Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 4 - Rembulan Dalam Istana 2

Chapter 4 - Rembulan Dalam Istana 2

"Kau?!" teriak Raja begitu panik melihat ulah Eun Sha menarikan tarian kematian (Raja mengganti nama tarian kematian untuk memperingatkan orang-orang agar tidak mencoba).

Kenapa Xiajaucha sangat lancang mengajarkan Penari Istana menarikan sendirian tarian itu? Apa dia lupa apa yang terjadi dengan Jeajangna? Oh, salah...Raja lupa tarian itu dapat berubah menjadi tarian kematian, jika...Penarinya tidak lagi suci. Suci? Oh dia wajib melarang Penari cantik satu ini menarikan itu sekarang! Dia sedang datang bulan bukan? pikir Raja mengingat alasan Eun Sha tidak ikut latihan menari.

"Tidak boleh menari saat sedang datang bulan apa kau lupa atau sengaja?!" bentak Raja pada Gadis itu.

"Ya Yang Mulia..." jawab Eun Sha terbata-bata lalu membungkuk dalam, takut dijatuhi hukuman berat.

"Tampaknya layak kuberi hukuman mati, Xiajaucha karena lalai mendidik Penarinya" marah sang Raja.

"Ampun Baginda Raja...jangan hukum Somyunada. Beliau...tidak bersalah. hamba yang telah lancang menarikannya di sini. Hukum hamba saja Yang Mulia" bela Eun Sha mati-matian. Gadis ini memanggil Xiajaucha dengan julukan Somyunada karena Xiajaucha adalah Guru tarinya.

" jadi kau...melanggar laranganku? Dan Somyunada tidak mengetahuinya? Dia tetap harus dihukum"

"Hamba mohon...jangan Yang Mulia...beliau tidak bersalah..."

"Dari mana kau dapatkan gerak tarian terlarang itu?"

"Ampun. Hamba tidak tahu tarian itu terlarang Yang Mulia. Hamba hanya...ingin menarikan tarian indah tersebut"

"Kau benar-benar mirip dengan orang yang kukenal" kata Raja berdecak gemas. Bagaimana ini? Dulu Jeajangna lebih memilih menari dari pada menjadi Selirnya. Jadi ia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

Tapi harus ia apakan Gadis ini, agar menarikan tarian kematian menjadi momok baginya? Tidak! Ia tidak boleh kehilangan Jeajangna sekali lagi! Bahkan mati untuk kedua kalinya pun, akan ia cegah.

"Siapa namamu?" Raja berpura-pura tidak mengetahui nama Gadis di hadapannya.

"Eun Sha"

"Eun Sha, nama yang unik. Kau akan kuhukum karena berani menarikan tarian kematian" kata Raja, yang kini menatap intens Gadis bernama Eun Sha. Wajah Eun Sha memucat...entah apa hukuman yang akan ia jalani.

"Kau harus menarikan 15 tarian untukku, selama 15 hari. Dan kau, tidak boleh menarikan tarian tadi di belakangku, bahkan membayangkannya sekalipun! Kau mengerti?!"

"Laksanakan, Yang Mulia..." jawab Eun Sha dengan wajah kebingungan. Hukuman menari? Apa ia tidak salah dengar? Tapi kenapa hukumannya seringan itu?

"Katakan pada Xiajaucha aku telah menghukum Gadis ini. Pastikan ia membuat banyak koreografi yang terbaik setiap harinya" kata Raja pada ajudannya. Sang Ajudan memberi hormat, lalu pergi menuju aula tempat Xiajaucha mengajar.

Xiajaucha menatap nanar ke arah Eun Sha. Ia menghela nafas panjang mencoba meredam emosinya lalu bersiap untuk bicara.

"Kau sebentar lagi akan menarikan tarian di depan keluarga Kerajaan. Lalu bagaimana bisa, dengan bodoh kau mendapatkan hukuman menari di hadapan Raja selama 15 hari?! Apa kau sebegitu geniusnya, hingga dapat menghafal 15 tarian dalam waktu hanya sehari?!" kata Xiajaucha wajahnya merah padam.

Ia sangat kesal, Gadis ini sangat susah diatur namun berbakat sama seperti...Jeajangna?! rasa sedih mengitari Xiajaucha mengenang mantan Penari Istana terbaik miliknya.

"Somyunada...saya tidak sengaja menarikan tarian terlarang itu...buruknya lagi, Yang Mulia melihat sendiri..."

"Kau!! Sudahlah. Tidak ada gunanya berdebat dengan anak keras kepala sepertimu. Mandilah, lalu kita berlatih!!" perintah Xiajaucha lalu meninggalkan Eun Sha sendiri.

Eun Sha menatap kepergian Somyunada sambil berpikir.

Jadi Gadis hantu itu menarikan tarian terlarang? Jadi...apakah Gadis tersebut adalah Jeajangna? Lalu...kenapa ia menampakkan diri padanya? Ia tidak menghina Jeajangna seperti teman-temannya yang lain malam itu.

"Kau...bagaimana bisa?" tiba-tiba suara Hanamy mengagetkan Eun Sha.

"Katakan padaku. Dari mana, kau belajar tarian kematian itu?" tanya Hanamy yang menguping pembicaraan antara Eun Sha dan Somyunada.

"Bukan dari siapa-siapa"

"Lalu bagaimana bisa tiba-tiba kau menarikan tarian Jeajangna?" Hanamy memberondong Eun Sha dengan banyak pertanyaan. Tapi Eun Sha hanya diam lalu pergi begitu saja.

Eun Sha mengambil pakaian bersih dan bergegas ke kamar mandi. Digesernya pintu kamar mandi, dan menguncinya. Saat ia mengunci dalam posisi menghadap pintu, ia mendengar suara gelang kaki bergemerincing dibelakangnya. Bulu kuduk meremang seketika, lagi-lagi ia mendengar suara gayung yang terbuat dari kayu bergeser.

Ada sosok lain di dalam kamar mandi itu, mengambil air dengan ember tersebut lalu mandi dengan air itu.

Sreeeeeeet

Byur....

Byur....

Deg!!

Eun Sha dapat merasakan terkena percikan air. Tuhan...kenapa harus dia yang dihantui lagi? Apa salahnya? Tubuhnya bergetar hebat lalu berbalik arah!! Oh, apa yang terjadi? Tidak ada siapa pun di dalam kamar mandi ini kecuali dirinya.

Sudahlah, mungkin dia berhalusinasi. Jadi ia menggantungkan pakaian bersihnya diatas pintu kamar mandi. Saat ia bersiap melangkah ke sumur, ada sesuatu dari dalam, sedang menggerakkan katrol ember air sumur.

Kriet

Kreeeeek

Kreeeek

Sial!! Kenapa terjadi lagi gangguan itu padahal ia telah melepaskan busananya?! Eun Sha hanya dapat diam membeku saat ia melihat ada sebuah kepala, menyembul dari dalam sumur tersebut. Penari hantu!! Ya, ia kini menyadari siapa yang menghantuinya hari ini.

Gadis hantu itu menatap mata Eun Sha yang terbelalak ketakutan. Dalam hitungan kurang 2 detik saja, ia sudah ada di depan wajah Eun Sha. Pintu kamar mandi tempat Eun Sha akan mandi tadi akhirnya dapat dibuka. Gadis bernama Eun Sha ini, melangkahkan kaki menuju aula tempat Xiajaucha mengajar.

"Somyunada..." suara itu membuat Xiajaucha menoleh ke arah Eun Sha.

"Sudah ku katakan mandilah dulu kenapa, kau kemari?" tanya Xiajaucha terkejut menatap Eun Sha berlutut dihadapannya. Ada apa dengan Gadis ini?

"Maafkan saya. Karena kelancangan saya, membuat nyawa saya akhirnya melayang" kata Eun Sha menangis sedih.

"Apa maksudmu? Kau...masih hidup, karena itu kau dapat berbicara denganku saat ini. Apa kau sakit Eun Sha?" balas Xiajaucha cemas.

Kalau Eun Sha sampai sakit...bagaimana reaksi Rajanya nanti? Ia mengukur suhu tubuh Eun Sha dengan tangannya yang langsung menyentuh dahi Gadis itu.

"Kau...dingin sekali. Sebaiknya kau istirahat. Pergilah beristirahat"

"Anda tidak mengenali saya Somyunada? Saya Jeajangna" kata Eun Sha sungguh-sungguh. Xiajaucha mundur selangkah mendengar suara Eun Sha yang berubah sangat mirip dengan Jeajangna.

"Tidak. Kau...sudah mati"

"Apa maksud Anda Somyunada? Saya masih hidup" kata Eun Sha kebingungan suaranya sudah kembali pada suara Eun Sha sesungguhnya.

"Kenapa saya di sini?" Eun Sha makin bingung saja.

"Siapa kau?" tanya Xiajaucha waspada.

"Tentu saja Eun Sha Somyunada, siapa lagi?"

"Kau...cepatlah mandi"

"Tapi...saya takut" kata Eun Sha mendengar kata mandi disebut.

"Itu hanya kamar mandi bukan? Apa yang kau takutkan?"

"Jeajangna. Dia menemuiku di kamar mandi tadi"

"Kau sudah mempersiapkan dengan matang drama ini rupanya" kata Xiajaucha merasa sedang dipermainkan Eun Sha.

"Aku tidak percaya Jeajangna datang menemuimu. Dia sudah mati. Mandi, atau kau kupukuli dengan rotanku!" bentak Xiajaucha. Eun Sha memberi penghormatan pada Xiajaucha lalu berlari menuju kamar mandi. Sesampainya di depan kamar mandi, Eun Sha merasa bimbang haruskah ia masuk?

"apa yang kau lakukan di depan pintu kamar mandi? Kau menghalangiku saja" protes Ayanne. Eun Sha mundur memberi ruang untuk Gadis itu masuk ke dalam. Dia tidak dapat mendengar suara teriakan dari dalam kamar mandi. Apa hantu Jeajangna sudah pergi dari sana? Pikir Eun Sha merasa sedikit aman. Tak lama kemudian perlahan pintu kamar mandi terbuka.

"Kau kenapa?" tanya Ayanne penasaran ketika melihat tingkah Eun Sha yang mengintip bagian dalam kamar mandi saat ia membuka pintu.

"Aku tadi...melihat Jeajangna" gumam Eun Sha.

"Apa kau sedang berhalusinasi? Atau kau terlalu takut dengan cerita legenda Jeajangna itu sehingga terbawa mimpi?" balas Ayanne sambil berdecak.

Melihat pandangan Ayanne seolah dirinya orang stres, membuat Eun Sha malas memperpanjang ceritanya. Ia malah masuk kembali ke kamar mandi. Saat ia menggantungkan pakaian bersihnya ke atas pintu, ia melihat bayangan berkelebat melewatinya. Eun Sha terlonjak lalu berbalik arah. Ia menatap bayangan yang ada dibalik sumur. Bayangan tersebut seolah bersembunyi darinya.

Perlahan bayangan tersebut menyelinap keluar dari celah lubang udara di atas tembok paling dekat dengan sumur. Eun Sha berusaha lebih kuat lagi. Ia harus segera mandi. Maka ia membuka busananya dan mengguyur tubuhnya dengan air sumur. Ia mencari-cari di mana sabun mandinya?! Eun Sha masih ingat betul, dirinya menaruh sabun itu di bibir sumur. Apa jatuh ke dalam sumur?

Deg!!

Sesuatu yang dingin dan berlendir... perlahan mengusap punggungnya. Suara senandung seseorang di belakangnya membuat tubuh Gadis itu menegang seketika ia gemetaran hebat!!

"Apa kau Jeajangna?" tanya Eun Sha memberanikan diri bertanya. Yang di belakang masih bersenandung kini mengusapkan sabun ke bahunya.

"Datanglah pada Raja" jawab hantu, yang ada dibalik punggungnya. Eun Sha tak lagi mendengar suara nyanyian, tidak juga merasakan usapan sabun di punggungnya. Ia menelan ludah, lalu berbalik.

Saat tak ia temui apa pun di hadapannya, ia berlari menuju pakaian bersihnya tapi sebelum itu terjadi, naas Eun Sha tidak melihat sabunnya tergeletak di lantai kamar mandi menyebabkan ia terpeleset dan jatuh tertelungkup.

Keramaian di lokasi kamar mandi Penari Istana, menimbulkan ketertarikan sang Raja. Ia melangkah menuju arah kerumunan.

"Ada apa ini?"

"Yang Mulia. Maaf mengganggu ketenangan Anda. Ada seorang Penari Istana terpeleset sabun dan jatuh"

"Siapa nama Penari itu?"

"Eun Sha Yang Mulia" jawab Ayanne takzim. Seketika seperti disambar petir Raja menjadi panik ia ingin segera menemui Gadis itu dan memanggil tabib Istana. Sang Raja menerobos masuk begitu saja ke dalam kamar para Penari Istana dengan membawa seorang Tabib Istana. Tabib tersebut memeriksa dengan seksama keadaan Eun Sha.

"Bagaimana keadaannya?"

"Yang Mulia, benturan dikepalanya akan membuat Gadis ini lama untuk bisa membuka matanya"

"Lakukan apa pun supaya dia bisa segera sadar"

"Maaf Yang Mulia...ini diluar kemampuan hamba. Ramuan obat-obatan yang hamba buat, baru dapat di minum saat dia sadar. Hanya saat itulah pengobatan bisa sepenuhnya dijalankan. Tapi hamba juga sudah mengobati dahinya yang terluka" jawab Tabib takut.

"Berikan ramuan yang harus ia minum" kata sang Raja. Sang Tabib akhirnya menyerahkan semangkuk ramuan obat. Raja itu pun mengambil sebuah bambu kecil dari dalam pakaiannya dan menuangkan sedikit ramuan tersebut ke mulut Eun Sha perlahan dengan penuh ketelatenan.