Chereads / Dalam Genggamanku / Chapter 10 - Warisan phoenix

Chapter 10 - Warisan phoenix

Merasakan sentuhan William, Reina mengangkat kepala, menatap melalui air mata. Menatap dengan bingung, William melihat ini tersenyum, menghapus air matanya dan berkata lembut " tak apa! Semuanya sudah berahir "

" waaa….waaaaaa..Reina sangat takut, Reina sangat takut tuan…waaaaaaa., " mendengarnya, tidak hanya membuatnya tenang, Reina menjadi lebih emosi, mengangkat tangan, memukul dada William berkali kali

William tak berdaya , tapi jauh dalam hatinya bersyukur, meraih tangannya dan menahannya. Dia sudah menyerah pada takdir, tanpa bisa melihatnya lagi dan mati di tempat yang bahkan tak diketahui, akhir ini merupakan berkah baginya.

Emosi William meluap, menahan pipi Reina, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Reina. Reina yang melihat ini bingung dan berhenti menangis, tidak tau harus bagiamana, Reina hanya bisa melihat wajah Willliam mendekatinya.

Hidung William menyentuh hidungnya, dia bisa merasakan napas harumnya, bibirnya merah yang berkilau menjadi godaan bagi William. Mendekati bibir Reina, dua bibir saling bersentuhan, kulit yang lembut sangat menyegarkan bagi William.

Dua mata saling menatap, seakan mempunyai koneksi, ke dua mata itu tertutup. William menciumnya dengan lembut, dengan ringan menghisap bibir lembutnya. Reina hanya membiarkan melakukan apapun yang diinginkan, merasakan sentuhan tuannya.

Tidak tau kapan ke dua tangan ramping dan halus melingkari leher William, menikmati ciuman pertama mereka.

Perlahan, William menjulur lidah, menembus tatanan gigi dan menyerbu lidah licinnya. Reina membuka mata lebar lebar, kaget. Tapi dia tidak membuat perlawanan dan menutup mata sekali lagi.

Suurp..surrp

Suara lidah terdengar, dua pasangan melupakan segalanya, menukar air liur dengan gairah. Reina pada awalnya sangat canggung, tapi perlahan dia belajar dengan cepat dan mengikuti irama William. Tenggelam di dalamnya

Membuka mata, kedua mata bertemu. Bibir mereke terpisah, meninggalkan jembatan air liur mereka. Pipi Reina merah terbakar, membuatnya tampak lebih mempesona. Reina menutup mata dan membenamkan wajahnya di dada William, tersenyum dengan manis.

" apakah sudah tenang,,,," William berkata sambil membelai rambutnya, menghirup wanginya

Reina masih menikmati pelukan William, berguman lembut " em,,"

[ sayang sekali,,aku tak bisa menikmati ini untuk waktu yang lama ] berfikir dalam hati, William mengeluarkan Reina dari pelukannya, berkata " mari pergi dari sini.. "

Reina mengangguk dan mengikuti dibelakangnya. William melihatnya dan berkata " kau bisa berjalan di sampingku..? ". Reina yang mendapat izin dengan gembira kesamping William.

Tiba tiba Reina merasakan sesuatu yang memanggilnya, dan menoleh ke samping. Disana dia melihat sebuah patung dengan ukiran phoenik yang indah. William dengan aneh bertanya " ada apa ". Reina menunjuk ke patung phoenix dan berkata " itu yang memanggil Reina "

William melihat ke arah yang ditunjuk, dan berjalan dengan Reina ke patung phoenix, mengerut kening, William mengumpat " sial, aku hampir mati hanya karna patung ini ". Reina mendengar, dengan sedih menunduk, meminta maaf " maaf ini salah Reina tuan! "

William dengan cepat berkata, melambai tangannya " tidak, aku sama sekali tidak menyalahkanmu.."

" betulkah "

" em "

Reina yang mendapat konfirmasi, mendapat kembali semangatnya. William sekali lagi menoleh ke patung phoenix, bertanya pada Reina " jadi apakah kamu tau apa ini ". Reina mengeleng kepala, menatap William meminta izin untuk mendekati.

William berfikir sebentar sebelum menyetujuinya, dengan perlahan Reina mendekati patung, dia tidak merasa hal aneh dengan itu. Mengulur tangan, seketika untaian energi menyeliputi Reina, membungkus dengan cepat

William tak sempat bereaksi. Dengan khawatir menuju Reina, mengeluarkan pistol, William dengan cepat menembak, tapi semua pelurunya terpentul oleh energi dari patung phoenix. Dia hanya bisa melihat Reina tersegel membentuk kepompong

Tapi segera dia menjadi tenang, karna koneksinya dengan Reina, William mengetahui kondisinya, energi patung sama sekali tidak menyakitinya, itu malah membuat Reina menjadi relex dan nyaman.

William sekali lagi menatap ke patung phoenik, melihat dengan teliti. Dia menumukan bahwa patung phoenix berbeda dengan yang pertama kali dilihatnya, sekarang patung phoenix memiliki kepala naga dengan tubuh phoenix.

Dia merasa patung ini akan bermanfaat untuknya, mendekat William menjangkau patung itu. Seketika patung phoenix berkepala naga dengan cepat ke William dan tenggelam ke dadanya. Memancarkan cahaya, patung itu menghilang dan sebuah tato terbentuk di dada kirinya.

Saat patung bergabung dengan William, tidak ada peningkatan dalam energi William, tapi itu memperkuat ototnya, menjadi lebih kokoh. Auranya berubah, auranya memiliki tirani dan juga mempunyai kelembutan.

William yang semula memilik wajah sempurna, sekarang ditambah dengan auranya. Perempuan biasa yang melihatnya akan memiliki kesan baik padanya. William yang mengetahui ini, membuat senyum pahit.

Apa gunanya membuat perempuan baik padanya, William lebih ingin kemampuan yang melipat gandakan kekuatannya. Memiliki Reina membuat William puas sekarang.

Tapi apa yang tidak diketahui William adalah, baik phoenix dan naga phoenix merupakan hewan legendaris. Phoenix mewakili perempuan yaitu kelembutan dan ketenangan sedangkan naga phoenix mewakili keangkuhan dan kesombongan, setiap pemilik naga phoenix memilik kemampuan menundukan wanita

Dan setiap wanita akan memilih seseorang yang memiliki naga phoenik sebagai pasangannya. Setiap phoenix memiliki naga phoenix sebagai pasangannya, tidak hanya membuat kekuatan mereka meningkat berkali kali lipat juga membuat kecantikan mereka bertambah.

William memeriksa tubuhnya, apakah ada yang aneh, dan dengan cepat William menemukan energi lain di tubuhnya, dia tidak bisa mengendalikan energi ini, kekuatan ini berwarna merah, mambawa tekanan mengerikan darinya.

Dia tidak tau apakah ini hal baik untuknya atau tidak, dia hanya bisa memikir nanti dan fokus kemasalah Reina. Dia berdiri dan dengan setia menunggunya.

Langit menjadi gelap, retakan demi retakan pada kepompong yang membungkus Reina, beberapa saat kemudian kepompong yang menutupi Reina menghilang, dan menampakan keindahan surgawi.

Dengan kilasan cepat, kecantikan surgawi menyelam kepelukan tuannya, memeluk dengan erat, berkata dengan semangat " tuan,,, "