Chereads / Dalam Genggamanku / Chapter 5 - Malam yang menyiksa

Chapter 5 - Malam yang menyiksa

" seharusnya ini wilayah GU guam! Tapi apa apan ini.." William memegang peta melihat sekitarnya, dia dan Reisa baru berjalan 100 meter, tapi ribuan zombi mendekat ke arahnya.

" tuan! Biarkan Reina mengurusnya " berdiri dibelakangnya dengan patuh, Reina bertanya dengan lembut. William menoleh ke belakang, menatap sosoknya sebelum berfikir [ bahkan sekarang aku belum terbiasa dengan ini ]

" tidak bisakah kau menyebut namaku saja, kau bisa memanggilku William " William menyarankan

" em! Menyebut nama Tuan merupakan penghinaan untuk Reina, karna itu Reina memanggil Tuan, sebagai pengingat status Reina.." menggelengkan kepalanya, Reina dengan tegas menolak. Tentu alasan sebenarnya adalah perempuan misterius, untuk mengingat rasa sakit sebelumnya dan peringatan baginya

" hah " William tersenyum pahit, tak berdaya. Mengeluarkan pisau sebelum berkata " mari pergi ke utara! Tak perlu berurusan dengan zombi, itu hanya akan menghabisi waktu. aku akan mengambil bagian depan dan kamu menjaga bagian belakang, kita akan menerobos " .

Reina mengangguk setuju " em "

William berlari ke utara dengan kecepatan 20 kali, hanya 10 detik sebelum dia melewati jarak 100 meter. mengangkat tangan kiri, William menusuk kepala zombi . tangan kanannya mengeluarkan pistol thuder 50 bmg dan menembak zombi di sebelah kanannya.

Reina mengikuti dibelakangnya, dengan santai mengayunkan tangannya dan membunuhnya, zombi yang terkena hanya bisa menyalahkan kemalangannya. Kostum maid yang menutup tubuh seksi dan melengkung dengan baik tidak kotor sedikitpun.

William melihat ini tidak merasa iri, karna William tau dia lebih kuat darinya. William dan Reina terus membunuh zombi, sekitar 10 dia sudah keluar dari kepungan zombi, tapi William tidak berenti dan melaju ke utara

Langit mulai gelap dan kegelapan mulai menutupi, dua sosok berlari sangat cepat. Sosok itu hanya berhenti saat mencapai kota yang ditinggali, kedua sosok ini adalah William dan pelayannya Reina. William melihat gedung yang sudah hancur, masuk ke dalamnya.

William melihat sekitarnya sebelum berkata " kita akan istirahat disini malam ini ". " em " Reina melihat sekeliling sambil mengikut belakang tuannya dan mengangguk.

" bisakah kamu mencari tenda atau sesuatu yang empuk.." walaupun berada dalam gedung angin masih terasa dingin, dan tempat ini sudah lama tak dihuni, lantainya tidak berbeda dengan tanah diluar.

Tapi sayangnya tanggapan Reina hanya memiringkan kepalanya dengan imut, menatap tuannya dengan bingung " tuan!.." . Walaupun Reina cerdas dan kemampuan yang mengerikan, dia belum 1 hari keluar dari cangkangnya.

" maaf lupakan saja! Tunggu disini.." William tak berdaya dan harus mencari sendiri

Reina menundukan kepalanya, menatap ke tanah dan bergumam " maaf tuan!.... Reina tidak berguna ". Untuk pertama kali Reina merasa tidak berguna dan merasa rendah. Mendengar ini William menatapnya " lihat aku ".

Reina mengangkat kepalanya dan yang menunggunya adalah senyum lembut dan suara yang menengkan hati " tak apa! Itu normal untukmu, kau baru saja lahir, jadi tak apa ".

Reina tersipu, dua semburan merah muda menghiasi pipinya. Dia dengan cepat menggeleng kepalanya dan menatap ke bawah lagi. William tersenyum dengan tingkahnya, William tidak percaya dia orang yang sama yang ingin membunuhnya sebelumnya.

Reina berdiri sendirian menunggu William, mengingat tadi. Wajahnya terbakar malu, melirik ketempat William pergi, Reina tidak mengerti apa yang terjadi. dia Memiringkan kepalanya dan merasa tidak bisa bertingkah normal, ini cukup aneh untuknya tapi Reina menyukai perasaan ini.

10 menit kemudian William kembali dengan kasur yang sudah rusak tapi masih bisa digunakan, William melihat tingkah bingungnya dan bertanya " ada apa! ". Mendengar ini Reina kaget dan menjawab dengan buru buru " tidak ada tuan..".

" benarkah! Maaf aku hanya menemukan 1 saja.." William mengganti topik

" em! Tuan bisa tidur disana, Reina akan menjaga tuan saat tidur.." Reina menjawab tapi tidak berani menatap William. " tidak, kau akan tidur disini dan biarkan aku berjaga " William menggeleng tidak setuju.

" Reina tidak bisa membiarkan tuan lelah, Tugas Reina untuk menjaga tuan " Reina tersentuh, mengangkat keberanian untuk menatap William dan berkata tegas.

William tersenyum pahit, menunggu sebentar dan bercanda " kasur ini cukup besar, muat untuk dua orang.. " . Reina berfikir sebelum mengangguk " em ". Reina yang baru keluar dari cangkangnya tidak mengerti tentang hubungan laki dan perempuan, karna menganggap ini solusi yang bagus maka Reina dengan santai menyetujuinya

William tertegun sebelum menatap sosoknya, karna dia setuju Willian meletakan kasurnya dipojok. Jarak terjauh dari pintu. Walaupun ada sosok yang mengerikan dengannya, hal baik untuk jaga jaga kemungkinan diserang monster.

William berbaring disebelah kanan dan Reina secara otomati mengambil bagian kiri. William merasa gugup, Walaupun tubuhnya sudah diperkuat. Reaksi alaminya masih ada, dengan ini William tau dia masih perawan membuatnya tidak bisa membantu tapi berfikir [ sial! ]

William mengambil napas dalam dalam beberapa kali, setelah 10 menit. ahirnya menangkan hatinya, Reina disampingnya tidak menyadari hal ini sudah menutup mata, napas lembutnya terdengar. Yang menandakan dia suda tertidur

" apa pesonaku sudah tidak ada! Lupakan saja.. " menatap Reina yang cepat tertidur lelap, Willliam tidak bisa tidal menanyakan penampilannya sendiri. William menutup matanya, saat dia akan tertidur, sosok lembut menyentuh lengannya

William menoleh kesamping menatap dua kelinci surgawi berukur D menekan lembut tangan kirinya, napas harum dan hangat menghembus kelehernya, kedua tangan dan kaki rampingnya memeluk erat seperti gurita. Ditambah pakaian maid yang memperlihatkan setengah kelinci surgawi.

Gulp..

William menelan ludah, dan sekali lagi mengambil napas. William tak berdaya dengan ini dan hanya bisa menyingkirkan pikiran kotornya. Walaupun dia pelayannya, Reina jauh lebih kuat darinya. Jika dia mengambil keuntungan, William tidak tau apa yang akan terjadi dan bahkan jika Reina setuju, ini bukan tempat yang tepat.

Keesokan harinya

" tuan! Maaf Reina bangun terlambat,,emm. .apakah ada yang salah tuan" Reina yang baru bangun melihat tuannya berdiri menatap keluar. Reina dengan cepat merapikan gaun maid dan berjalan ke belakang tuannya.

Melihat tuannya yang berdiri dan menjaga pintu masuk membuat Reina terkesan [ tuan bangun lebih dahulu sebelum pelayannya.. mungkin menjadi pelayannya adalah hal baik, walaupun Reina terpaksa melayani tuan dan hampir membunuh tuan tapi tuan tidak pernah menyalahkan Reina, bahkan sekarang tuan menjaga Reina, yang seharusnya tugas Reina ]

Tapi apa yang tidak diketahui Reina adalah William saat ini menatap kedepan dengan mata merah dan kantung hitam di sekitar matanya.

William tersenyum pahit, dia benar benar lelah secara mental sekarang. Untuk menyembunyikan situasinya, William meminta " Reina! Bisakah kamu mencari sesuatu untuk dimakan ..". " iya tuan " Reina mengangguk dan dengan cepat menghilang.

William melihat sosoknya, merasa tak berdaya. Jika setiap malam seperti ini, dia benar benar akan mati