Chereads / Mantra Penari Ke 7 / Chapter 3 - Rembulan Dalam Istana

Chapter 3 - Rembulan Dalam Istana

Empat tahun kemudian...

Semua anggota Penari Istana yang berjumlah enam orang saat itu, sedang berkumpul, membicarakan banyak hal yang tergolong tidak penting. Yeah, hanya itulah hiburan mereka untuk mengisi kekosongan waktu.

"Apa kalian tahu, soal Jeajangna? Penari Istana yang menjadi Selir Raja kita tapi, dia lebih memilih tetap menari kemudian mati secara tragis?" tiba-tiba salah satu dari mereka membuka sebuah topik pembicaraan dengan kisah masa lalu yang kelam.

"Kau mau mati? Kenapa membicarakan legenda itu di dalam Istana? Bagaimana kalau sampai Raja tidak sengaja mendengarmu dan marah padamu" Ayanne berusaha mengingatkan dengan suara yang kecil.

"Ayolah...legenda itu seperti dongeng sebelum tidur Ayanne..., jadi tidak akan ada yang percaya dengan kisah itu..." sahut Hanamy meremehkan.

"Bagaimana jika legenda itu nyata? Bagaimana jika yang marah bukan Raja, tapi Jeajangna" marah Ayanne.

"Ah, sudahlah...apa peduli kita dengan legenda itu? Kita punya banyak pekerjaan. Banyak gerakan yang tiba-tiba saja dirombak disana sini. Kenapa kita tak berlatih saja dari pada berdebat" Tomoko berusaha menengahi.

"Moko, apa kau tidak merasa aneh? Kenapa tarian sakral di Kerajaan ini harus digantikan? Ku rasa, ini ada hubungannya dengan...legenda itu" kata Hanamy masih menyinggung soal legenda.

"Huff...ya...ya..., semua hal selalu kau hubungkan dengan legenda itu. Kurasa kau, terlalu terobsesi dengan Jeajangna" kata Tomoko mulai kesal.

"Atau...,Hanamy ini, bermimpi menjadi Selir seperti Jeajangna..." goda Ayanne yang tidak sengaja didengar oleh Guru menari mereka, Xiajaucha.

"Beraninya kalian membicarakan Legenda yang tabu untuk diceritakan di Istana ini!!" teriak Xiajaucha kemudian memukuli kaki anak didiknya dengan kayu rotan.

"Sekali lagi aku mendengar kalian bergosip tentang legenda itu lagi!! Tidak hanya rotan ini yang akan bicara tapi hukuman paling berat akan dijatuhkan Raja pada kalian semua!" gertak Xiajaucha. Semua anak didik hanya mampu diam menunduk sambil sesekali mengaduh.

Bagaimana cara kami berlatih dengan baik, jika kaki para Penari terluka? Apa Xiajaucha ini punya otak?! Umpat Hanamy dalam hati.

"Sekarang, kalian tidur!!" kata Xiajaucha menahan amarah. Ketika ke enam anak didiknya berlari berhamburan masuk asrama Penari Istana, sebuah tangan lembut menyentuh bahu Xiajaucha.

"Nyonya, sejak kapan Anda..." kalimat Xiajaucha tertahan di kerongkongan ketika Wanita dihadapannya mengangkat telapak tangan kanannya, dan menatap Xiajaucha dengan tatapan teduh.

"Aku tahu kau sangat berkompeten dalam hal seni tari. Tapi kau, juga harus memperhatikan kondisi Penarimu. Mereka tidak pernah keluar Istana sedikit pun untuk melihat dunia luar. Jadi wajar, bila mereka iseng membicarakan legenda itu" katanya penuh wibawa.

"Nyonya...yang Mulia Raja sangat terpukul dengan kejadian itu. Bagaimana saya tega, bila beliau mendengar kembali soal Jeajangna" keluh Xiajaucha.

"Cha, sekarang Raja sudah dewasa. Bahkan Raja sudah memiliki Ratu dan beberapa Selir. Beliau jelas sudah melupakan kejadian itu"

"Baik Nyonya" kata Xiajaucha sambil membungkuk memberi penghormatan.

Malam pun telah larut bahkan hanya ada para penjaga Istana yang terjaga. Eun Sha merasakan rasa haus teramat sangat. Beberapa kali ia mencoba membangunkan Tomoko sahabat dekatnya tapi Gadis itu, terlalu lelap dalam tidurnya hingga membuat Eun Sha merasa gusar.

Baiklah, tidak ada jalan lain...aku harus pergi ke dapur Istana tanpanya batin Eun Sha dengan sangat terpaksa. Kaki mungilnya menapaki lantai yang dingin ia melangkah menggeser pintu kamar asramanya lalu menjejaki lorong Istana menuju dapur Istana.

Krincing...

Krincing...

Dung

Dung

Tak

Krincing...

Krincing...

Deg!!

Suara musik, dan gemerincing gelang kaki? Siapa yang selarut ini...berlatih menari? Rasa penasaran Eun Sha, jauh lebih besar dari rasa hausnya. Perlahan ia menyusuri lorong, melewati dapur Istana, dan masuk ke sebuah altar megah tempat biasanya ia berlatih menari bersama ke lima temannya.

Dung

Dung

Krincing

Krincing

Suara itu semakin jelas saja ditelinga Eun Sha. Jantungnya berdetak kencang. Langkahnya terhenti melihat seorang Gadis, berkostum seperti seorang Penari, sedang menari dengan gemulainya. Kenapa, aku merasa, tarian itu belum pernah kulihat? Bahkan belum pernah diajarkan Xiajaucha.

Dung

Dung

Krincing

Krincing

Penari misterius tersebut menghadap ke arahnya masih menari. Ketika si Penari cantik itu menatap ke arahnya, entah kenapa, bulu kuduk Eun Sha mulai meremang dari ujung jemari kaki, hingga ke ubun-ubunnya. Lalu ia, si Penari misterius menghentikan tariannya.

"Kau, siapa?" tanya Eun Sha menatap takut-takut pada Gadis dihadapannya. Gadis tersebut hanya menatapnya sendu lalu berlari ke arahnya. Ingin rasanya Eun Sha menjerit tapi ada yang membuat suaranya tak mampu keluar. Sang Gadis misterius berubah menjadi cahaya kehijauan, menembus dada Eun Sha.

Sementara, malam ini Raja sangat susah memejamkan mata. Dilihatnya sang Ratu yang tengah mengandung 8 bulan tertidur pulas disampingnya.

Dung....

Dung....

Cring....

Cring...

Telinga Sang Raja mendengar suara musik, sekaligus bunyi gelang kaki seseorang. Apa ada pesta hari ini? Tidak mungkin. Bagaimana Raja tidak mengetahui akan adanya pesta sekecil apa pun di Istananya sendiri?. Karena penasaran, Raja itu berjalan menyusuri lorong, dan melihat sosok seorang Gadis sedang menarikan tarian yang sudah lama ingin disingkirkan oleh Raja!!

"Kau, berani-beraninya kau menarikan tarian itu!!" marah Sang Raja membuat sang Gadis berhenti menari. Ia berbalik dan menatap si Raja dengan tatapan sendu.

"Jeajangna? Kaukah itu?"

"Ya Yang Mulia. Apa Anda tidak merindukan hamba?" tanya Jeajangna menatap lembut sang Raja.

"Kenapa? Kenapa kau baru datang sekarang?"

"Yang Mulia...ruh hamba terjebak dalam tubuh Gadis ini sejak ia balita. Maafkan hamba karena hamba baru mengunjungi Anda sekarang" kata Jeajangna sendu.

"Bisakah kau terus bersamaku?"

"Tidak. Selama hamba belum sepenuhnya menguasai tubuh baru hamba ini Yang Mulia"

"Bagaimana caranya supaya kau, tetap bersamaku?"

"Ingatkan Eun Sha tentang kehidupannya dimasa lalu, sebagai Jeajangna" kata Jeajangna lalu berlari keluar menuju asrama Penari. Raja mengikuti langkah kaki Jeajangna dan berhenti ketika Jeajangna telah masuk ke dalam asrama.

Keesokan harinya, langit begitu mendung tapi ke enam Penari, harus terus berlatih dan berlatih. Sang Raja datang ke altar megah itu untuk menyaksikan para Penari Istana menari.

"Yang Mulia..." kata Xiajaucha gugup begitu melihat sang Raja berada disampingnya. Ia hanya menelan ludah dan membungkuk memberi penghormatan.

"Aku ingin bertemu dengan Eun Sha. Apa kau bisa memanggilnya untukku?" tanya Raja.

Apa? Eun Sha? Ada apa ini? Terakhir kali, Jeajangna yang diajaknya bertemu dan tidak pernah lagi Rajanya datang kembali ke tempatnya melatih para penari.

Dan sekarang? Eun Sha? Xiajaucha hatinya bergemuruh bagaimana ini? Haruskah ia pertemukan Yang Mulia Raja dengan Eun Sha? Selayaknya pertemuan Raja dengan Jeajangna dahulu? Bagaimana jika...kejadian masa lalu itu terulang kembali? Jika pun pertemuan ini adalah takdir, Eun Sha pasti akan baik-baik saja bukan? Bukankah....tarian sakral itu telah dihapuskan?

"Maafkan hamba Yang Mulia...Eun Sha sedang tidak diperbolehkan menari karena sedang...."

"Apa yang terjadi? Apa dia sakit? Dimana dia sekarang?" kata Raja menggebu-gebu. Bagaimana tidak? Ruh Wanita yang ia cintai, apa lagi pernah ia inginkan menjadi Permaisurinya, telah merasuk dalam sukma Eun Sha!!

"Tidak. Tidak Yang Mulia...Eun Sha tidak diperbolehkan menari karena...sedang...datang bulan"

"Katakan dengan jelas! Dimana dia sekarang!!" bentak Raja kehilangan kesabaran.

"Hamba...melihatnya berjalan ke arah taman Istana Yang Mulia" kata Xiajaucha membungkuk semakin dalam, takut Rajanya murka. Sang Raja hanya mendengkus kesal lalu meninggalkan aula tempat Xiajaucha melatih.

Eun Sha sangat menikmati pemandangan taman Istana dan udaranya yang sejuk. Matanya terpejam dalam sepersekian detik. Dalam pandangannya saat mata itu terpejam, gambaran Gadis menari semalam sangat membuatnya penasaran. Tari apakah itu? Kenapa gerakan seindah itu...malah dihapuskan? Kenapa? Ada apa?

"Aku masih ingat ritme gerakannya" gumam Eun Sha. Entah kenapa, ada rasa ingin menarikan tarian hantu yang ia lihat semalam begitu kuatnya berkecamuk dalam dirinya. Perlahan ia membuka kedua mata dan gerakan gemulai telah dimulai.

Seperti ada sesuatu yang membimbingnya untuk menari, dengan insting ia mengira-ngira lanjutan gerakan itu. Ia terus menari seolah dahulu ia sudah sering menarikannya. Tiba-tiba dua tangan seseorang mencengkeram bahunya erat.