Pulang kantor, Revan menjemput Laura ke rumahnya.
Mereka telah sepakat untuk menemui orang tua Revan, malam hari kedua orang tua Revan pasti akan berada di rumah dan saat itu mereka akan berbicara tentang keseriusan hubungan mereka.
Revan tak ingin lagi hubungannya dengan Laura mendapat masalah seperti halnya yang pernah terjadi, dengan alasan itu Revan ingin agar segera memiliki Laura seutuhnya.
"kamu siap"
Laura mengangkat kedua bahunya, Laura mungkin sudah tahu apa yang akan terjadi nanti.
"jangan takut ya, semua pasti akan baik-baik saja, percaya sama aku"
Revan meraih tangan Laura da menggenggamnya, Laura tersenyum dan mengusap lembut tangan Revan.
Keduanya terdiam, Revan harus fokus dengan menyetirnya da Laura juga fokus dengan mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi dirumah Revan nanti.
---
Sampai di rumah, Revan melihat mobil Keysha terparkir dihalamannya.
Revan tak peduli dan mengajak Laura untuk masuk, Laura bisa tenang jika didalam hanya ada Riska tapi jika didalam juga ada Angga, makan Laura tidak akan bisa untuk tenang.
"mah, Revan pulang"
Riska dan Keysha tersenyum dan melirik Revan bersamaan, Keysha mengernyit melihat Laura yang berjalan bergandengan dengan Revan.
"Laura"
Sambut Riska ramah dan menghampiri Laura, Laura tersenyum dan menyalami Riska dengan sopan.
"sudah lama sekali kamu tidak datang kesini"
Laura mengangguk dan melirik Revan.
"Keysha disini mah"
"iya dia baru saja datang, ayo duduk"
Riska membawa Laura duduk bersamanya dan Keysha, Keysha tampak malas dengan keberadaan Laura.
"kamu disini juga Key"
"iya, baru datang kok, kalian ?"
"tadi dari kantor aku jemput Laura, aku mengajaknya kesini untuk bertemu mamah sama papah"
Keysha mengangguk, sepertinya kedatangannya saat ini bukanlah diwaktu yang tepat.
"ada apa ketemu papah Revan"
"nanti saja mah bicaranya kalau papah sudah pulang, Revan mau mandi dulu titip Laura ya"
Revan nyengir dan barlalu meninggalkan semuanya, ucapan Revan membuat Laura kesal dan juga membuat Riska tersenyum.
"Laura mau minum apa, tante bawakan ya"
Laura menahan Riska dan menggeleng untuk menolaknya, Riska tersenyum dan terdiam menatap Laura.
"kamu kenapa, sakit, kalau sakit kenapa mau diajak kesini"
Laura tak menjawab dan langsung memeluk Riska, Laura tak ingin berbincang untuk saat ini, Laura hanya ingin memeluk Riska.
Sekian lama Laura tak bertemu dengan Riska cukup membuat Laura merindukan Riska.
Keysha mendelik kesal melihat tingkah Laura, bagi Keysha itu adalah sebuah rayuan agar Riska mau memaafkan kesalahannya.
---
Angga baru keluar dari ruangannya, hari ini Angga telah menyelesaikan beberapa jadwal meetingnya.
Angga bergegas untuk pulang karena hari juga sudah mulai gelap.
"pak Angga"
Sapa salah satu karyawannya yang masih berada di kantor.
"belum pulang"
"saya lembur pak, ada pekerjaan yang harus selesai besok pagi"
"kenapa gak dibawa pulang"
"laptop di rumah sedang bermasalah jadi saya harus mengerjakan pekerjaannya di kantor"
"baiklah, hati-hati jangan terlalu malam juga, Revan pasti mengerti jika hanya sedikit keterlambatan"
"baik pak"
Angga mengangguk dan berlalu meninggalkan karyawannya, Angga memasuki mobil yang telah menunggunya.
"langsung pulang pak"
"iya, pulang saja"
Mobil pun melaju, Angga menikmati perjalanannya dengan tenang meski sebenarnya fikiran Angga terarah pada Ervan yang masih belum kembali dari Makassar dan juga memikirkan tentang beberapa masalah yang terjadi akibat Ervan.
Angga tersadar dari lamunannya saat ponselnya berdering, tertulis nama Gilang dilayarnya.
"hallo, iya Gilang"
"bagaimana pak perkembangannya"
"saya belum bisa menghubungi Ervan disana jadi saya belum bisa memberikan keputusan untuk semuanya"
"baiklah, saya akan terus tunggu perkembangannya"
"baik Gilang"
Angga mungusap wajahnya, betapa kesal Angga terhadap Ervan saat ini.
Ervan selalu saja membuat masalah yang membuat kepalanya pusing.
---
"tante, Keysha pulang saja ya, kapan-kapan Keysha mampir lagi kesini"
"kenapa buru-buru"
"gak apa-apa tante, lagian mungkin Revan ada urusan yang penting dengan om dan tante"
"baiklah, hati-hati dijalan"
Keysha mengangguk dan berlalu dari Riskan dan Laura.
"Revan mana ya, kok lama"
Laura menggeleng dan tersenyum, Riska ikut tersenyum saat menatap Laura.
Riska dan Laura berbalik saat mendengar suara Angga, rupanya Angga sudah sampai di rumah.
Laura tersenyum pada Angga saat sadar Angga menatapnya, Laura langsung merasakan ketegangan yang luar biasa saat menyadari tatapan Angga.
"untuk apa dia disini"
Tanya Angga dingin, sampai detik ini Angga masih menolak hubungan Revan dan Laura, kekurangan Laura menjadi alasan untama larangan Angga.
"Revan yang ajak Laura kesini pah"
Sahut Revan yang baru kembali dari bersih-bersihnya, Laura berbalik melirik Revan dengan begitu setidaknya Laura bisa sedikit bernafas karena Revan ada bersamanya untuk menghadapi Angga.
"Revan yang ajak Laura kesini pah, untuk bertemu sama papah juga mamah"
"apa gunanya, papah cape gak ada waktu"
"papah"
Riska membawa tas kerja ditangan Angga, dan membawa Angga untuk duduk supaya bisa lebih tenang.
Revan meminta Laura untuk kembali duduk dan tetap tenang.
"Revan bawa Laura kesini agar bisa melihat, kalau Revan serius sama dia"
Riska mengernyit, apa suaminya akan bisa sabar dengan semua ungkapan Revan tentang Laura.
"Revan biar lebih tenang, mending papah mandi dulu ya"
"ya udah mah, asal papah janji akan balik lagi kesini"
"gak perlu, bicara saja sekarang, papah sibuk"
Riska menutup matanya sesaat, begitu juga dengan Laura tak ada lagi celah ketenangan untuknya.
"Revan mau bilang sama kalian kalau Revan mau serius sama Laura dan Revan mau hubungan kita berdua bisa jauh lebih serius dari ini"
"omong kosong apa itu"
"ini bukan omong kosong pah, Revan serius dengan ucapan Revan"
"tapi bagaimana bisa....
"bisa pah, apa yang gak bisa semua bisa gak ada yang gak bisa"
Revan memotong kalimat Angga yang sangat Revan tahu jika itu adalah penolakan.
Angga menggeleng dan tersenyum malas dengan Revan dan Laura, Riska mengusap tangan Angga meminta agar tetap tenang.
"dia akan bisa apa jadi pasangan kamu, dia hanya akan membuat keluarga kita malu kamu tahu itu"
Laura merasa tersentak dengan ucapan Angga, Laura terluka dengan kalimat Angga tapi mau bagaimana lagi keadaan tidak memungkinkan Laura untuk menjawab semuanya.
"kenapa harus malu, Revan gak malu dan harusnya papah juga gak usah malu karena Laura tidak memalukan dan tidak akan memalukan keluarga ini"
"kamu ini....
"sekarang Revan memulai semuanya pah, dan sampai papah merestui hubungan ini, Revan akan tetap meminta itu dari papah, Revan gak akan menyerah karena Revan sangat ingin bersama Laura selama hidup Revan"
Angga mendelik dan melirik Riska yang tampak tegang dengan keadaan.
"urus anak mu itu, keras kepala"
Angga berlalu meninggalkan semuanya tanpa berkata apa pun dan tanpa melirik Revan dan Laura.