"Jadi, hari Minggu lalu Tasha mimpi tentang Rega, Dok. Disana dia itu diikat di ruangan yang gelap, terus Tasha sendiri juga luka-luka. Tapi anehnya, di mimpi itu Tasha masih kecil begitu juga Rega. Terus, Tasha berusaha buat ngelepasin ikatan-ikatan yang ada di Rega, tiba-tiba ada laki-laki tua yang masuk ruangan itu. Mukanya serem, suaranya juga berat. Terus, emmm… Dia bawa pistol," jelas Tasha sambil sesekali memejamkan matanya untuk mengingat-ingat mimpi buruk yang menimpanya berhari-hari yang lalu.
"Well, Tasha bisa mungkin itu cuman mimpi buruk dari alam bawah sadar kamu."
"Tasha tau. Tapi, dokter Nat pernah bilang ke Tasha, kalo misalkan ingatan Tasha bisa balik lewat mimpi, kan? Dan di mimpi itu Tasha pun masih kecil, Tasha juga kehilangan Rega sama orangtua Tasha, waktu Tasha masih kecil," Dokter Nat mencerna semua perkataan Tasha, entah kenapa dia merasa akan terjadi sesuatu pada Tasha. "Ehm… Begini. Memang ingatan yang mungkin ada di Tasha sekarang tidak 100% akurat. Jadi, sekarang ingatan Tasha masih dalam bayang-bayang tercampur antara realita dan imajinasi Tasha. Gimana kalau gini aja, 3 hari lagi kamu kesini. Biar kita melakukan beberapa tes, dan siapa tau ada kemajuan dalam 3 hari nanti, oke?" ucap Natasya dibalas anggukan antusias Tasha. Satu lagi orang yang mengetahui masa lalu kelam tentang Tasha, yaitu Natasya. Natasya adalah teman baik dari ibu Tasha dan Agatha, maka dari itu Natasya menganggap Tasha sebagai anaknya sendiri begitu pula Agatha.
"Kamu makan malam disini, ya?" ucap Natasya memecah keheningan diantara mereka berdua.
"Emmm… Tapi hari ini kak Aga bakal pulang kerumah. Jadi, Tasha harus nemenin kak Aga deh. Soalnya kan jarang-jarang dia dirumah, Dok," balas Tasha sambil nyengir.
"Oh iya. Dokter hampir lupa sama kakak kamu itu. Udah punya calon belum nih?"
"Calon apa, Dok?" balas Tasha sambil terkekeh pelan.
"Itu Agatha udah ketemu calon kakak ipar buat kamu belum?" goda Natasya.
"Belom, Dok. Dia mah jomblowan sejati, setiap kali ditanya kayak ginian pasti jawabnya karena banyak kerjaan lah… Inilah… Itulah. Pokoknya banyak banget alesannya," jelas Tasha dibalas dengan gelak tawa dari Natasya.
"Ooh begitu ya? Kalo kamu sendiri gimana? Udah punya pacar?" tanya Natasya. Entah kenapa saat Natasya menyebut kata 'Pacar' pikiran Tasha langsung menuju kearah Raga. Tasha cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
"Nggak, Dok. Tasha sama sekali ga niat sama kayak begituan," balas Tasha sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Pasti deh banyak yang ngantri mau jadi pacar kamu. Iya, kan?"
"Ah… Dokter Nat bisa aja," ujar Tasha sambil terkekeh.
"Yaudah. Kamu pulang sama Dokter aja, ya? Dokter juga sekalian mau ketemu sama Agatha," ajak Natasya yang langsung dibalas anggukan oleh Tasha.
***
Raga sedang berbaring di tempat tidurnya, ia tersenyum sambil menatap langit-langit di kamarnya mengingat kejadian singkat yang ia alami bersama Tasha di UKS tadi. Dia tersenyum sambil memejamkan matanya, rasanya Raga ingin sekali kejadian tadi berulang, bahkan berlangsung lebih lama. Tiba-tiba terdengar suara notifikasi WA dari HP Raga. Dengan sigap Raga mengambil HP-nya
Sudah, Pak. > Kita lanjutkan ke step selanjutnya. Baik, Pak.> *** "Jadi, untuk rencana selanjutnya. Kamu tau apa yang harus kamu lakukan?" ucap seorang lelaki paruh baya berbalut jas berwarna hitam sambil menyeruput kopi-nya. "Saya tau. Tapi, sesuai janji bapak, bapak tidak boleh menyakiti Tasha," ujar Raga tegas, menatap wajah seorang lelaki paruh baya yang duduk di depannya. "Tenang saja, Rega. Selama Tasha melakukan apa yang saya mau, maka puteri mu itu akan jauh dari lecet. Tapi, untuk sekarang, saya ingin kamu tetap menutupi identitas kamu dan mengikuti rencana. Jika kamu tidak mengikuti perintah saya maka kamu tahu apa yang akan terjadi, hm?" balas laki-laki paruh baya itu sambil menunjukkan seringaian jahatnya. Rega hanya bisa mengangguk lesu, melihat itu lelaki yang di depannya tersenyum puas "Bagus! Kalau begitu kamu bisa pergi sekarang. Dan ingat tentang konsekuensi yang akan kamu dapatkan jika kamu melawan kehendak saya," ujar laki-laki paruh baya itu. Dengan itu, Rega pun beranjak pergi menuju ke mobilnya. "I'm so sorry, Tasha. My precious princess," gumam Rega sambil memejamkan matanya. Dia memukul kemudi mobilnya berkali-kali dengan cukup keras. Rega berharap dia bisa menyelamatkan Tasha dan juga… Dirinya sendiri. Seperti yang dia janjikan kepada Tasha waktu mereka masih kecil. Rega benar-benar butuh pertolongan, pertolongan untuknya dan juga untuk melindungi kedua sahabatnya Tasha, Reyna. Dan ia tahu betul siapa yang perlu dia panggil. Rega merogoh saku celananya dan segera menyelakan HP-nya. "Bro, gue butuh bantuan lo. Ke rumah gue. Sekarang!"