Haruskah ia rela mengalami antara hidup dan mati hanya untuk melahirkan Wanita yang merusak seluruh hidupnya itu?! Raja pasti akan membuatnya tetap mempertahankan anak dalam kandungannya. Apa yang harus Ratu lakukan sekarang? Raja sudah terlanjur mengetahui keinginannya untuk menggugurkan anak ini.
Entah ini takdir atau kutukan bagiku. Kenapa sulit sekali mempertahankan sesuatu yang ingin kujadikan milikku. Pertama Jeajangna...ia lebih memilih menari dan mati, dari pada menjadi Selirku. Kini Eun Sha...ia pun lebih mengejar impiannya dari pada bersamaku. Yang paling membuatku murka, Ratuku!! Berani-beraninya, dia ingin melenyapkan Putriku!! batin sang Raja kalut.
"Anak kita tidak salah dalam hal ini Ratu!! Kenapa kau, menghukum anak kita atas kesalahanku?!" teriak Raja murka.
"Buat pilihan Yang Mulia...Anda mendapatkan Eun Sha, tapi anak Anda mati atau...anak Anda hidup, dan Eun Sha harus, Anda lepaskan" tantang Ratu memberi pilihan sulit. Sang raja berjalan kearahnya meremas kuat kedua bahu Ratu hingga ia merintih kesakitan.
"Kau sadar berhadapan dengan siapa? Kau, sedang mengancam Rajamu. Aku tidak akan memilih sampai kapan pun tidak akan" desis Raja ditelinga Ratu.
"Baik. Kau sudah memilih. Jadi biarkan aku lenyapkan anak ini" kata Ratu penuh amarah menurutnya, sang Raja terlalu serakah.
"Akan kupastikan, jika anakku lenyap, nyawamu pun akan lenyap bersamanya Ra-tu..." kata Raja dengan seringai bengis. Ia melepaskan cengkeraman di kedua bahu Ratu dan duduk disamping sang Ratu.
"Aku melihat sosoknya dalam Gadis itu. Kau yang menyanggupi menerima aku yang tak akan bisa melupakan Jeajangna sekaligus akan menjadikan Selir siapa pun yang memiliki kemiripan dengannya sebelum pernikahan kita diresmikan. Lalu apa kau, sekarang ingin mengingkarinya?"
"...." Ratu hanya tertunduk ia telah lupa dengan perjanjian itu.
"Aku masih memegang janjiku padamu Ratu. Tidak akan pernah aku cabut gelarmu sebagai Ratu, meski akan ada seribu Jeajangna dalam hidupku" Raja menatap tajam pada sang Ratu.
Air mata Ratu menitik berjatuhan di pipinya...di masa itu, dia terlalu silau dengan Tahta maupun harta dia tak pernah menyangka, akan benar-benar mencintai Rajanya, hingga tak ingin membaginya dengan siapa pun. Ya, dia memang menyetujui Raja memiliki Selir, tapi dari puluhan Selir tersebut, tak satu pun yang dibolehkan menyentuh Rajanya.
Bagaimana kali ini? Bukankah Raja memilih Eun Sha sendiri? Jika Gadis itu pun memilih Raja, maka...apa pun bisa terjadi. Selir lainnya bisa ia tekan tapi bagaimana dengan Eun Sha?
"Meski yang akan terlahir dari rahimku adalah Jeajangnamu?" tanya Ratu membuat Raja tercekat. Wajahnya kebingungan.
"Apa maksudmu?"
"Jawab saja Raja, siapa yang akan kau pilih? Eun Sha di sisimu, atau Jeajangna anakmu sekaligus kekasih dimasa lalumu?" pertanyaan Ratu bagai benang kusut yang tak mampu diuraikannya lagi.
"Kau sedang tidak sehat. Tidurlah" jawab Raja tidak ingin melanjutkan pembicaraan yang bahkan ia tidak tahu, kapan Ratunya akan berhenti bertanya.
"Kau lebih memilih aku atau Jeajangna?" tanya Ratu lagi sambil menatap datar pintu keluar sementara Raja menghentikan langkahnya.
"Jeajangna. Apa kau puas dengan pertanyaan konyolmu sekarang?" Raja menoleh lalu balik bertanya.
"Kau lebih memilih siapa aku, atau Eun Sha?" tanya Ratu dengan wajah yang mulai memerah karena marah.
"Eun Sha bagiku adalah Jeajangna. Tentu kau tahu bukan, siapa pilihanku?" tanya Raja sinis.
"Lalu, kau akan memilih siapa, Jeajangna atau Eun Sha Rajaku yang tercinta?" tanya Ratu dengan nada meremehkan. Raja mulai terdiam. Benarkah ia harus memilih? Ah, jelas tidak. Jeajangna sudah tiada...untuk apa dia...harus memilih diantara kedua Gadis itu? Raja memilih tidak menjawab, melanjutkan langkahnya tapi teriakan sang Istri, membuatnya terhenti.
"Kau pilih Jeajangna!! Atau Eun Sha!!"teriak Ratu dalam kontraksi yang menyakitkan. Ya, sakit hatinya jauh lebih menyakitkan namun kontraksinya, kian menambah rasa perih. Raja menatap Ratu penuh kekhawatiran. Ratu berteriak kesakitan.
"Tabib, lakukan yang terbaik" kata Raja syok melihat keadaan sang Ratu. Raja dipersilahkan duduk disebelah Ratu sementara Tabib sibuk memeriksa, dan meramu obat.
"Apa yang terjadi? Apa...anakku baik-baik saja?" tanya Raja sangat ketakutan. Tabib masih meramu, disela teriakan kesakitan Ratu.
"Yang Mulia. Saat ini berdoalah agar tidak terjadi sesuatu pada Yang Mulia Ratu dan Putri. Menurut hamba jika boleh memberi saran, untuk kedepannya, jangan membuat Ratu dalam keadaan tertekan, ketakutan terlebih lagi marah. Semua hal tersebut, bisa membuat nyawa Putri dan Yang Mulia Ratu terancam Yang Mulia" kata Tabib masih meramu tidak berani menatap Rajanya.
Ratu masih berteriak antara kesakitan dan ketakutan, berbaur menjadi satu. Matanya tertuju pada ruh Jeajangna, yang menekan kuat perut Ratu. Bagaimana ia bisa meminta tolong jika hanya dia yang dapat melihat hantu Jangna?!
"Sudah kukatakan Ratu, kau akan mendapatkan karma jika kau memisahkan Eun Sha dengan Raja. Terlebih lagi, jika ingin melenyapkanku dari dalam kandunganmu..." kata Jeajangna semakin menekan perut Ratu tanpa ampun.
AaaaAAAAaaa!! Teriak Ratu hingga tak sadarkan diri.
"Ratu!! Ratu bangunlah!!" teriak Raja panik sambil menepuk kedua pipi sang Ratu.
"Tabib!!" teriak Raja membuat Tabib itu tergopoh-gopoh memeriksa keadaan Ratu.
"Putri Anda...baik-baik saja Raja. Tapi...Yang Mulia Ratu dalam keadaan kritis" kata Tabib kebingungan.
"Apa pun itu, lakukan pengobatan sebaik mungkin. Aku ingin anakku lahir dengan selamat" kata Raja mengguncangkan tubuh Tabib.