sudah seharian ini Rio Hanya duduk di lobi hotel. Dirinya menanti kedatangan seorang wanita yang menjanjikan akan datang untuk suatu urusan pekerjaan. terlihat begitu besar kecemasan di wajah Rio.
entah berapa gaya yang dilakukan untuk mengatasi kebosanan nya selama menunggu. berulangkali dirinya memainkan ponsel meskipun tidak ada satupun notifikasi yang mengarah padanya. dari pagi hingga makan siang pun ia masih duduk di lobi hotel dengan sengaja menunggu kedatangan Dewi.
lelah menunggu akhirnya Rio memutuskan untuk tidur di kamar hotelnya. Rio berpesan kepada resepsionis hotel jika ada wanita yang bernama Dewi datang harap segera ditujukan ke dalam kamar pesanannya.
hari sudah menjelang sore belum juga terdengar kabar ataupun pesan dari Dewi yang masuk. Riau menjadi stress dan bingung kan apa yang harus dilakukan sementara jantungnya terus berdebar tak menentu mengingat kembali kilasan masa lalu.
sementara di sisi lain Dewi sedang panik karena anaknya mengalami demam. Dewi membatalkan janji temu nya dengan Rio sebenarnya Dewi sama sekali tidak tahu jika pelanggan bejatnya kali ini adalah Rio. yang Dewi tahu pelanggannya kali ini adalah orang yang sama yang dia pijat waktu itu yaitu Robby.
tok tok tok terdengar suara ketukan pintu.
Rio dengan antusias segera berlari dan membukanya. Rio sudah berusaha memejamkan mata meski sudah berulang kali mencoba. namun fikirannya masih melayang memikirkan keadaan Dewi saat ini.
"permisi Pak, kami dari pihak hotel memberitahu jika tukang pijit yang Bapak pesan tidak bisa datang hari ini." kata petugas hotel yang menyampaikan pesan yang masuk kepada Rio.
"kenapa, kenapa dia tidak bisa hadir hari ini?"tanya Rio dengan penasaran.
"ada keperluan keluarga katanya putranya sedang demam saat ini" jawab petugas hotel itu.
"boleh aku minta alamat tukang pijat itu? aku ada sedikit urusan dengannya." kata Rio yang berbohong dan mencari alasan untuk mengetahui alamat rumah Dewi.
"oh tentu saja bisa pak. nanti akan saya mintakan kepada OB. kebetulan salah satu OB kami adalah teman si tukang pijat itu." jawab petugas hotel dengan senang hati.
"oh baiklah saya akan menunggu di kamar segera antarkan alamatnya itu ke kamar ini ya!" kata Robby dengan memasang senyum simpul di sudut bibirnya.
"iya pak segera akan kami antarkan ke kamar ini" jawab petugas hotel sambil berpamitan untuk pergi.
tak berselang lama si petugas hotel itu pun datang kembali. dengan secarik kertas kecil berwarna kuning yang dipegangnya. terserah alamat yang tertulis di sana. Rio segera bergegas keluar kamar dan mulai mencari alamat yang tertulis itu.
entah karena apa Rio sangat yakin jika kesengsaraan Dewi saat ini tidak lepas dari masa lalunya. semua yang terjadi pada Dewi saat ini juga merupakan salah satu dari kesalahannya.
Rio sangat ingat betul jika Dewi adalah gadis lugu yang baik dari keluarga kaya. semasa sekolah tak jarang Dewi sering memberikan uang untuk membayar biaya sekolah Rio. Rio memang tergolong anak yang pintar dan berprestasi sehingga dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya ke luar negeri.
sementara Dewi sudah hilang kabar tak pernah terdengar lagi kabarnya semenjak kelulusan itu terjadi.masih sangat segar dipikiran Rio bagaimana mereka melewati malam perpisahan bersama. sedikit kenikmatan bodoh yang mereka lakukan bersama ini berimbas kepada sesosok tubuh kecil yang tak berdosa.
Rio sangat merindukan Dewi bagaimana tidak, banyak kisah manis dan memori indah mereka bersama, janji untuk saling setia, dan akan bertemu kembali saat nanti mereka dewasa Tak pernah sedikitpun Rio lupakan. entah mengapa hati Rio terasa sakit dan sesak. air matanya jatuh berderai tanpa aba-aba.
Rio merasakan ketidaknyamanan tapi dia sendiri tidak tahu akan apa yang sebenarnya dia rasakan.
1 jam perjalanan dari hotel, dan kini Rio berhenti tepat di ujung gang kecil di mana mobilnya sudah tidak bisa masuk lagi. Rio mengucek matanya berkali-kali mencoba meyakinkan diri. terlihat sosok wanita yang mengikat rambutnya asal-asalan berdiri dibawah pohon sambil membereskan mainan.
Rio sama sekali tidak lupa dengan perawakan itu meski sekarang sudah tidak terurus seperti dulu lagi. Iya wanita itu adalah Dewi tempat di salah satu pintu kos-kosan, Rio masih mematung di dalam mobilnya tubuhnya kaku nafasnya sesak dan air mata itu terus menetes di ujung matanya.
beberapa saat kemudian Rio berhasil menenangkan dirinya sendiri. kali ini dirinya sangat yakin untuk menanyakan suatu pertanyaan besar yang sudah lama berada di dalam benaknya.
sore itu langit mendung gelap angin cukup kencang Rio berjalan menyusuri gang itu tanpa sepengetahuan Dewi.
"Dewi!" ucap Rio memanggil Dewi dengan lembut.
"Ya" jawab Dewi sambil memutar balik badannya menghadap Rio.
"Rio Dari mana kamu tahu alamat tempat tinggalku?" tanya Dewi seketika ketika melihat Rio.
wajah Dewi sangat gugup terlihat sekali kepanikan di wajahnya. senyum simpul pun tak mampu lagi dia keluarkan.
"Dew, tidak penting aku mendapatkan alamat tempat tinggalmu ini dari mana. yang terpenting adalah kita bicara sekarang!"kata Rio dengan tegas.
"apa lagi yang ingin kau bicarakan Rio? Kau tidak lihat aku sekarang sudah berkeluarga, tidak sepantasnya kita seperti ini." jawab Dewi sambil mulai melangkahkan kakinya untuk meninggalkan Rio.
"Dewi aku tidak main-main. aku sangat serius Aku ingin bicara kepadamu." kata Rio yang mulai muncul kepanikan dalam nada suaranya.
"apalagi Rio? apalagi? semuanya sudah berakhir sekarang." jawab Dewi yang terdengar sangat putus asa.
"aku tahu kau sekarang sudah memiliki anak tapi aku juga wajib tahu laki-laki seperti apa yang menjadi suamimu." ucap Rio dengan nada tinggi.
"pulanglah Rio! sebentar lagi suamiku akan pulang dia akan sangat marah jika melihatku menerima tamu laki-laki ketika dia pergi." jawab Dewi dengan berseru membalas perkataan Rio.
"baguslah jika memang dia akan segera pulang aku akan menunggunya." ketus Rio yang kini mulai duduk di bawah pohon.
"pulanglah Rio! aku tidak bisa menyuruhmu masuk ke dalam rumahku yang kumuh ini. kita sangat berbeda jauh sekarang!" seru Dewi dengan suara yang bergetar diiringi air mata yang mulai menetes.
"aku tidak peduli Dewi Aku hanya ingin bertemu dengan suamimu jika memang kau sudah bersuami." jawab Rio yang teguh dengan pendiriannya.
Dewi meninggalkan Rio begitu saja, dan sekarang Rio masih berdiri dibawah pohon langit semakin gelap diiringi angin yang semakin kencang. hujan deras mulai turun diiringi dengan petir dan gemuruh atap yang terbuat dari seng yang bergetar. Rio yang kini berdiri di teras tepat di samping pintu dari kamar kos Dewi, sepatunya yang mengkilap kini mulai basah kuyup hingga ke celananya terciprat oleh air hujan yang semakin deras.
sementara di dalam kamar kos yang kecil itu. Dewi menangis harus sambil memeluk putranya, bibirnya bergetar dan tak mampu lagi berkata-kata. tangan lembutnya membelai lembut wajah anak kecil itu hidungnya, matanya alis dan bibirnya nya semuanya sangat mirip dengan Rio.
Dewi melihat dari jendela, dia mengamati keadaan sekeliling tidak terlihat lagi Rio di sana. Dewi akhirnya membuka pintu untuk memastikannya. tetapi alangkah terkejutnya dia ketika berbalik badan Rio sudah berdiri tepat di depan pintu kamar kosnya.
"kenapa kamu mencariku?" kata Rio.
"tidak aku hanya melihat jika mungkin saja suamiku sudah pulang." jawab Dewi yang mulai berbohong.
lewatlah sesosok ibu-ibu dengan membawa sebuah payung terlihat ibu itu akan memasuki kamar kost yang berada tepat di samping kamar kos Dewi. tidak kekurangan akal Rio langsung bertanya kepada ibu itu.
"permisi Bu suami dari ibu Dewi ini pulangnya jam berapa ya saya ada sedikit urusan dengan beliau." kata Rio yang bertanya kepada ibu itu.
"Suami? Kapan kamu menikah lagi Dewi?" jawab ibu itu yang malah balik bertanya dengan tatapan aneh di matanya.
Rio terkekeh dan tersenyum simpul sambil menatap Dewi dengan tatapan tajamnya.
"sudah aku duga kamu pasti berbohong!" ujar Rio yang tiba-tiba duduk di depan pintu.
"memang apa urusanmu jika aku bohong sekalipun" ketus Dewi dengan wajah sinis nya.
"kita akan menjadi urusanku karena anak kecil yang ada di dalam itu juga anakku kan?" kata Rio dengan sangat yakin sambil melirik bocah kecil yang tertidur pulas di dalam kamar kos-kosan itu.
betapa terkejutnya Dewi mendengar ucapan Rio. bibirnya seperti membeku dan mengeras sulit untuk berbicara walaupun Hanya sepenggal kata. tubuhnya berdiri mematung tak bergeming sedikitpun. kini bertambah lagi diiringi dengan air mata yang mulai jatuh berderai.
"da... darimana kamu bisa sangat yakin akan hal itu?" Kanya Dewi yang terdengar sangat gugup dengan suara yang terbata-bata.
"tadinya aku tidak sangat begitu yakin. tetapi setelah melihat wajahnya, melihat rambutnya, aku sangat yakin jika dia adalah putra ku." kata Rio sambil terus menatap wajah anak kecil itu.
Dewi mulai melangkah masuk dan duduk di dalam kamar kos itu tangannya meraih ujung lengan kemeja Rio dan mengajaknya untuk masuk juga.
Dewi memang belum mengungkapkan kejujuran apapun. tetapi, ketika netral mereka saling bertemu seperti mereka berbicara dengan batin mereka masing-masing. yang menyebutkan jika memang iya yang terjadi adalah karena kesalahan mereka di masa lalu.
"ceritakan padaku semuanya Dewi Aku ingin kejujuranmu!" kata Rio dengan suara yang bergetar dan mulai serak serta parau.