Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 7 - Kelahiran Sang Putri

Chapter 7 - Kelahiran Sang Putri

Biarlah waktu yang berbicara, biarlah hari turut mengisahkan. Aku menyimpanmu di hatiku, dan dipikirkanku. Bila kita memang tak ditakdirkan bersatu, biarlah jiwaku melebur bagai cahaya mentari menerangi jiwamu kata hati Raja dalam kekalutan begitu mendalam. Larangan Tabib untuk memberi tekanan pada Ratu membuat Raja kini tak berdaya. Jika ia mengalah, Ratu akan dengan senang hati memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Tapi...jika Raja mengabaikan perintah Tabib, Putrinya akan terancam gugur.

Raja melamun sendirian di taman Istana berusaha melawan ego, sekaligus melawan emosi. Raja berteriak sekeras mungkin hingga emosinya yang meluap-luap itu, dapat dikeluarkan.

"Hormat hamba Baginda Raja " suara lembut itu, membuat hati Raja serasa tercubit kecil. Ia menoleh dan mendapati sosok Eun Sha sedang menatap lekat ke dalam kedua bola matanya. Gadis itu menyadari tindakan tak pantasnya kepada sang Raja ia langsung menunduk gelisah.

"Sedang apa kau disini?" tanya Raja mengerutkan kening.

"Hamba kira ada makhluk luar angkasa yang sedang mengamuk di sini tapi ternyata..." kalimat Eun Sha mampu membuat sang Raja mengulas senyuman tipis. Raja mendekat, dan mendongakkan dagu Eun Sha agar Gadis itu menatapnya sekali lagi. Tapi Gadis tersebut malah menatap ke bawah.

"Bukankah kalimat itu terlalu berani untuk seorang Penari Istana? Kau lupa sedang berhadapan dengan Raja?"

"Kau tidak sudi menatapku? Apa aku seburuk itu?" tanya Raja dengan nada tersinggung. Gadis itu kebingungan harus bagaimana cara dirinya bersikap dihadapan Rajanya? Bukankah menatap Raja sama dengan memberi penghinaan? Tapi Rajanya malah melakukan hal, yang justru hampir membuatnya melakukan itu lagi.

"Ham-hamba tidak berani. Hamba takut...Anda tersinggung Yang Mulia" kata Eun Sha masih mempertahankan tatapannya melihat ke arah bawah.

"Kau justru membuatku tersinggung sekarang karena kau memalingkan pandanganmu dariku" kata Raja menatap lekat bola mata indah dihadapannya. Eun Sha segera menatap sang Raja tapi ia justru hampir terkena serangan jantung menatap Rajanya sedemikian dekat.

Salahkan siapa jika Raja setampan ini huh?? Tamat riwayatmu Eun Sha...batin Eun Sha bergelut dengan hati yang tak menentu. Tahukah kalian seperti apa sosok Raja Keitho? Kalau dibilang sangat tampan itu berlebihan, karena wajahnya, bentuk badannya, yang menjadi daya tarik sang Raja. Entah kenapa, segala hal yang ada pada sang Raja menjadi terlihat...menarik.

Sebelum Raja jatuh hati pada Jeajangna, ada beribu Putri yang mengincar, berusaha mendapatkan hatinya tapi justru Jeajangna lah yang sanggup menaklukkan makhluk rupawan ini.

"Kau boleh berkedip jika ingin, atau kau, sangat terpesona olehku hingga sulit untuk sekalipun berkedip? hmm?" goda Raja Keitho menyunggingkan senyum misterius.

Eun Sha merasa jantungnya langsung berhenti berdetak seketika lalu mengerjap pipinya terasa panas sementara Raja melihat kedua pipi Eun Sha bersemu merah.

Sangat cantik...pikir Raja tapi ia langsung teringat tentang Putri dalam kandungan Ratu. Ia langsung melepaskan dagu Eun Sha mundur dua langkah lalu berpaling dari Gadis itu.

"Bukan berarti aku memintamu menggodaku. Pergilah" kata Raja mulai salah tingkah.

"Ampun Yang Mulia hamba tidak bermaksud..."

"Pergilah sekarang!!" teriak Raja membuat Gadis itu terlonjak kaget ia mundur tiga langkah, menghormat dan berbalik hendak meninggalkan sang Raja tapi tangannya ditahan bahkan ditarik seseorang dalam sekejap, Eun Sha mendadak berada di dalam dekapan Raja.

Ah, ya ampun...kenapa mendadak Raja selabil ini? Apa yang harus ia lakukan sekarang? Pergi atau menetap? Raja yang tak pernah menangis dalam keadaan apa pun itu, kini terlihat sangat rapuh menangis bagai bayi besar yang meminta perhatian. Sopankah ia bila menepuk punggung Raja? Pikir Eun Sha saat tangannya terangkat keatas. Bagaimana jika ini dianggap salah? Maka ia mengurungkan niatan itu.

Raja membenamkan kedua kelopak matanya di bahu kanan Eun Sha lalu mengeratkan dekapan itu hingga Gadis tersebut kini tak dapat memikirkan apa pun selain menepuk-nepuk punggung Raja dengan lembut. Eun Sha ingat betul ketika sang Ibu mulai menepuk punggungnya saat ia menangis sewaktu kecil. Apa salahnya menenangkan bayi besar dalam dekapannya ini? Meskipun bayi besar itu... seorang Raja? Oh tidak...ini salah.

"Bisakah kau mengurungkan niatmu menjadi Sakuhyunja?" kata Raja lirih masih mendekap Eun Sha.

"Tidak Yang Mulia, itu impian hamba" kata Eun Sha tak kalah lirih.

Apa Yang Mulia marah karena hal itu? Pikir Eun Sha.

"Bisakah kau hanya disisiku saja?" tanya Raja lagi kini melepaskan pelukan itu, merengkuh pipi Eun Sha dengan kedua tangannya.

"Ya" jawab Eun Sha yang serasa bagai terhipnotis itu.

"Maka jadilah Selirku lupakan mimpimu" Rayu Raja.

"Bukankah tidak perlu menjadi Selir, hanya untuk tetap disisi Anda?"

"Beraninya kau mempermainkan Raja!" teriak Raja frustasi mendengar penolakan berulang kali dari Eun Sha sambil membalikkan badan.

"Apa pilihan Anda Yang Mulia?" terdengar suara Jeajangna dibelakangnya. Raja tercekat lalu berbalik melihat yang ada dihadapannya sekarang adalah Jeajangna bukan Eun Sha lagi.

"....." Raja hanya diam terpaku menatap Jeajangna dihadapannya, bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan Jangna padanya. Pilihan yang mana?

"Hamba tahu, Ratu memberi Anda pilihan bukan? Apa Anda sudah mendapatkan jawaban?"

"Tidak. Aku tidak akan memilih siapa pun"

"Anda harus memilih Yang Mulia. Takdir akan bekerja setelah Anda membuat pilihan" kata Jeajangna dengan tegas.

"Kenapa aku harus memilih?"

"Biarlah waktu yang menjelaskan. Inilah karma Anda Yang Mulia. Dan hamba pun, akan menjalankan karma hamba sendiri di kehidupan selanjutnya" kata Jeajangna menunduk sendu.

"Kau? Dimana kau akan dilahirkan? Katakan" kata Raja bahagia. Tapi Jeajangna hanya tersenyum pedih lalu menghilang digantikan dengan wajah Eun Sha yang panik. Ia berulang kali memanggil Raja yang pingsan diatas pangkuannya agar segera sadarkan diri.

Di kediaman Raja Keitho, Tabib Istana memeriksa dengan seksama keadaan Sang Raja yang masih tak kunjung sadarkan diri juga. Sang Tabib melirik ke arah Eun Sha memperhatikan raut wajah Eun Sha dengan seksama. Tabib menghela nafas perlahan bersiap mengatakan sesuatu pada Eun Sha.

"Yang Mulia Raja sangat tertekan akhir-akhir ini. Jangan menambah beban pikirannya lagi. Ingat itu baik-baik" peringatan Tabib Istana di respons Eun Sha dengan mengangguk lalu memberi penghormatan bagi sang Tabib setelah meracikkan obat sekaligus memohon diri. Eun Sha menatap lekat wajah Raja yang terlihat penuh penderitaan entah kenapa hatinya ikut bergemuruh.

"Jika kau mencintainya, kumohon tetaplah berada disisinya Eun Sha. Jangan melakukan kebodohan sepertiku di masa lalu" tiba-tiba sosok Gadis Penari cantik muncul tepat disamping Eun Sha. Yang di ajak bicara menatap Jeajangna begitu lekatnya.

"Apa selama ini yang menghantuiku adalah kamu?"

"Maafkan aku"

"Apa maumu?"

"Tetaplah disampingnya Eun Sha. Itu yang kuinginkan. Kehadiranmu sebagai perisai Raja dari dosa besar kelak" kata Jeajangna menatap penuh permohonan pada Eun Sha.

"Dosa besar apa maksudmu?"

"Suatu saat nanti...takdir yang akan berbicara" kata Jeajangna lalu menghilang dari pandangan Eun Sha. Gadis itu diam mematung, mencoba mencerna apa kata hantu itu. Suara batuk sang Raja membuyarkan lamunannya.

"Yang Mulia minumlah" tawar Eun Sha memberi sebuah cawan kecil pada Raja yang baru saja tersadar. Beliau meminum beberapa teguk lalu memberikannya kembali pada Gadis itu. Perlahan Raja menghela nafas dalam menatap kosong apa yang ada di hadapannya kali ini.

"Dulu, ada seorang Gadis bernama Jeajangna juga ingin mengejar mimpinya sepertimu. Ia lebih memilih menari meski kematian adalah taruhannya dari pada memilihku. Katakan padaku. Apa aku tidak pantas, untuk dipertahankan?" kata sang Raja masih dengan tatapan kosong ke depan tanpa mau menoleh sedikit pun pada Eun Sha.

"Bukankah Anda memiliki Ratu di sisi Anda Yang Mulia. Hamba rasa Ratu akan dengan senang hati mempertahankan Anda"

"Ratu? Tapi Ratu tidak pernah aku cintai. Sebesar apa pun usahaku, untuk bisa mencintainya. Katakan. Apa aku tidak pantas untuk memilikimu sebagai Selirku?" ucap Raja, kini menatap lekat Eun Sha. Gadis tersebut ketakutan mendengar pertanyaan itu apa yang harus ia katakan?

"Ampun Yang Mulia...hamba yang tidak pantas untuk Anda. Hamba...hanya seorang Penari Istana rendahan" kata Eun Sha menundukkan kepala.

"Pergilah. Aku tahu kau berniat menolakku hanya karena impianmu. Biarkan aku sendiri" kata Raja merebahkan diri kembali lalu menutup kedua matanya. Eun Sha mengingat apa yang diutarakan sang Tabib.

"Jangan biarkan Raja tidur kembali. Paling tidak, buat ia tetap bangun selama dua jam" suara Tabib terngiang jelas ditelinga.

"Apa Anda tidak ingin berjalan-jalan ke taman bersama hamba Yang Mulia?" tawar Eun Sha untung saja Raja Keitho segera membuka kedua matanya lagi, lalu menoleh kearah Eun Sha.

"Jadi setelah menolak seorang Raja, kini kau mengajaknya jalan-jalan? Gadis lancang" kata Raja berdecak kesal.

"Baiklah. Hamba akan pergi. Tapi itu artinya, Anda telah kehilangan kesempatan Anda untuk menjadikan hamba Selir" jawab Eun Sha datar, menghormat lalu bersiap melangkah keluar. Entah darimana muncul kesombongan Eun Sha kali ini di hadapan seorang Raja!!

"Jadi kau sedang mengancam Rajamu?" kata Raja langsung duduk di atas tempat tidurnya dengan wajah tidak terima.

"Jadi Itu jawaban Yang Mulia?. Baiklah, jika Anda menganggap itu sebuah ancaman, maafkan kelancangan hamba itu dengan senang hati, akan hamba cabut kembali kata-kata hamba ini" kata Eun Sha tak peduli terhadap kekesalan Raja yang ada di kepalanya, hanya...membuat Pria dihadapannya itu tetap membuka kedua matanya.

Raja melotot tak terima melihat Gadis itu tetap melenggang keluar tanpa memperdulikan dirinya.

"Berhenti" kata Raja cukup membuat si Gadis muda terdiam sejenak. Raja bangkit dari duduk lalu menyusul Eun Sha.

"Kau bilang apa tadi? Selir? Siapa yang akan menjadi Selirku Eun Sha, katakan" kata Raja mengangkat kedua alisnya.

"Itu sudah saya tarik kembali" kata Eun Sha geram melihat Raja yang pura-pura bodoh. Eun Sha melangkahkan kakinya kembali lalu sebuah tangan, menarik pinggangnya hingga membentur sang Raja.

"Bagaimana bisa secepat itu kau mencabut janjimu pada Rajamu? Aku menolak. Jadi, bersiaplah. Hari ini kau akan menjadi Selirku" bisik Raja ditelinga Eun Sha.

"Pelayan!! Layani Selir Eun Sha dengan baik dan bantu dirinya mempersiapkan segala sesuatunya" kata Raja setelah beberapa Pelayan masuk ke dalam kediamannya.

"Daulat Raja" kata para Pelayan mempersilahkan Eun Sha mengikuti langkah mereka.

"Kenapa secepat ini? Yang Mulia..." mohon Eun Sha panik.