Chereads / Dalam Genggamanku / Chapter 20 - Ibu dan Anak

Chapter 20 - Ibu dan Anak

Markas sinclous, seseorang penjaga berteriak " biarkan aku bertemu bos ". Lelaki tua berjalan keluar, dia memiliki tubuh kekar dengan wajah menyeramkan, dia adalah pemimpin geng sinclous bernama sayo, melihat anak buahnya panik seperti ini membuat sedikit marah " keraskan suaramu dan aku akan menembakan peluru ke kepalamu,,"

Ini membuat penjaga ketakutan, tapi dia masih berkata " ini bos, saya menemukan ini di depan gerbang, coba lihat bos,,", Sayo mengambil kotak itu dan membukanya, seketika dia meraung marah " bajingan siapa yang berani menyakiti anakku,,".

Dia menatap penjaga, mencekik tenggorokannya " katakan siapa yang melakukan ini, jika tidak kamu akan mati hari ini,,,", penjaga susah bernapas tapi dia tetap mengatakan terbata bata " huk,,tidak tau bos,huk huk,, tiba itu sudah ada didepan,, yang rendah ini berani bersumpah.."

" tidak berguna …" Sayo melemparkan penjaga kesamping, mukanya memerah dan urat dahinya keluar. Sesorang perempuan keluar, dengan tubuh seksi dan dada E cup memantul setiap langkahnya, wajahnya yang cantik tersembunyi di balik cadar, rambutnya pirang menambah kecantikannya dia bernama Rinata

Rinata mendatangi penjaga tadi dan bertanya " apa yang terjadi..", penjaga menoleh, saat dia melihat siapa itu dia langsung menundukan kepala karna dia tau identitasnya lebih menakutkan dari bos, dengan buru buru berkata " tadi sebuah kotak misterius tiba tiba muncul didepan gerbang, didalamnya terdapat sebuah surat dengan 1 jari, dilihat dari jarinya itu adalah jari tuan muda,,"

Rinata meletakan tangan didagu, memiringkan kepala sebelum tersenyum " menarik, siapa yang berani melakukannya, walaupun geng ini hanya kelas rendah tapi geng ini memiliki hubugan dengan geng kelas menengah dan banyak yang tahu tentang ini, tapi orang itu tetap berani membuat marah pemimpinnya,, apakah dia bodoh atau dia memiliki kekuatan untuk mengatasi ini,,"

Dia mendatangi bos Sayo dan berkata " tenanglah, mungkin orang itu sengaja membuatmu marah,,". Sayo menoleh kesamping, walaupun dia sangat marah. Sayo mencoba tenang , melihat ini Rinata bertanya " menurut kenapa orang itu berani melakukan ini.."

" tidak peduli apapun alasannya, aku akan memotong tubuhnya dan memberi makan anjing,," Sayo mendengus dingin.

Rinata berkata lembut, menenangkannya " lebih baik kau tidak ceroboh, karna orang itu berani melawanmu, mungkin dia memiliki geng kuat dibelakangnya, akan lebih baik kau mencari informasi tentang ini dulu,,,,,,"

" em,, kau masuk akal. Tapi kehidupan anakku ada ditangan banjingan itu,," Sekarang sayo lebih tenang, dia memikirkan dan merasa ini juga aneh tapi kehidupan anaknya masih ditangan William. Tidak mungkin dia mempunyai waktu mencari informasi. Sedangkan waktu disurat adalah hari ini dia harus datang sendiri kalau tidak setiap waktu yang dilewati, potongan tubuh anaknya akan dikirim didepan gerbang.

Rinata memikirkan ini, membuat Rencana. Beberapa saat kemudian dia menyarankan " karna dia belum membunuh anakmu, orang itu pasti memilki tujuan. Dengan kata lain selama tujuan itu tidak terpenuhi, anakmu masih akan hidup. Bagaimana jika kau mengatur tempat pertemuan di tempat hutan terlarang , dan sesampainya disana aku ingin kau mengulur waktu. Sisanya serahkan padaku,,,"

….

Sekarang William sedang melanjutkan perjalanan dengan Reina, dia mengikat sioka di lorong tadi dan melupakannya. Setelah berjalan 10 meter, dia dihentikan oleh anak kecil. Anak kecil ini sangat kurus dan kotor, rambutnya dikepang dua. William melihat dia menarik jubahnya dengan tangan kecilnya, mata besar menatap dengan menyedihkan dengan suara kanak kanak.." apa tuan mau membeli Nana, Cuma 1 roti.. ibu belum makan,,"

Melihat ini Willian berjongkok, mengangkat tangan ke rambutnya dan bertanya " apa kamu belum makan,,"

"en,,nana tidak makan selama 2 hari,, " Mata besarnya menatap Willian dengan penuh harap. William berfikir karna dia perlu orang untuk markasnya. Tidak masalah membantu ibu dan anak, jadi dia berkata " antarkan aku ke ibumu, nanti aku memberikan makanan.."

"benarkah tuan.."

" en.."

" terima kasih tuan,, ibu tinggal sebelah sana. Ikuti nana.." Nana dengan gembira menyeret tangan William. Reina berjalan disamping mengerut kening, tidak senang tuannya disentuh. Walapun dia masih kecil tapi dia tetaplah seorang gadis.

Berbelok kekiri, William melihat rumah kumuh yang hampir roboh, dia melihat Nana menariknya masuk dengan gembira berteriak dengan suara seperti lonceng " buk,,aku membawa dermawan,bu aku masuk.. "

" Nana , berapa kali ibu bilang jangan pergi keluar,, itu bahaya..huk huk.." suara lemah lembut terdengar dari dalam.

William dan Reina masuk dan melihat seorang wanita dewasa berbaring lemah ditumpukan kertas, bajunya telah robek. Wanita ini bernama Ratna, dia dulu merupakan keturunan geng kelas menengah. Dengan tubuh montoh dan tinggi ideal, memiliki rambut hitam mulus. Ratna telah menjadi pujaan di hati banyak orang

Suatu hari ayah mertuanya menyinggung geng besar dan markasnya dihancurkan, suaminya berkorban agar dia dan anaknya bisa melarikan diri,.

" maaf tuan merepotkanmu..anakku tidak bermaksud menyinggung" melihat orang orang masuk, Ratna dengan cepat duduk. Tidak berani menyinggung William, karna takut akan ada orang yang mengenalinya.

" nana tidak melakukan hal yang salah " nana cemberut tidak senang

William mengambil tempat duduk dan tersenyum " Kau tak perlu khawatir, aku disini untuk menawarimu pekerjaan, tentu aku tidak akan memaksamu. Ini roti untukmu dan anakmu.." William menyerah sebungkus roti kedepan Ratna.

Nana menatap roti dengan mata besar, mulutnya berair, dia dengan buru buru menghapusnya dan berkata " ibu makan, ibu belum makan 2 hari ini,,nana belum lapar.."

Menatap anaknya, mata Ratna basah. Dia melihat ke William dan membungkuk " tuan, aku tidak perlu digaji. Asalkan tuan bisa memberi makan anakku.. aku akan bekerja dengan keras,, "

" kau tak perlu khawatir,, aku akan memastikan kalian berdua hidup dengan nyaman,, sekarang bereskan barang barangmu. Kita akan berangkat " suara hangat William terdengar

Ratna sangat bersyukur, dia membungkuk sekali lagi dan menyeret anaknya " terima kasih Tuan, Nana berterima kasih pada tuan.." .Nana tidak mengerti, tapi melihat ibunya gembira. Dia berfikir ini hal baik jadi dengan cepat mengikuti ibunya