Tasha's Pov
Semoga saja Reyna tidak lupa membawa buku PR fisika ku itu. Kalau tidak, bisa mati aku dimarahin sama bu Putri. Jujur, aku lebih memilih mati daripada dimarahin sama guru killer itu.
Ugh! Pagi-pagi begini udah rame aja, memang sih di kelasku, kelas 12-I adalah sarangnya cogan dan cecan. Jadi, jangan heran kalau kelas ini selalu ramai dengan adik kelas atau anak-anak dari kelas lain.
"Ih gila ganteng banget!"
"Wahhhh… Boyfriend material bangettt!"
"Eh… Eh… Dia ngeliat ke gue dong!! Yaampunn jadi nge-fly kan gue."
Gila, sih. Pagi-pagi udah pada fangirling aja, kayak gak ada kerjaan aja pagi-pagi bukannya belajar or apa kek gitu. Ini malah ngeliatin muka orang sambil ngabis-ngabisin suara juga. Miris.
Tapi, kok… Wait, kok Reyna disana sih?! Astaga anak itu bukannya nyamperin aku dulu kek, say 'Hi' kek apa kek. Jangan salah, walaupun aku ini orangnya terkesan dingin tapi please, orang yang dingin juga punya perasaan.
"Pagi-pagi udah fangirling-an aja," ujarku.
"Hehe, iya nih. Lu gak tau ya kalau ada…"
"Bodo. Gak peduli. Mana buku PR gue? Sini," Ucapku, sungguh aku memang gak peduli sama sekali, lagian muka lokal aja bisa seheboh ini apalagi liat muka yang blasteran atau yang non-lokal. Bisa-bisa pada pingsan di tempat.
"Iiihhh. Dengerin gue dulu. Kebiasaan lu mah suka motong pembicaraan orang lain," gerutu Reyna, aku hanya bisa memutar bola mata ku dan menggelengkan kepala. "Masalahnya Reyna, sahabatku sayang. Gue gak mau tau, dan apapun itu yang mau lu kasih tau ke gue sekarang, gak akan ada faedahnya buat gue. Jadi lebih baik lu jawab pertanyaan gua, dan kasih tau buku PR gue dimana. Gue gak mau dimarahin sama bu Putri," jelasku.
"Ini ada di tas gue. Ayo masuk kelas dulu, pegel juga gue lama-lama diluar," Akhirnya kita pun masuk ke dalam kelas, biasanya aku akan menunggu diluar kelas sampai bel berbunyi. Malas aja di kelas, pagi-pagi suasana kelas udah sumpek mulai dari adik kelas yang fangirling-an lah, cowok-cowok yang ngerayu cewek-cewek disini. Dan masih banyak yang lain.
Untung saja Reyna membawa buku PR ku, dan dia memberitahuku tentang rumor 'anak baru' yang akan masuk ke sekolahku, sebenarnya aku tidak peduli mungkin itu yang membuat para kaum hawa berkumpul di kelasku pagi ini. Sistem tempat duduk di kelasku ini adalah sistem acak, tapi tetap saja harus cewek dan cowok. Dan 2 tahun berturut-turut, bahkan sampai sekarang pun aku masih duduk sendirian di bangku paling belakang, tapi sayangnya mungkin aku akan mendapatkan teman sebangku sekarang. Kebebasanku berakhir sampai sini, ingin rasanya aku menangis sekarang. Oke itu agak dramatis, lupakan.
Dan benar saja, aku melihat seorang laki-laki yang sedang menelungkupkan kepalanya dengan headset di kedua telinganya. Aku menghela nafas, tidak rela sebenarnya mendapat teman sebangku, tapi mau gimana lagi lagipula di kelasku sudah tidak ada lagi bangku yang kosong.
5 menit lagi bel akan berbunyi, jadi aku langsung ke bangku ku. Biasanya aku yang duduk di dekat jendela, tapi sekarang terisi dengan laki-laki itu, tidak mau menimbulkan masalah pagi-pagi begini. Jadi, aku duduk di bangku yang satunya lagi.
"Hai. Maaf udah ngambil tempat duduk kamu. Tadi aku cuman numpang tidur aja," Ujarnya sambil menunjukkan cengirannya, jujur demi apapun aku jantungan mendengar manusia satu ini berbicara. Dan… dia pakai aku-kamu? Oke, itu wajar mungkin saja dia dari kota lain, tidak terbiasa dengan lo-gue. "Halooo, kok bengong?" tanyanya, aku hanya bisa tersenyum kikuk dan menggelengkan kepala "Ehhh, iya gapapa kok. Santai aja," balasku, sumpah demi apa aku yakin itu canggung banget. Aku akhirnya kembali ke singgasanaku, dan cowok itu? Dia kembali tidur, dari wajahnya memang terlihat dia lelah, tapi aku tidak menyangka maksudku, yang ada di pikiranku dia adalah tipe-tipe cowok cool.
Tapi harus kuakui, tampangnya melebihi standar 'lumayan' ku. Wajahnya blasteran, pantas saja mereka rela berdesak-desakan hanya untuk melihat wajah orang ini.
TRIIINNGGGGG… TRIIINNGGGGGG….
Ugh! Itu bel apa gimana sih?! Buat orang jantungan aja. Jadi, selama 5 menit tadi aku ngeliatin dia. Astagaa, Tashaaa… What is going on with you?! pokoknya aku harus fokus, jangan sampai yang kayak gini keulang lagi. Kan malu kalo nanti tiba-tiba orangnya bangun terus ketahuan kalo aku ngeliatin mukanya, ntar dikira aku orang freak lagi.
Tapi, kenapa ya rasanya dia familiar banget. Terutama di bagian matanya, warnanya bikin aku inget sama seseorang. Tapi… siapa?
"Hai, anak muda! Saya tidak suka ada anak yang tidur di jam pelajaran saya, apalagi ini jam pertama." pagi-pagi udah emosi aja Bu Putri. Pantesan cepet tua, astaghfirullah. Eh, tapi kok dia ngeliat ke arah aku sih? Oh, wait… Lebih tepatnya kearah anak baru ini, lalu aku menyikutnya berharap dia bisa bangun. Dan berhasil, laki-laki ini bangun sambil mengusap matanya "Ini sekolah, bukan kamar tidur lo. Tuh guru di depan." ucapku. Tepat setelah dia mendengar ucapanku anak baru ini langsung menengok ke depan kelas dan melihat wajah Bu Putri yang sudah masam itu.
Lalu, dia menggaruk kepalanya yang aku yakin tidak gatal. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh kelas, ada yang menahan ketawanya setengah mati terutama para cowok, ada juga yang menatapnya dengan iba siapa lagi kalau bukan para kaum hawa.
"Kamu anak baru, ya? Wajahmu terlihat asing bagi saya. Baru hari pertama saja sudah membuat masalah."
"Maaf, bu. Saya tidak bermaksud."
"Hmm. Ya sudahlah, ini hari pertamamu jadi akan ibu maafkan. Lain kali jangan diulangi lagi. Bagaimana kalau kamu ke depan dan memperkenalkan dirimu kepada teman-teman." dia hanya mengangguk patuh dan beranjak dari kursinya menuju ke depan kelas. Harus aku akui dia sopan, biasanya anak-anak lain jika di posisi dia maka akan melengos dan tidak mendengarkan sama sekali.
"Perkenalkan, nama gue Raga Dirghantara, kalian bisa panggil gue Dirgha or Raga, umur gue 17 tahun, asal dari Jakarta cuman sempet sekolah di NYC selama 3 tahun dan ikut bokap balik lagi kesini. Salam kenal."
"Bagus. Nak Raga, kamu boleh kembali ke tempat duduk kamu."
Author's Pov
Raga kembali ke tempat duduknya. Dia tersenyum saat melihat Tasha yang sedang membaca bukunya, Tasha merasa diperhatikan cuman dia berlagak seperti orang yang tidak peduli. Well, ya dia memang tidak peduli.
Tasha memang adalah orang yang cuek, dingin, dan judes. Sebenarnya dia tidak peduli dengan keberadaan Raga yang duduk di sebelahnya. Cuman tidak enak rasanya kalau duduk bersebelahan tanpa tahu nama orang yang diajak duduk. Tasha sudah tahu nama Raga, tapi Raga mungkin belum tau nama Tasha.
"Sori, nama gue…"
"Iya, aku tau nama kamu. Tasha, iya kan?" belum sempat Tasha menyelesaikan perkatannya, sudah keburu dipotong oleh Raga yang masih berkosentrasi kearah papan tulis. "Wait. Kok lo bisa tau nama gue? Darimana?" tanya Tasha penasaran.
Mendengar Tasha, Raga tersenyum dan menoleh kearahnya "Itu tadi aku dikasih tahu sama cowok yang duduk disana." balas Raga. Tasha mengikuti arah jari telunjuk Raga yang menunjuk kearah Rendy. Anak buah dari Aldi Prabaskara.
Aldi Prabaskara, salah satu cowok most wanted di sekolah Tasha, rupanya yang tampan dapat membuat para cewek meleleh di hadapannya, mata hazelnya yang membuat siapapun yang melihat matanyaakan tenggelam dalam keindahannya, postur badannya yang tinggi. Wajar saja, dia adalah kapten basket, ketua OSIS, dan juga seorang yang multi talenta. Dia dapat memainkan alat musik seperti gitar, piano yang akan membuat para kaum wadon a.k.a wanita klepek-klepek. Kecuali, Tasha. Sifat dingin Tasha terutama pada laki-laki juga bertepatan dengan hilangnya Rega dari hidup Tasha. Bahkan sampai sekarang pun, Tasha selalu membandingkan cowok lain dengan Rega. Terutama Aldi, dia bukan tipe-tipe cowok playboy kelas kakap yang gonta-ganti pacar. Justru sebaliknya, Aldi selalu mengincar Tasha sejak pertama kali dia melihat Tasha. Namun, Tasha selalu saja membandingkannya dengan Rega.
Sudah berkali-kali Tasha menolak Aldi dengan terang-terangan, namun tetap saja dia tidak menyerah. Nama Prabaskara memang sangat terkenal, keluarga Aldi adalah keluarga terkaya, dan sumber pembiayaan di sekolah Tasha. Maka dari itu, Aldi disegani banyak orang, terutama lelaki. Banyak yang berakhir babak belur karena tertangkap sedang mengobrol dengan Tasha, atau sedang menggoda Tasha. Walau Tasha tidak menggubrisnya sama sekali, namun tetap saja akan berakhir babak belur oleh anak buah Aldi.
"Terus dia bilang apa? Cuman bilang nama gue doang?"
"Nggak. Dia bilang, aku harus hati-hati. Pokoknya harus jaga jarak sama kamu," balasnya masih berkosentrasi ke buku tulisnya "Tapi, aku gak peduli. Maksud aku kan gak ada salahnya buat temenan sama siapa aja. Jadi, tenang. Aku gak bakal jauhin kamu," Tasha bergidik 'Lo mau jauhin gue juga gue gak masalah.' batin Tasha. "Ehhh, by the way kalo ngomong sama gue, mending pake lo-gue aja, jangan aku-kamu. Gue nya risih," ucap Tasha.
"Dari aku-kamu langsung berubah jadi lo-gue, nih?" ucap Raga yang terdengar lebih seperti gumaman.
"Lo ada bilang apa tadi?"
"Nggak. Nggak ada." balas Raga kelabakan sendiri, Tasha hanya membalas dengan gumaman 'Oke' dan selebihnya tidak ada lagi percakapan yang terjadi diantara mereka. Walau, sebenarnya Raga ingin sekali mendengar Tasha berbicara.
Raga hanya menghela nafas berharap suatu hari akan dekat 'lagi' dengan Tasha. Dia akhirnya mengalihkan semua konsentrasi-nya kearah papan tulis dan guru yang berbicara di depan, sambil sesekali melirik Tasha.
***
"Eh, Rey. Ntar pulsek lo mau anter gue ke dokter Natasya gak? Gue mau ketemu dia bentar," Reyna hampir tersedak mendengar perkataan Tasha.
"Mau ngapain kesana?"
"Elah jutek amat Rey," balas Tasha sambil mengaduk es the yang dipesannya "Gue mau ketemu aja, mungkin juga sekalian terapi gitu deh."
"Emang lo ada keluhan apa? Sakit kepala? Pusing? Atau gimana?" tanya Reyna cemas. Tasha hanya terkekeh dan menggelengkan kepala.
"Setau gue cita-cita lo bukan jadi wartawan deh, Rey. Nanya nya gitu amat," jawaban Tasha sukses mendapat jitakan dari Reyna "Sha! Gue serius ini. Bukan lagi bercanda."
"Lah, yang bilang lo lagi bercanda siapa, sih? Gue juga serius mau ketemu sama dokter Nat. Mau nanya soal mimpi gue yang kemaren."
"Iya, gue anter deh. Tapi ke rumah gue dulu, ya?"
"Siap, bu ketu." balas Tasha sambil hormat, Reyna yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya tertawa.
"Eh… Tadi gue liat deh lo ngobrol sama si Raga itu. Momen langka tau gak, seorang Tasha ngobrol ama seorang kaum adam. Aldi yang tiap hari aja lu cuekin setengah mampus. Gila sih gilaaa… Harusnya gue foto tuh, kalo bisa gue rekam," ucap Reyna membuat Tasha menatap sahabatnya itu dengan tatapan geli.
"Dih. Lo kira gue apaan, lagian juga dia temen sebangku gue. Gue niatnya pengen ngasih tau nama gue. Tapi, dianya udah tau duluan."
"Tau dari siapa?"
"Siapa lagi kalo bukan Rendy. Babu setianya si Aldi" Reyna hanya mengangguk paham dan tersenyum penuh arti "Apaan sih?! Senyam senyum gitu. Nakutin, Rey."
"Lagian ya, gue sih pengen banget jadi lo. Disukain sama Aldi, itu bukan sembarangan orang lhoo. Itu Aldi Prabaskara. Gila, Shaaa, kan keluarganya tajir." omel Reyna, Tasha hanya memutar bola matanya.
"BLA…BLA…BLA… Rey, gue kasih tau ya. Yang tajir itu bokap sama nyokapnya. Jadi, kalo lo mau nyari yang tajir noh gebet tuh bokapnya sih Aldi"
Sekarang giliran Reyna yang memutar bola matanya dan menghela nafas pasrah. Kalau setiap Reyna bertanya atau berbicara tentang laki-laki pasti jawaban Tasha antara 'Gak guna', 'Gak peduli, atau jika Tasha lagi kumat error-nya pasti jawab 'Bodo. Dia bukan Rega'. Kadang Reyna bingung, sampai kapan Tasha akan terbayang-bayang oleh Rega.
"Rey. Buru abisin itu minumannya, ntar lagi bel masuk. Melamun mulu lu mah," gerutu Tasha lalu dia melanjutkan bermain dengan smartphone-nya, Reyna hanya membalas dengan mengangguk dan segera menghabiskan es jeruknya dengan satu kali sedot.
"Kuy kelas," Tasha mendongakkan kepalanya dan melihat Reyna sudah berdiri dari tempat duduknya."Kay kuy kay kuy. Udah daritadi gua nungguin sampe lumuta,." omel Tasha, namun akhirnya dia juga beranjak dari tempat duduknya dan langsung menuju kelas tanpa repot-repot menunggu Reyna.
"Woi! Tasha tungguin gue elah!" teriak Reyna, dia berlari berusaha menyamai langkahnya dengan sahabatnya itu. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan dari jauh.
"Tasha… Reyna… You guys don't know how much I miss u both, especially you My Princess," ujar laki-laki itu sambil tersenyum pedih.