Chereads / An Enigma (Ver. Indonesia) / Chapter 2 - Part 2 : Memories

Chapter 2 - Part 2 : Memories

Reyna tersenyum manis melihat foto Tasha yang terpapar di layar smartphone-nya, Reyna berharap semoga saja senyum merekah Tasha saat ini akan selalu mewarnai wajah cantik Tasha.

Reyna menghampiri Tasha yang sedang melihat sebuah pohon menjulang tinggi, pohon yang penuh dengan kenangan indah masa kecil Reyna, Tasha, dan Rega.

FLASHBACK

Reyna dan Tasha sedang bermain ayunan yang mereka buat di pohon yang sangat tinggi. Masih mengenakan seragam SD mereka, Tasha dan Reyna tertawa riang sambil menasiki ayunan.

"Eh, Rey. Coba berhenti dulu. Aku denger sesuatu tadi." Ujar Tasha kecil sambil memegang tangan mungil Reyna "Kamu denger apa?" tanya Reyna penasaran "Sssh… Tunggu bentar. Aku mau cek kesana dulu." "Ih, Tasha. Jangan tinggalin aku sendirian. Aku takut." Ucap Reyna dengan wajah memelas. Reyna memang lebih tua dibanding Tasha, tapi bukan berarti Reyna juga seorang yang pemberani. Reyna adalah orang yang penakut kebalikan dengan Tasha yang tidak takut dengan apapun. Tapi, jika keselamatan Tasha terancam maka Reyna rela melakukan apa saja demi membalas orang yang sudah menyakiti Tasha.

Mereka berdua berjalan menuju semak-semak "Sha. Udah yuk… Paling cuman kucing aja." Ucap Reyna yang ketakutan bersembunyi di belakang pundak Tasha "Udah tenang aja kan ada aku." Balas Tasha sambil menepuk pelan pundak Reyna. Mereka berdua pun mendekat ke sumber suara. Tasha membelah semak-semak dengan tangan mungilnya dan disanalah Tasha dan Reyna menemukan seorang bocah kecil yang sedang terisak-isak, matanya merah begitu pula hidungnya, matanya yang sembap menandakan bahwa bocah itu telah menangis berjam-jam yang lalu.

"Kamu siapa? Kok nangis?" ujar Tasha mengulurkan tangan mungilnya "Mama bilang jangan ngomong sam oramg yamg gak dikenal." Jawab seoramg bocah kecil itu dan menepis tangan Tasha. Tasha hanya tersenyum lembut dan Reyna masih bersembunyi di belakang pundak Tasha. "Hmmm… Tapi aku bukan orang asing lhoo, gak ada salahnya kan bikin temen baru, hm?" ucap Tasha sambil mendekati bocah kecil yang masih terisak. Anak kecil itupun akhinya berbalik dan behadapan dengan Tasha. Tasha engan liti memperhatkan bocah kecil itu, walaupun matanya sembap ia bisa meihat mata biru indah yang berpadu dengan wara cokelat yang membuat siapapun melihat mata itu akan tenggelam dalam keindahannya. Lalu mata Tasha turun kearah bibir mungil bocah itu yang mengulum senyum kecil.

"Nama aku Rega. Salam kenal." Kata bocah itu masih dengan suara tersedak dan mengulurkan tangannya melihat itu, Tasha tersenyum dan membalas uluran tangan Rega "Nama aku Tasha. Salam kenal juga. Oh iya, ini sahabatku nama dia Reyna." Tasha mendorong Reyna sehingga Rega dan Reyna berhadapan. Reyna hanya tersenyum begitu juga Rega. "Oke! Kalau begitu mulai hari ini kita sahabatan." Ujar Tasha membuat Reyna dan Rega terlonjak kaget "Gimana, hm? Kalian setuju?" tanpa menunggu jawaban dari Rega dan Reyna, Tasha menarik mereka berdua menuju pohon besar nan tinggi, yang bisa dibilang telah menjadi wilayah kekuasaan Tasha dan Reyna.

Tasha mengambil sebuah batu yang tajam dan mengukir namanya di batang pohon tersebut, lalu setelah Tasha selesai dia menyerahkan batu tersebut ke Reyna yang menatapnya bingung "Ini buat tanda persahabatan kita. Mulai hari ini kita sahabatan, jadi kita abadikan di pohon ini." kata Tasha dengan nada antusias. Mendengar itu Reyna dan Rega tersenyum manis dan menulis nama mereka di pohon itu. Dan Reyna menggambar gambar hati di sekeliling nama mereka bertiga. Pada saat itu, bagi Rega itu adalah hari yang terindah bagi dirinya karena telah dipertemukan dengan Tasha dan Reyna.

END OF FLASHBACK

"SHA!!!" teriakan Reyna membuat Tasha sadar dari lamunannya. Kepingan-kepingan masa lalu nya yang indah tiba-tiba buyar seketika "Apaan sih, Rey?! Ngagetin tau gak." balas Tasha kesal "Lagian lu sih, ngelamun. Mana dibawah pohon gede lagi. Ntar kalo ada tante kunti gimana? Iiiiihhh kan seremm." Kata Reyna sambil bergidik ketakutan, Tasha hanya menggelengkan kepalanya dan berdecak "Ck. Lu dari dulu emang ga pernah berubah, masih aja penakut gini." ujar Tasha dengan nada mengejek, Reyna hanya berdecak kesal dan melihat keatas pohon yang rimbun nan hijau itu, melihat itu saja sudah membuat Reyna ketakutan setengah mati.

"Eh, Rey. Sini deh, coba liat ini." Reyna menoleh kearah Tasha yang sedang berjongkok di depan batang pohon yang sudah terkelupas termakan oleh usia. "Apa?"

"Sini liat deh. Masih inget ini kan? Tulisan kita bertiga." Mendengar itu Reyna bergegas menghampiri Tasha dan melihat tulisan tangan di batang pohon yang kokoh itu. Melihat itu Reyna tersenyum pedih, sekelebat memori yang indah itu terlintas di kepala Reyna, Reyna menoleh kearah Tasha yang sedang menulusuri tulisan nama Rega dengan jari lentiknya. Tasha adalah orang yang pandai menyembunyikan perasaannya, orang yang melihat Tasha dari jauh akan mengira bahwa Tasha bahagia, namun jika dilihat lebih dekat lagi maka akan terlihat wajah sedih Tasha. Tanpa sadar air mata Reyna jatuh dan membasahi pipi Reyna, Reyna sadar dan segera menghapus air matanya "Rey." panggil Tasha dengan suara berbisik "Iya, Sha?" balas Reyna tersenyum manis "Kira-kira sekarang Rega dimana ya?" pertanyaan Tasha membuat Reyna ingin menangis lagi, karena kejadian itu ingatan Reyna hilang sebagian karena trauma, dokter terapi Tasha bilang bahwa perlahan-lahan ingatan Tasha akan kembali sepenuhnya, tapi Reyna lebih memilih ingatan Tasha tentang kejadian itu tidak akan pernah kembali.

"Rey? Ck. Sekarang lu yang ngelamun, udah ah balik yuk. Udah mulai gelap nih." kata Tasha membuyarkan semua lamunan Reyna. Reyna hanya membalas dengan mengangguk dan tersenyum. Mereka berdua berjalan kearah mobil Reyna dan bergegas menuju rumah Tasha. Dalam perjalanan Reyna merasa bahwa mereka berdua diikuti oleh seseorang dan benar saja, saat Reyna melihat ke belakang dia melihat ada sebuah mobil hitam mengikuti mobil Reyna dari belakang.

Pada awalnya, Reyna panik dan takut tapi saat dia menoleh kearah Tasha yang sedang tertidur lelap ia memikirkan tentang keselamatan Tasha. Jadi, Reyna berusaha mengecoh mobil yang mengikutinya itu, untung saja keadaan jalan tidak terlalu sepi jadi mudah saja bagi Reyna untuk kabur tanpa jejak dari si Pengikut rahasia. "Duh ngapain sih pake ngikutin segala. Jadi ribet kan guanya." omelan Reyna membuat Tasha terbangun dari tidurnya "Apaan sih Rey? Ngomel mulu kayak radio butut." ucap Tasha sambil mengusap matanya "Bodo. Daripada lu baru bangun udah marah-marah. Ntar cepet tua baru nyaho." balas Reyna mendapat tatapan tajam dari Tasha "Duh… Kok tiba-tiba gue merinding ya?" ujar Reyna sambil melirik kearah Tasha "Ohhh… Pantes gue merinding, ada nenek lampir sih di sebelah gue." Reyna mendapat pukulan telak di lengannya, Reyna mengaduh kesakitan, Tasha yang melihat itu hanya tertawa terbahak-bahak.

Akhirnya mobil terparkir di halaman rumah Tasha "Lu mau masuk dulu gak? Kak Aga bakal lembur kayaknya di kantor. Udah jam segini, mobilnya masih belum ada."

"Nggak dulu deh, Sha. Besok kan sekolah. Mana hari Senin lagi, gue mau ngerjain PR nya Bu Putri."

"Rasain! Makan tuh PR, untung gue udah ngerjain." ujar Tasha dengan bangga

"Tashaaaa… Lu tuh ya udah cantik, baik, pinter…"

"Udah. Stop. Iya gue tau gue cantik, gue pinter. Lu gak usah ngerayu kayak gitu, udah basi. Tunggu sini gue ambil bukunya." Reyna tersenyum sumringah mendengar perkataan Tasha dengan sabarmenunggu Tasha, tak lama kemudian orang yang ditunggu-tunggu Reyna kembali dan memberikan sebuah buku "Makasih banget Tasha cantik. You're the best, I love u so so much."

"Yea… Yea… I love me too. Udah, buru balik keburu malem." Mobil Reyna pun menjauh dari halaman rumah Tasha.

Tasha masuk kedalam rumahnya yang gelap dan sepi itu, dia sangat merindukan ayah dan ibu nya, Tasha tidak pernah tahu kapan dan kenapa kedua orangtua-nya itu pergi, kakaknya hanya bilang bahwa mereka meninggal dalam kecelakaan mobil. Tapi ada sesuatu dalam diri Tasha yang membuatnya tidak percaya tentang hal itu. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menemukan cerita sebenarnya tentang orangtua-nya.

Meanwhile…

Suara derap langkah sepasang kaki mendekati ruangan putih yang sangat mencekam, bahkan dari jauh pun aura seramnya akan terasa. Bukan orang-orang sembarangan yang masuk kedalam ruangan itu, ada yang keluar dengan selamat ada juga yang bahkan tidak mendekati kata 'selamat'.

Suara decit pintu terdengar menandakan orang masuk, tanpa menunggu terdengar suara laki-laki paruh baya yang menggelegar di seluruh ruangan.

"Gimana? Kamu dapat alamatnya?" hanya mendengar suaranya yang rendah namun tajam itu saja dapat membuat siapapun merinding. "Belum, pak. Saya kehilangan jejak di tengah jalan…" belum sempat dia selesai berbicara, sudah terdengar suara gebrakan meja yang membuat pria malang itu terlonjak kaget "Bagaimana sih kamu itu! Saya hanya kasih kamu satu pekerjaan, yaitu mencari alamat rumah gadis itu! Itu saja kamu tidak bisa!"

"Maaf, pak. Tapi saya mendapatkan informasi bahwa gadis itu bersekolah di SMAN 2 HARAPAN BANGSA, pak. Kalau bapak memberikan izin, saya janji saya akan mendapatkan semua informasi tentang gadis itu, pak." ujar pria itu dengan suara gemetar. "Baiklah. Hari ini sudah cukup, saya akan kabari kamu untuk pekerjaan selanjutnya. Dan untuk gadis itu serahkan saja pada saya." Ujar seorang lelaki paruh baya itu dengan senyum jahatnya.

"Baik, pak. Terimakasih untuk kesempatan yang telah bapak memberikan." ucap pria malang itu, dan tanpa menunggu lagi ia langsung meninggalkan ruangan itu.

"Bawakan tawanan itu ruangan saya. Cepat!" ujar lelaki paruh baya itu menggunakan telepon genggamnya. Dia merasa sudah ada di ambang kemenangan karena telah mempunyai senjata rahasia yang akan membuat Tasha tunduk padanya.