Disisi lain, Reina membawa mereka ke bagian tergelap dimarkas. Pasukan Asassin sama sekali tidak memahaminya, tapi tetap mengikuti pelayan tuannya, mereka telah melihat kekuatan asli Reina, sehingga saat William mengatakan dia akan melatih mereka, pasukan asassin sama sekali tidak memiliki keberatan.
Setelah sampai pada tujuan, pasukan asassin tidak bisa melihat apapun, bahkan teman terdekat tidak bisa dirasakan.
Suara Reina terdengar " karna ini adalah pertama kali kalian berlatih menjadi asassin, kalian akan memulai dengan tugas yang mudah, dengarkan suaraku dengan baik, setelah itu kalian akan menuju tempat suara yang kalian dengar,,apakah kalian memahami "
" ya, tuan,," pasukan Asassin berkata dengan kompak
" kalian tidak perlu memanggilku tuan, panggil aku mom,, "
" siap mom ,, "
Mendengar latihan mereka Cuma sederhana ini, pasukan asassin lega, tapi apa yang mereka tidak tau, Reina telah menaruh banyak tumbuhan berduri ditanah, setiap pohon juga terdapat racun membuat tubuh mereka gatal.
Reina tersenyum, sifat lembutnya yang biasa disekitar William menghilang, matanya bersinar sadis dengan senyum licik dimulutnya, karna ini akan menjadi fondasi William, Reina berfikir untuk membuat mereka menjadi pembunuh nomer satu, jika tidak Reina lebih suka mereka mati dalam latihan ini.
" baiklah, Reina akan menghitung sampai 10, setiap kali Reina menyebut angka, kalian akan mengikuti arah suara, 1 " Reina menghilang dari tempatnya, dan mulai menghitung dengan suara rendah
Karna suaranya kecil, beberapa pasukan asassin menuju ketempat berbeda, mereka yang berjalan kearah yang salah, akan mengalami terikan menyakitkan.
Reina sama sekali tidak peduli dengan ini, berkata dengan suaran dingin " jika ada diantara kalian yang tidak bertahan sampai hitungan selesai, ini akan menjadi malam terakhirmu ,,"
Pasukan asassin mendengar ini, hanya bisa menguatkan tekad dan berjalan kesumber suara, setiap langkah akan diikuti dengan jejak darah.
Beberapa waktu berlalu, hitungan telah selesai. Reina menatap pasukannya yang menyelesaikan latihan pertama sebagai asassin tersenyum,, " kalian tidak perlu khawatir denga luka kecil dikakimu, tuan memiliki ramuan yang membuat semua lukamu sembuh keesokan harinya,,kalian bisa kembali ketempat pemulihan"
Ruangan ini merupakan salah satu pengetahuan yang didapat William dari Zero, awalnya dia merasa ini tidak berguna, sekarang William memahami pentingnya, dengan ini dia akan bisa melatih pasukannya lebih keras tanpa takut membuat mereka cedera
Mendengar ini, pasukan merasa lega, tapi disaat sama merasa kedinginan dihatinya. Reina berkata bahwa ini latihan mudah karna mereka pertama kali melakukannya, kalau begitu bagaimana latihan selanjutnya.
Setelah pasukan membawa tubuh lelahnya ke ruangan pemulihan, Reina kembali dengan senyum indah, melangkah dengan genit ke William. William tersenyum menatapnya dan bertanya " bagaimana latihannya ���
" em, walaupun mereka mengeluh. Tapi Reina cukup terkejut mereka bisa menyelesaikannya " Reina berkata dengan tubuhnya berada dalam pelukan William.
" maaf,,merepotkanmmu"
" tidak! Jika Reina bisa membantu tuan, ini akan menjadi kehormatan bagi Reina.."
" meski begitu, terima kasih " William berkata lembut dan mecium dahinya, Reina menikmati sentuhan tuannya, mengangkat kepala
memeluk leher William, dan menutup mata. William mengerti kodenya, membelai pipi halusnya sebelum mencium bibirnya
Tak lama, didalam ruangan terdengar suara indah dari Reina, Reina sama sekali tidak menahan erangannya, seolah memberitahu dunia bahwa dia sangat bahagia
Tengah malam, Reina tertidur dalam pelukan William, senyum puas terlihat dibibirnya. William melihat ini juga merasa senang.
Membelai pipinya, William melihat kearah jendela, yang menampilkan pemandangan dari luar, mata William dengan sedih , dia telah mengetahui bahwa 20 tahun telah berlalu. Awalnya dia berencana mencari semua informasi tentang Reisa.
Tapi disaat di mengetahui tahun apa sekarang, William merasa berat dihatinya. Dia tidak berani menujukan di permukaan dan menyembunyikan dengan baik. Sekarang setelah hanya dia sendiri. William tidak bisa menaggung perasaan sedih.
Dia tidak tau apakah Reisa masih hidup atau tidak, dan bila dia masih hidup. Maka dia seharusnya sudah menjadi tua. Apakah William sanggup melihatnya tubuhnya yang telah menua. Dia tidak berani memikirkannya
Ini seperti bendungan yang telah hancur, membanjiri seluruh tubuhnya. Beruntung dia memiliki Reina yang memberikan kehangatan dan kenyamanan, jika tidak William mungkin menjadi gila karna ini.
Menutup mata, memeluk Reina. William Mencari kehangatan.
Keesokan harinya,
" selamat pagi, tuan " seperti biasa, Reina menatap matanya dan terseyum manis pada William sebelum berkata " di sana menjadi keras lagi, biarkan Reina membantu,,"
Tanpa menunggu jawaban William, Reina menyelam kebawah selimut. Memberikan layanan memuaskan
William dan Reina keluar dari ruangan jam 8 pagi, para pelayan yang melihat, segera membungkuk dan menyambut " selamat pagi tuan, "
" em "
" tuan, sarapan telah siap,," pelayan itu lalu memimpin William
Setelah menyelesaikan sarapan, William mengumpulkan pasukannya. Tak perlu dikatakan lagi, mereka segera berlari, hanya saja jaungkaunnya ditambahkan 10 kali dari sebelumnya.
Hari hari berlalu seperti biasa.
1 bulan kemudian.
William berdiri didepan pasukan, pasukan tiger disebelah kiri dan asassin disebelah kanan. Sekarang mereka telah banyak berubah, pasukan tiger yang dulunya kurus dan lemah, sekarang dipenuhi dengan otot, aura mereka seperti tentara profesional.
Mereka sekarang berdiri tegak, menatap dengan hormat ke sosok yang memimpin. Sedangkan pasukan asassin malah kebalikannya, tanpa aura tanpa otot, mereka tampak kurus, hawa keberadaan mereka juga semakin tipis, tapi matanya tampak dingin.
William sering membawa pasukan tiger pada malam hari untuk memburu monster, kadang dia juga akan meninggalkan mereka dihutan, pasukan tiger setiap malam akan ditempa dengan pertarungan yang berutal.
Tentu saja agar tidak banyak mengurangi pasukan, William melindungi dari bayangan. Sedangkan pasukan asassin sebaliknya, dia selalu berada dalam tempat gelap, dalam proses latihanya banyak tusukan tusukan dalam tubuhnya, pada hari pertama banyak perempuan yang ingin menyerah.
Tapi karna kekejaman Reina, pasukan asassin membuang pikiran ini, mengikuti setiap latihan Reina dengan nyawa sebagai taruhannya, karna itu luka menjadi hal biasa bagi pasukan asassin, juga karna mereka selalu berlatih dalam kegelapan, mereka menjadi terbiasa dan bisa melihat dalam kegelapan dengan normal.