Chereads / Cinta ini tumbuh demi kalian. / Chapter 34 - 34.Tidak bisa tidur (18+)

Chapter 34 - 34.Tidak bisa tidur (18+)

Ini merupakan kali pertama untuk Lita dan Robby untuk mencoba awal yang baru. Mereka mencoba untuk tidur di satu ranjang. Tatapan aneh sekali Lita layangkan kepada suaminya. Seperti ragu, takut atau rasa ingin lari. Lita sendiri masih ingat betul bagaimana malam pertama mereka berlalu saat itu. Tapi Lita juga sadar akan kewajibannya sebagai seorang istri.

Kejadian saat Pandu mencuri ciuman darinya semakin membuatnya memberanikan diri untuk lebih dekat dengan Robby.

"Ini obatnya, mas minum ya." Kata Lita sambil menyiapkan obat untuk Robby.

"Sakit mas?" Tanya Lita yang memperhatikan luka yang ada di kening suaminya.

"Sakitlah. Kakiku juga sepertinya terkilir." Ucap Robby sambil menggerakkan kakinya.

Lita kemudian membuka selimut dan melihat kaki Robby dengan teliti.

"Apa mau aku pijit?" Kata Lita menawarkan pijatan.

"Tidak, tidak. Tidak usah! Sepertinya akan ada penyiksaan lagi." Jawab Robby menolak pijitan Lita dan memakai selimutnya lagi.

"Hahahaha, tidak mas. Aku tidak akan menyiksa suamiku sendiri. Bagaimana aku bisa menyiksanya sedang kehilangan dia saja aku tak mau." Ujar Lita sambil mencibirkan bibirnya.

"Aku bukan pendendam. Meski dulu awal kita bertemu bukan dengan cara yang indah." Kata Lita mengingat masa lalu.

"Sini, peluk mas saja. mas minta maaf untuk semua kesalahan mas yang dulu ya!"

"Dan jangan di bahas lagi, Mas malu ta mendengarnya." Kata Robby jujur.

Lita mengangguk perlahan sambil mendekat ke samping Robby.

"Sini, peluk mas! Kita tidur." Mereka saling merebah dan berbaring.

Tangan Robby tidak henti hentinya mengusap lembut pinggang Lita yang menempel di sebelahnya.

"Aku tidak pernah menyangka akan bertemu denganmu dengan cara yang aneh seperti itu. Semuanya diluar prediksi dan rencanaku. Semuanya terjadi dalam sekejap." Kata Robby.

"Sama, aku juga tidak pernah menduga akan bertemu dan bisa menjadi istrimu seperti ini." Sahut Lita yang dengan tenangnya mengusap usap pipi Robby.

"Siapa kamu, apa pekerjaanmu, alamatmu, dan semuanya. Belum pernah sedikitpun masuk kedalam angan angan ku."

"Hanya aku selalu berdoa dan meminta untuk yang maha kuasa memberiku kepercayaan untuk membantu anak anak yatim." Kata Lita jujur.

Robby langsung terdiam dan menghentikan gerakan tangannya.

"Maksudnya? Tanya Robby.

"Dulu, aku yatim. Dan hanya hidup dari belas kasihan keluarga paman Joko. Di setiap doaku, aku selalu meminta jika suatu saat nanti aku akan bisa sering membantu anak anak yatim." kata Lita dengan wajah bahagia.

"Iya, paman Joko. Kapan kamu akan mengunjungi keluarga paman Joko? malam ini tadi kita tidak hadir di acara 7 harian ibu. Kamu kenapa tidak pergi ke acara itu?" Tanya Robby peduli dan tiba tiba teringat kepada paman Joko.

"Aku masih lemas sebenarnya mas." Bohong Lita.

*Aku tidak bisa memberitahu mu mas. Alasan sebenarnya mengapa aku tidak pergi ke rumah paman Joko lagi. Aku tidak mau ketemu pandu lagi. Aku banyak memiliki hutang Budi dengan keluarganya. Tapi aku tidak menyangka jika dia akan memiliki rasa suka kepadaku. Di sisi lain aku juga tidak ingin paman dan bibi tau masalah ini. Cukup aku yang tau biar semuanya tetap tenang.* Pikir Lita sambil tersenyum kepada Robby.

"Tidak apa apa. Masih ada lain kali kan? Sebenarnya aku tidak suka kamu dekat dekat dengan pandu." Kata Robby berterus-terang sambil menatap Lita lekat.

Deg...!

Lita terdiam dan mematung sesaat. Wajahnya terlihat gugup dan bingung dengan tatapan yang berlarian.

"Kenapa?"

Tanya Lita yang di iringi dengan kecupan dibibir suaminya.

*Aku akan sering mencium bibirmu di dalam perbincangan kita. Ini untuk menebus hakmu yang hilang di curi laki laki lain.* Batin Lita sambil mencium lembut bibir Robby.

*Aneh, semenjak masuk ke kamar ini sudah berapa kali dia menciumi ku? Apa dia memang benar benar bersikap seperti ini kepada orang yang di sayangnya?* Batin Robby sambil menerima ciuman Lita.

"Sepertinya di dalam matanya ada rasa yang tersimpan untukmu." Kata Robby menebak secara asal.

"Ah, mas jangan berfikir yang bukan bukan. Aku hanya menganggapnya sebagai adik laki lakiku." Kata Lita yakin.

"Tapi dia tidak menaggapmu sebagai kakak perempuannya." Potong Robby saat Lita berbicara.

"Muach!" Kecup Lita dibibir suaminya.

"Kenapa cium lagi?" Tanya Robby heran.

"Kenapa, tidak mau?" kata Lita sambil menatap tajam mata suaminya.

"Mau, tapi yang sedikit lebih lama. Seperti ini." Kata Robby yang di ikuti dengan pagutan lembut diantara mereka.

benar benar lama, lidah Robby berkelana mengabsen setiap Senti rongga mulut istrinya. Keduanya saling menikmati ciuman mesra itu. Robby tak henti hentinya melumat bibir Lita dengan rakusnya. Dan tangannya mulai berkelana meraba setiap jengkal tubuh Lita. Baju Lita kini sudah terlepas begitu saja karena ulah Robby. Untuk sesaat Robby melupakan rasa sakitnya.

Lita yang membalas perlakuan manis suaminya itu dengan gairah yang sama. Tubuh Lita hanya diam saja tanpa membalas. Lita masih ingat jika badan suaminya masih sakit setelah kecelakaan tadi. Tetapi Robby cendrung lupa. Hingga tanpa sadar tangan Lita menyenggol luka di kening Robby. Yang mengakibatkan berhentinya pergelutan mesra itu.

"Auh ...!" Seru Robby spontan karena Lita menyenggol keningnya yang masih berbalut perban.

"Maaf mas, maaf." Kata Lita dengan panik sambil menatap netra milik suaminya dan tangannya membelai lembut rambut Robby.

"Kita lanjut kalau mas sudah sembuh saja ya. Sekarang kita tidur." Ajak Lita sambil menutup tubuhnya yang kini sudah bertelanjang dada dengan selimut.

"Argghhh.....!" Seru Robby yang kesal dan marah dengan keadannya sendiri.

"Muach, cup, cup, cup, cup!" Suara Lita mencium seluruh wajah dan bibir suaminya.

"Sudah, jangan marah marah. Nanti sembuhnya lama." Kata Lita menenangkan suaminya.

Lita meraih bajunya yang terlepas tadi dan hendak memakainya.

"Jangan di pakai, Biar saja seperti itu sampai pagi. Aku mau itu." Kata Robby sambil menunjuk dada Lita.

"Oke!" Balas Lita dengan gerak bibir tanpa suara.

Senyum bahagia menyeruak dari bibir Robby. Matanya sampai berbinar. Lita kembali merebah dan Robby segera membenamkan kepalanya ke dada istrinya tanpa berbataskan apapun. Robby sungguh tersiksa, berjam-jam dia mencoba mengontrol adik kecil yang berada di sela sela pahanya. Tapi sia sia saja, tetap mengeras dan berotot. Mberontak menuntut hak yang wajib di penuhi. Sedang tubuh Robby benar benar belum bisa memenuhinya.

*Ini, kenapa otak, tubuh dan dedek ku ga sejalan sih. Please dong,ngertiin keadaanku. kenapa kalian semua berontak?* Batin Robby kesal.

Lita yang memahami keadaan suaminya hanya tersenyum manis sambil terus mendekap dan mengusap lembut tengkuk Robby.

*Aku tidak akan selamat malam ini. Semuanya kacau!!!! Sial!* Keluh Robby dalam hati.