jangna selamanya. Jelas kau, tak akan bersamaku jika itulah yang terjadi" jawab Raja super sinis menanggapi ejekan sang Ratu.
Ya ampun...., kenapa Suami Istri ini tidak pernah akur sama sekali? Apa itu karena Ratu yang cemburu terhadap kehadiran seorang Eun Sha? Hmm, menarik bukan? Siapa Eun Sha? Dia hanya seorang Penari Istana pangkatnya tidaklah membuatnya menjadi sangat istimewa tapi wajahnya, mampu membuatnya menjadi istimewa di mata Rajanya.
"Lupakan semua hal berkaitan dengan Jeajangna kuperingatkan kau mulai sekarang Ratu!! Anak-anakku haruslah tumbuh di dalam keluarga yang harmonis" kata Raja dengan wajah merah padamnya mengambil bayi Mari lalu pergi meninggalkan Ratu.
"Kau bawa kemana anakku?!" teriak Ratu tanpa sedikitpun dipedulikan sang Raja.
Beralih ke kediaman Eun Sha yang baru.
Sreeeeeeet
Suara pintu kediaman calon selir Eun Sha digeser perlahan. Raja masuk tanpa bersuara sedikit pun karena tahu Eun Sha sedang terlelap. Raja tersenyum melihat wajah teduh lagi polos itu tertidur dalam damai. Ia tahu kehidupan Gadis ini tidaklah sedamai apa yang terlihat dari luar. Sangat hati-hati Raja meletakkan bayi mungil tersebut di dekat Eun Sha.
Bayi Mari memukul-mukul udara hingga tangannya selalu memukul-mukul kecil pipi lembut Eun Sha. Sang Gadis perlahan membuka mata dan melihat untuk pertama kalinya si bayi cantik. Eun Sha tersenyum lembut lalu mengusap pipi mungil bayi Mari entah kenapa saat menyentuh bayi itu, hati Eun Sha menjadi berdesir.
"Apa kau masih memimpikan menjadi Sakuhyunja? Tidakkah kau bermimpi memiliki keluarga kecil seperti ini? Dengan kau menjadi seorang Sakuhyunja, kau harus hidup seorang diri seumur hidupmu. Tidakkah kau telah menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Dewa padamu? Untuk memiliki Anak dan Suami?" Yeaaaah, Keito tetaplah Keito dia selalu saja pandai merayu tidak heran bukan, ia memiliki Selir hingga puluhan?
"Jadi Anda membawa Putri kecil Anda ini kemari, hanya untuk merayu hamba Yang Mulia?" sahut Eun Sha gemas. Ya ampuuun, Eun Sha mulai memikirkan untuk benar-benar melupakan menjadi seorang Sakuhyunja demi apa yang diutarakan sang Raja.
"Mungkin hari ini aku belum meresmikanmu menjadi Selirku Eun Sha, tapi besok itu pasti akan terjadi. Jadilah teman hidupku selamanya" kata Raja sambil berlutut dihadapan Eun Sha.