Chereads / Cinta ini tumbuh demi kalian. / Chapter 31 - 31. Dewi

Chapter 31 - 31. Dewi

Hari ini Lita sudah dalam kondisi baik dan sudah di perbolehkan pulang. Dokter yang merawat Lita sudah memberikan ijin pulang. Lita berkemas dan menata bajunya di bantu oleh Leo. Leo mengemas pakaian Lita dan kemudian mengantarnya pulang.

"Kamu sungguh ingin pulang ke apartemen? tidak ke rumah bibi Asri?" Tanya Leo penasaran.

"Tidak bang, aku sudah punya suami. Jadi kewajiban ku adalah mengutamakan kebutuhan dan kepentingan suami dahulu."

"Untuk bibi Asri, nanti malam aku akan hadir di tahlilan malam ketujuh ibu bersama kakek dan mas Robby." Kata Lita sambil tersenyum hangat dan memakai outernya.

"Suamimu ada bisnis keluar kota, mewakili kakek karena kakek sedang dalam kondisi tidak vit."

"Apa Robby tidak memberitahumu?" Tanya Leo.

"Tidak, dia tidak berkata apa apa bang. Mungkin terlalu sibuk hingga lupa memberitahuku." Kata Lita yang mencoba berfikir positif.

Mereka pulang menuju ke apartemen. Tidak ada percakapan yang terjadi, Lita hanya menatap layar ponselnya seperti menunggu kabar dari seseorang.

"Bang, bisa kita menuju ke rumah kakek saja? Aku ingin menemani dan merawat kakek." Kata Lita tiba tiba.

"Tapi, kamu sendiri baru sembuh." Jawab Leo sambil menatap Lita serius.

"Tidak apa-apa bang, aku sudah baikan kok." Jawab Lita meyakinkan sambil melempar senyuman.

"Hhhh, oke." Ucap Leo sambil mendengus kesal.

Sampailah mereka di kediaman Kakek Agus. Rumahnya mewah dan besar, memilki sentuhan pedesaan dengan taman yang luas berisikan dedaunan. Ada beberapa burung dan kucing yang berkeliaran menyambut kedatangan Lita. Lita tersenyum takjub dan bahagia melihat pemandangan itu.

ini adalah kali pertama Lita menginjakkan kaki di rumah kakek. Mata Lita tak henti hentinya menyusuri setiap sudut rumah mewah itu. Ada beberapa pohon buah tropis seperti mangga, rambutan dan jambu. Udaranya sangat segar dan asri.

"Wah, segar sekali udara di sini ya bang. Kakek disini tinggal bersama siapa?" Tanya Lita kepada Leo.

"Kakek sendiri, tadinya bersamaku. Tapi semenjak aku mendapat tugas untuk menjagamu jadi aku tinggal di apartemen dekat mu itu." Jawab Leo masih sambi berjalan beriringan.

"Daripada di apartment, aku rasa disini jauh lebih bagus dan segar udaranya." Kata Lita asal.

"Kamu bisa bilang ke Kakek kalau kamu suka disini. Maka dia akan menyuruh mu dan Robby tinggal disini." Kata Leo.

"Benarkah?"Sahut Lita dengan wajah yang berbinar.

Leo mengangguk sambil membukakan pintu utama.

Terlihat kakek sedang duduk di kursi pijatnya sambil menikmati alunan musik klasik.

"Assalamualaikum kek." Sapa Lita dengan senyum ramahnya.

"Walaikumsallam, nak." Jawab kakek membalas dengan senyuman hangat.

"Kamu bukankah seharusnya pulang ke apartemen?" Tanya Kakek Agus.

"Iya, tapi kata bang Leo kakek sedang tidak enak badan. jadi aku mengunjungi kakek dulu." Kata Lita dengan sopan.

"Sudah bilang suamimu?"

"Belum, aku menelponnya sedari tadi tapi tidak di jawab. Mungkin dia sedang sibuk." Keluh Lita berterus terang.

"Coba sekarang kamu hubungi lagi. Mungkin sudah selesai rapat." Ujar Kakek Agus sambil melihat jam tangannya.

"Baik kek," Kata Lita yang menuruti perintah Kakek.

Di tempat lain,

*Tuan, tuan. kurang apasih nyonya buatmu? Cantik, polos, lugu, penurut. Tapi anda? Hhhh. Sudahlah nasib menjadi bawahan." Keluh Rio yang kesal karena selalu menjadi penutup akan tindakan buruk Robby.

"Sedari tadi ponsel tuan terus berdering, tapi kemana dia?"

"Apa aku ketuk saja sekarang?" gumam Leo di depan pintu kamar hotel.

"Ah, aku hubungi saja dia langsung." kata Rio bermonolog sambil mengotak-atik ponselnya.

"Hem," Jawab Robby dalam panggilan telepon.

"Tuan, rapat sudah selesai. dan nyonya sedari tadi menghubungi anda. Sepertinya ada hal penting." Kata Rio.

"Apa katanya?"

"Aku tidak berani menjawabnya tuan, aku bingung akan membuat kebohongan apalagi." jawab Rio jujur.

"Bodoh! tunggu aku sebentar lagi selesai." Kata Robby sambil menutup percakapan.

Dua ponsel dengan dua nomor yang berbeda. Satu ponsel terkhusus untuk keluarga dan bisnis. sedangkan yang satunya khusus untuk membuat janji dengan wanita penjual tubuh. Hanya Rio yang tau nomor simpanan ini dan Rio selalu menjaga rapat rapat rahasia dan kebusukan majikannya.

"Dia bersikap manis kepada nyonya Lita. Kalau dia tidak cinta, lalu apa tujuannya?" Gumam Rio dengan kebingungannya.

Di dalam kamar hotel.

"Terimakasih tuan, jangan segan untuk mencariku lagi. oke." Kata Dewi seorang wanita yang berumur sebaya dengan Rio.

Robby hanya diam dan tak berkata apapun setelah memberikannya sejumlah uang.

Dewi berjalan keluar kamar dengan sumringah tapi senyum itu runtuh dan hilang saat dia melihat Rio yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Dewi?"

"Kamu Dewi kan?" Tanya Rio memastikan.

"Ri... rio?" Ucap Dewi sambil gugup dan merasa malu.

"Oh, jadi ini pekerjaanmu selama ini? Beruntung aku mengakhiri hubunganku denganmu."

"Tidak aku sangka, wajah polosmu itu. Cih!" Umpat Rio dengan nada kesal.

"Terserah! ini hidupku, bukan hidupmu!" Seru Dewi sambil menitikkan air mata.

Dewi berlalu pergi begitu saja.

"Mana ponselku?" pinta Robby kepada Rio.

"Hei, mana ponselku? kenapa wajahmu kesal seperti itu?"

"Sudah tidak suka bekerja denganku?" Ketus Robby sambil meraih paksa ponselnya dari genggaman Rio.

Rio hanya diam dengan wajah kesalnya menatap Robby.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Tanya Robby cuek sambil memanggil Lita dari ponselnya.

"Hallo, ta. Ada apa kamu menelfonku berkali kali? Aku baru selesai rapat." Kata Robby sambi menunjuk Rio untuk segera berjalan.

Rio lalu berjalan mendahului Robby.

Amarah Rio masih memuncak apalagi ditambah dia harus menerima kenyataan jika manatan pacarnya melayani bosnya sendiri.

"Oh, iyakah? Baik, aku nanti mungkin akan sedikit terlambat. Jangan tunggu aku, tidurlah terlebih dahulu." Kata Robby dengan wajah sumringah.

Robby mengakhiri panggilannya lalu menuju ke mobil yang sudah terparkir di depan lobby hotel.

"Kamu itu kenapa, kamu terlihat tidak suka melihatku?" Tanya Robby kepada Rio.

"Wanita tadi?" ucap Rio dengan lidah Kelu.

"Oh, wanita tukang pijit tadi?" jawab Robby sambil memainkan game di ponselnya.

"A... apa pak, tukang pijit?" Tanya Rio memastikan.

"Iya tukang pijit. Memang kamu pikir aku tadi ngapain?" Kata Robby santai sambil melempar smirik.

"A... aku pikir dia," kata Rio menggantung.

"Aku sudah berhenti melakukan itu semua semenjak aku menikahi nyonyamu itu. Entah sihir apa yang sudah di lakukanya, tapi aku bahkan tidak berani melirik wanita lain saat mengingat statusku." Kata Robby dengan wajah bahagia.

"Maaf pak, saya sempat berfikir yang tidak tidak. Saya kira kalian..."

"Tidak, aku hanya sangat lelah. Kamu tahu beberapa hari lalu saat istriku sakit, aku menemaninya sendiri. Aku tidur di sofa, badanku serasa remuk. Harus melingkar terus di sofa." Kata Robby menjelaskan.

"Untung saja tadi ada OB yang memberikanku nomor perempuan tadi. Sebenarnya dia tukang pijit bayi, tapi aku memaksanya untuk memijit ku. Karena kupikir kalau tukang pijit bayi pasti sudah keriput dan tua. Ternyata tidak."

"Tapi, aku prihatin dengan kehidupannya sekarang." Kata Robby sambil mematikan ponselnya dan lurus memandang kedepan.

"Memangnya kenapa pak?" Tanya Rio menelisik.

"Dia hanya hidup berdua bersama puteranya. Keluarganya yang terpandang malu karena dia hamil di luar nikah, sementara dia sendiri tidak ingin menggugurkan kandungannya."

"Hhh, kasihan sekali. Dia memutuskan untuk mencari hidup sendiri." Kata Robby

"Lalu laki laki yang menghamilinya?" tanya Rio ingin tahu.

"Laki laki itu melanjutkan kuliahnya di Australia katanya. Dia sengaja tidak ingin merusak hidup pacarnya dan hanya ingin menebus kesalahan dengan usahanya sendiri. Tidak ingin merepotkan orang lain, katanya." Jelas Robby sambil mengamati jalanan.

Tiba tiba Rio mengerem mendadak dan mengakibatkan tabrakan beruntun dari belakang. Dua mobil yang ada di belakangnya tidak dapat menghindar dan langsung menghantam mobil yang dia kendarai. Beruntung air bag langsung mengembang sempurna. Mobil yang mereka kendarai terdorong hingga menabrak truck yang sedang parkir di pinggir jalan.