Chereads / An Enigma (Ver. Indonesia) / Chapter 7 - Chap 7 : A Beautiful Day with My Brother

Chapter 7 - Chap 7 : A Beautiful Day with My Brother

"Kakak! Dokter Nat! Ayo makan, Tasha udah selesai mandi," ujar Tasha membuat Agatha dan Natasya terlonjak kaget. Ekspresi wajah Agatha seketika langsung berubah dari ekspresi cemas menjadi ekspresinya yang biasa saja dan ekspresi cemas tadi sama sekali tidak terlihat, Natasya tersenyum iba melihat Agatha seperti itu.

Natasya dan suaminya memang ingin sekali mempunyai anak, tapi belum sempat tercapai karena kesibukan mereka berdua. Mereka sama-sama dokter, tapi yang membedakan adalah suami Natasya adalah dokter spesialis paru-paru, sedangkan Natasya adalah psikolog. Mereka dipertemukan oleh kedua orangtua Tasha dan Agatha, maka dari itu mereka sudah menganggap kedua kakak beradik itu adalah anaknya sendiri.

"Berarti kakak mulai sekarang stay dirumah terus, kan? Kakak udah janji lho sama Tasha kalo kakak bakalan ambil cuti," ujar Tasha sambil menyendokkan nasi ke mulutnya. Agatha menelan makanan yang ada di mulutnya dan tersenyum kearah adik tersayangnya itu "Maunya sih gitu, dik. Cuman masih ada proyek yang harus kakak pantau. Jadi… gak tau deh," balas Agatha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia mengintip ke Tasha yang sudah mengubah ekspresi wajahnya menjadi kusut karena perkataan Agatha.

Tasha menghela napasnya panjang "Kan kakak udah janji bakal istirahat dirumah. Pekerjaannya kakak lebih penting gitu daripada Tasha? Kakak gak mau dirumah sama Tasha lagi?" kata Tasha memelas. Natasya menahan tawa melihat wajah Agatha yang merasa bersalah. Tasha selalu tahu bagaimana cara mengubah pikiran Agatha dengan cara instan.

"Yaudah deh. Kakak ngambil cuti, asalkan kamu janji ke kakak kalo kamu juga bakal mulai bantu-bantu kakak di perusahaan papa. Kamu juga sebentar lagi lulus SMA, kan? Jadi gimana? Deal?" usul Agatha, tanpa menunggu sedetik pun Tasha langsung mengangguk setuju. Satu lagi, Tasha juga belum tahu kalau sebenarnya perusahaan papa nya itu atas nama dia sendiri. Yang dia tahu, papa nya memberikan itu kepada Agatha.

"Oiya, tante penasaran, nih. Agatha udah punya pacar?" tanya Natasya membuat Agatha tersedak, Tasha tertawa terbahak-bahak melihat reaksi kakaknya. Agatha menatap tajam adiknya yang tertawa diatas penderitaannya "Nggak, tante. Aga mau fokus ke pekerjaan dulu, belum ketemu yang pas gitu," ucap Agatha "Tuh kan, dok. Tasha udah bilang kalo kak Aga pasti banyak banget alesannya," kata Tasha masih tertawa, tapi tak lama akhirnya Tasha pun berhenti tertawa saat Natasya melontarkan pertanyaan yang sama kepadanya. Giliran Agatha yang tertawa melihat Tasha salah tingkah.

"Ehm…. Nggak, dok. Tasha gak suka sama begituan, mau fokus sekolah aja. Kan Tasha udah bilang tadi," balas Tasha beranjak dari kursinya dan membereskan meja makan.

"Hilih. Kamu juga sama. Banyak alesannya," ledek Agatha membuat Tasha kesal.

"Udah…. Udah… Jangan berantem. Oiya, tante pulang ya. Takut nanti ada yang ngambek dirumah," ucap Natasya "Mau Aga anterin gak?" tanya Agatha, Natasya membalasnya dengan gelengan kepala dan tersenyum. Pertama ia menghampiri Tasha yang sedang mencuci piring dan mencium puncak kepalanya lembut "Dokter pulang dulu, ya. Jaga kesehatan, jangan lupa 3 hari lagi kita liat, semoga aja ada progess yang baik," ujar Natasya lembut, Tasha mengangguk "Maaf ya, dok. Tasha gak bisa nganterin ke depan," kata Tasha.

"Iya, gak apa-apa kok. Kan ada Agatha," balas Natasya dan meninggalkan Tasha yang masih sibuk dengan cucian piringnya.

"Kamu jagain Tasha, ya. Pokoknya jangan sampai dia kebanyakan pikiran," pesan Natasya saat mereka berdua sudah di depan mobil Natasya.

"Tapi… Kemungkinan ingatan Tasha balik itu gimana, tan?"

"Well, menurut yang diceritakan Tasha tadi, kemungkinan untuk ingatannya balik cukup besar, kan dulu tante udah bilang, ini semua tergantung waktu sama beberapa hal. Dan tante mau kamu disana, kamu ada sama dia pas ingatannya kembali. Bisa jadi dia akan shock berat," jelas Natasya membuat Agatha semakin cemas akan adiknya. Dia menelan ludah dan mengangguk.

Natasya tersenyum lembut, berusaha untuk menenangkan Agatha "Relax, Aga. Tante juga pasti bantu kamu kok, oke?" Agatha hanya menggumam kata 'oke' dan membukakan pintu mobil untuk Natasya. Natasya melambaikan tangannya, Agatha menunggu sampai mobil Natasya cukup jauh dari rumahnya.

Ia memejamkan mata dan menghela napas panjang, berusaha agar Tasha tidak melihat raut cemas di wajahnya. Dia kembali masuk ke rumah dan melihat Tasha sedang bermain dengan HP-nya. Agatha tersenyum dan menghampiri adiknya "Kakaknya dirumah malah dicuekin," kata Agatha sambil duduk di samping adiknya.

Tasha menaruh HP-nya dan melihat kearah kakaknya yang sedang merajuk dan tersenyum, jarang sekali Agatha kerumah, biasanya dia berangkat saat Tasha masih tidur dan pulang saat Tasha sudah tertidur. Biasanya dia hanya istirahat untuk beberapa jam sebelum ke kantor lagi. Bahkan saat hari Sabtu dan Minggu pun Agatha masih harus ke kantor. Tasha sudah berkali-kali menyuruh Agatha untuk mengambil cuti, tapi tetap saja Agatha menolak. Karena pekerjaannya yang menumpuk.

"Ututuu… Kakakku sayang ngambek yaaaa," kata Tasha sambil mencolek-colek pipi Agatha yang masih cemberut. Tapi tak lama Agatha tersenyum dan membalikkan badannya agar berhadapan dengan Tasha. Ia mentap wajah adik satu-satunya itu dengan penuh sayang dan memeluk Tasha.

"Kakak kenapa?" tanya Tasha bingung walau tetap membalas pelukan Agatha, Agatha melepaskan pelukannya dan menatap wajah Tasha yang kebingungan dan cemas "Apa? Sekarang kakak gak boleh meluk adik sendiri ya?" ujar Agatha, membuat Tasha merasa lega.

"Bolehlah," balas Tasha dan memeluk Agatha, Tasha merasa beruntung mempunyai Agatha sebagai kakak laki-lakinya, meskipun dia tidak mempunyai ibu dan ayah. Tapi menurut Tasha, Agatha adalah yang terbaik. Entah apa yang akan terjadi padanya jika Agatha bukan kakaknya melainkan hanya orang asing.

Perasaan itu membuat Tasha sedikit lega kalau Agatha belum menemukan pacar, ia tidak mau kasih sayang kakaknya itu terbagi.

***

"KAK AGA!!! CEPETAN! TASHA UDAH TELAT!" teriak Tasha dari lantai bawah sambil memakai sepatunya "SEBENTAR!" balas Agatha dari lantai atas tak kalah kerasnya dengan suara Tasha tadi.

"Kakak mandinya lama banget sih! Kayak cewek aja," omel Tasha saat mereka berdua sudah di dalam mobil Agatha "Gak cuman cewek aja kali yang mandinya lama, cowok juga perlu waktu di kamar mandi," jelas Agatha "Biasanya kan cowok gak rempong kalo di kamar mandi, kakak aja yang ribet sendiri," ujar Tasha membuat Agatha gemas, tanpa bisa menahan dia mencubit pipi Tasha "Emang kamu pernah liat cowok lain mandi? Nggak kan, nah makanya jangan asal ngomong," omel Agatha membuat Tasha menelan ludah "Iya. Iya deh iya, Tasha ngalah. Kakak yang bener deh," akhirnya Tasha menyerah beradu argumen dengan kakak nya yang satu itu. Agatha memasang senyum arogan dan tertawa puas "Baguss… Bagus… Emang adik yang baik itu harus ngalah sama kakaknya," kata Agatha "Terserah apa kata kakak aja, deh. Kasian udah tua," jawab Tasha sambil melihat kearah luar jendela.

"Kamu ngatain kakak tua?!" protes Agatha tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan "Bukan, Tasha bilang tua ke bapak-bapak yang di trotoar tuh, kasian," elak Tasha sambil menahan tawa "Oiya. Kakak punya ide."

"Apa?" tanya Tasha penasaran "Gimana kalo abis kamu pulang sekolah, kita jalan-jalan. Sekalian belanja buat kebutuhan rumah. Stock cemilan di kulkas hampir abis," usul Agatha "Perasaan waktu kakak gak ada aman-aman aja tuh makanannya," gumam Tasha dengan nada kecil "Kamu bilang apa?"

"Nggak bilang apa-apa, ah. Kuping kakak tuh kurang di korek pake linggis," Agatha menatap adiknya itu dengan tatapan sinis "Apa?" tanya Tasha polos, Agatha hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.

"Jadi gimana? Mau, kan?"

"Mau dong!" seru Tasha bersemangat "Tapi, ajak Reyna juga ya?"

"Oke. Pulang sekolah langsung kasih tahu kakak. Kita langsung berangkat." Tasha mengangguk mendengar perintah kakaknya.

Akhirnya, mobil Agatha pun terparkir di halaman sekolah Tasha. Tasha hendak membuka pintu mobil tapi terhenti karena Agatha menahannya "Kamu mau kemana?" tanya Agatha membuat Tasha bingung "Mau kedalem sekolah, lah. Masa ke kuburan" jawab Tasha. Agatha menghela napas dan memutar bola matanya "Maksud kakak, kamu ngapain buru-buru gitu? Gak mau nyium kakak or say goodbye dulu gitu?" tanya Agatha, mulut Tasha membulat membentuk 'O' dan mencium pipi kakaknya "Have a good day, belajar yang bener," ujar Agatha dan mengacak rambut Tasha pelan "Iyaa… Have a good day, too. Udah ah Tasha masuk dulu, ntar telat lagi. Bye, kak," kata Tasha dan melambaikan tangannya. Agatha menunggu Tasha hilang dari pandangannya dan pergi meninggalkan sekolah Tasha.

Rega menunggu kedatangan Tasha daritadi, dia sedikit khawatir karena Reyna sudah datang dari tadi pagi.

"TASHA!" teriak Reyna bak TOA membuat Rega mendongakkan kepalanya, seketika senyumnya Rega mengembang saat melihat Tasha masuk ke dalam kelas. Tidak seperti biasa, Tasha selalu tersenyum, sepertinya kedatangan Agatha sangat mempengaruhi mood Tasha.

"Lo gue chat dari kemaren malem, Sha. Jawab kek," protes Reyna "Ya maaf, Rey. Kemarin kak Aga pulang. Lo tau, kan dia jarang pulang jadi yaaa gitu deh. Sorry, ya," jelas Tasha, Reyna mengangguk paham "Bilang, dong. Terus gimana?"

"Nanti pulang sekolah kak Aga ngajakin jalan-jalan. Lo ikut, ya?" ajak Tasha.

"Oke. Pasti gue ikut, kok. Udah tuh lo balik aja ke tempat duduk lo, pangerannya udah nunggu daritadi," goda Reyna dengan senyum jahil membuat Tasha geram, dia mencubit tangan Reyna. Sampai-sampai Reyna mengaduh kesakitan membuat Tasha tertawa puas.

Sedari tadi Rega memperhatikan mereka dari jauh, tanpa sadar Tasha sudah duduk di sampingnya "Hei, gimana lukanya? Baikan?" sapa Tasha dengan senyum tipis, Rega tersenyum mengangguk "Iya, udah lumayan sih. Masih sakit dikit," balas Rega dengan senyum hangat. Tasha hanya membalasnya dengan anggukan kepala dan tersenyum.

"Oh iya, kira-kira lo mau gak pulang sekolah nanti temenin gue ke toko buku? Ada buku yang perlu gue beli, kalo gak mau gak apa-apa sih. Gue yakin lo pasti sibuk? Ehh mau gak?" tanya Rega salah tingkah membuat Tasha terkekeh geli "Gak usah grogi gitu kali sama gue," balas Tasha masih tertawa, Rega hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Tapi maaf, Ga. Bukannya gue gak mau, cuman kakak gue ngajakin jalan-jalan pulang sekolah nanti. Jadi gak bisa deh," Rega hanya mengangguk paham walaupun Rega sedikit kecewa. Melihat raut wajah Rega yang berubah, Tasha merasa bersalah "Ehm... Yaudah kalo besok gimana? Gue sekalian mau beli buku juga sih," ajaknya, walaupun Tasha bingung dengan dirinya sendiri. Rega terkejut mendengar ajakan Tasha, dia kira Tasha hanya akan menolaknya, dia tersenyum sumringah bak anak kecil yang dibelikan mainan dengan ibunya. Tasha pun ikut tersenyum tanpa bisa menahannya. Lalu, mereka berdua saling beradu tatap, keduanya tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Tasha-lah yang pertama kali mengalihkan pandangannya sambil berdeham, lagi-lagi wajah Tasha memanas dan degup jantungnya semakin bertambah cepat. Melihat pipi Tasha yang berubah merah, Rega mengulum senyum. Setidaknya dia memiliki kesempatan untuk membuat Tasha menjadi miliknya dan membuat Tasha tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Walaupun, Rega tidak terlalu yakin Tasha akan mengingatnya. Tapi, dia tidak akan membuang kesempatan ini.