Chereads / Cinta ini tumbuh demi kalian. / Chapter 38 - 38. Syuting hari 1

Chapter 38 - 38. Syuting hari 1

"Ayo, itu semua di bawa ke atas kita atur semua set kamera. Ayo cepat cepat! time is money!" Teriak pak Eko seorang produser reality show dengan nada menggebu gebu.

Ting tung....!

Berkali kali bell pintu di tekan tapi si penghuni rumah tak kunjung datang.

"Dimas, Kamu ini bagaimana sih. Sudah kamu kontek belum pemain kita ini?" Seru pak Eko dengan nada jengkel.

"sudah pak. sudah, tapi malah sekarang kedua nomor mereka tidak aktif." kata Dimas dengan gugup.

Dimas sibuk mengetuk ngetuk pintu dan memencet mencet bel. Tangan satunya sibuk memencet dan mencoba menghubungi nomor Lita dan Robby.

Ting tung...., Ting tung.....!

Berkali kali bel ditekan. Semua kru sudah membawa peralatan masing masing. Sebagian dari mereka hingga merasa lelah dan duduk bersila di lantai lorong.

"Ta, bangun ta. Kamu denger suara ribut ribut tidak?" Tanya Robby sambil menggoyangkan tubuh Lita.

"Hemmm?" Jawab Lita malas.

"Itukan di suara dari pintu unitnya bang Leo mas, Sudah kita tidur lagi. Ini masih gelap." Kata Lita sambil menepuk nepuk lembut lengan kiri Robby.

"Yakin, kamu tidak melupakan sesuatu Ta?" Ucap Robby dengan wajah tidak yakin.

"Tidak, mas. Hanya saja dari suara mereka itu ada yang sama seperti dalam mimpiku semalam." Kata Lita dengan malasnya.

"Memang kamu mimpi apa Ta?"

"Mimpi, kalau Dimas akan memulai syuting besok." Jawab Lita masih belum mengingat sesuatu.

"Itu bukan mimpi Lita, kita memang ada agenda syuting pagi ini. Lihat ini, Rio sudah mengirim pemberitahuan kepadaku sebanyak 17 kali pagi ini." Kata Robby sambil membuka pesan edan di ponselnya.

"Apa?!" Seru Lita seraya terbangun dan mengaktifkan ponselnya.

"Ini semua gara gara teman temanmu itu. Aku sampai begadang dan, Astagfirullah! Mas! Aku ketiduran dan tidak sholat subuh." Teriak Lita yang kemudian berlari dan mengambil wudhu lalu melakukan ibadah sholat subuh yang di qodho.

Robby terbangun sambil berjalan sedikit pincang. Kakinya masih sedikit nyeri dan bengkak. Robby membuka pintu dan melihat banyak orang di balik pintu.

"Ada apa ini?" Tanya Robby yang bingung kenapa para kru malah mengetuk pintu unit Leo.

"Eh, pak. Kita kan sudah deal membicarakan acara hari ini."Kata Dimas menjelaskan pembicaraan mereka semalam.

"Iya, tapi kamu salah rumah. Itu unit 101. Punyaku 110. Ayo sini masuk." Ajak Robby kepada Dimas dan pak Eko.

"Mari pak Eko, silahkan masuk." Ajak Robby dengan ramah.

"Dasar kamu Dimas, ga becus kerja. Bikin malu saja!" Seru pak Eko dengan melempar tatapan lasernya.

"Selamat pagi, oh kalian semua sudah datang. Maaf agak kesiangan, semalam kami begadang." Kata Lita sambil menyambut tamu mereka.

Semalam~~~

"Skak!" Seru Rian girang.

"Skak max! Pijit!" Seru Robby dengan riang sambil menyodorkan kakinya 7ntuk di pijit Rian.

"Main lawan aku sekarang by." Kata Devan menantang Robby.

"Oh, oke gampang kamu itu. Malahan aja!" Sombong Robby dengan yakinnya.

"Dok, itu tidak apa apa kaki suami saya di pijit asal asalan seperti itu?" Tanya Lita kepada dokter Erza yang sedang melakukan teraphy sinar infra merah di kaki Robby.

"Anda, bisa melihat gerak tangannya. Tidak terlalu kuat menekan. Sebenarnya juga cideranya tidak terlalu parah. Hanya saja otot nya mengalami shock. Tapi sekarang sudah jauh lebih baik." Terang dokter Erza kepada Lita.

Lita kini bisa bernafas lega setelah mendengar penjelasan dokter Erza. Robby memperhatikan perbincangan Lita dan dokter Erza dengan lirikannya.

"Ehem! Ta, tolong potongkan apel itu untukku." Pinta Robby tiba tiba.

*Manjanya, minta ampun. Aku jadi curiga dengan kakinya, masa iya jika kemarin dia mengeluh sebegitu rewelnya dan hari ini sudah banyak kemajuan malah sudah hampir sembuh. Juga kata dokter kakinya tidak begitu parah. Atau jangan jangan dia hanya mempermainkan ku?* Pikir Lita yang sambil berjalan mengambilkan apel.

"Sudah, by. Terapinya sudah, ini tidak terlalu parah sih. Tapi kenapa kamu?" Kata dokter Erza terpotong.

"Ehem, dok. Taulah ya, namanya pengantin baru ada manja manjanya gitu." Kata Rian sambil merangkul pundak dokter Erza dan mengantarnya keluar.

Lita kembali dengan sepiring apel yang sudah di potong. Matanya mengamati dengan teliti mencari keberadaan dokter Erza.

"Kemana dokter Erza?" Tanya Lita sambil meletakkan sepiring potongan apel di meja.

"Sudah pulang" Jawab Robby santai sambil terus bermain catur dengan Devan.

Devan menahan tawa di wajahnya karena melihat kepolosan Lita.

"Oh, memang sudah selesai?" Tanya Lita.

"Sudah." Jawab Robby sembari melahap apel.

"Ya sudah, aku akan kembali ke dapur sebentar." Ucap Lita berpamitan.

"Hati hati ya sayang." kata Robby sambil menatap Lita dengan manis.

"By, istrimu cuma mau pergi kedapur. Bukan pergi hijrah ke Palestina. Hati hati," Kata Devan sambil menggeleng tak percaya dengan ucapan Robby.

"Iya, lebay!" Sahut Rian yang sudah kembali dari tugasnya mengantar dokter Erza.

Lita berjalan kedapur, berselang beberapa saat. Terdengar suara benda jatuh dan di iringi teriakan dari Lita. Seketika Robby yang panik lantas berlari ke dapur untuk melihat apa yang sedang terjadi di ikuti oleh Rian dan Devan yang tak kalah cepat.

"Auh...!" Teriak Lita.

Spontan Robby berlari tanpa gangguan rasa sakit.

"Ada apa? ada apa?" Seru Robby panik.

"Kamu kenapa?" Ucap Robby khawatir.

"Aku tidak apa apa mas, Hanya tertusuk duri kecil dan tidak sengaja menyenggol mangkuk stainless itu."

"Eh, mas sudah baikan? Larinya cepet banget." Ucap Lita sambil melihat kaki Robby.

"Auh...., Auh.....! Sakit." Ujar Robby sambil memegang kakinya.

"Beneran? Yang kanan atau yang kiri?" Tanya Lita.

"Kanan, eh kiri kiri." Jawab Robby gugup.

*Hem, nahkan ketahuan bohongnya* Batin Lita sambil menahan tawa.

"Mas, kalau sembuh ya bilang saja sudah sembuh. Kalau mau di layanin, ya bilang saja mau di layanin. Tidak harus membuat cerita fiksi kan?" Bisik Lita sambil menggandeng tangan Robby.

Robby tersenyum kecut kepada Lita. Tita hanya menggelengkan kepala karena tidak habis pikir dengan sikap manja suaminya.

"Perhatian perhatian disini masih ada orang!" Seru Rian yang kini sudah kembali duduk di sofa.

"Eh, ini sudah malam. Kalian tidak bosan dari tadi main disini?" kata Robby.

"Kenapa? kamu tidak suka kita disini? Oh jadi begini, setelah menemukan inang yang baru, kita di buang begitu saja?" Sahut Devan kesal.

"Iya, maksud kamu mau mengusir kita kan?"Tandas Rian.

"Kita kesini jujur, sebenarnya mau mengajukan proposal pencarian calon istri. Ya yang simpel saja. Yang seperti kakak ipar kita Lita ini." Kata Devan menjelaskan maksud kedatangannya.

"Jadi untuk itu? tidak untuk membesuk aku?" Tanya Robby.

"Hem, hehehe sekalian juga sih." Jawab Rian sambil menyeringai.