Chereads / IMPIAN EMAK UNTUK IFA / Chapter 55 - PERMINTAAN

Chapter 55 - PERMINTAAN

Apakah Rizky marah sama gue? Apakah gara-gara tadi malam? tanya Ifa dalam hati?

⭐⭐⭐

Happy reading ❤

"Iky kenapa Fa? Kok mukanya jutek banget. Biasanya dia cium kamu, kok pagi ini nggak?" tanya bunda Ulfa kepo.

"Nggak tau tuh bun. Dari tadi pagi mukanya asem aja. Ngambek kali." jawab Ifa cuek.

"Gimana kabar cucu-cucu Uti? Kamu masih mual-mual? Nggak kepengen makan apa gitu, Pah? Biar bunda bikinin buat kamu."

"Alhamdulillah mualnya nggak parah bun. Cuma mual kalau cium bau Iky pas pulang kantor, bau badannya nggak enak banget. Tapi kalau dia sudah mandi ya biasa aja."

"Bau badan? Setau bunda, keringat Iky nggak bau. Ooh.. bawaan bayi itu mah." Bunda Ulfa tertawa girang mendengar cerita ngidam sang menantu.

"Bun, pernah nggak pas hamil Iky bunda kepengen hal-hal yang aneh? Misalnya makan disuapin mantan atau cowok lain." tanya Ifa.

"Bunda nggak punya mantan. Pacar bunda ya cuma si ayah. Tapi bunda pernah tuh kepengen banget ketemu sama salah satu aktor ngetop pada jaman itu. Cuma kepengen cubit pipinya. Bayangin aja tuh aktor tinggalnya di Jakarta, kita tinggal di Magelang saat itu. Pusing deh si ayah waktu itu. Untung aja pas kita jalan-jalan ke mall ketemu sama tuh aktor yang ternyata sama-sama orang Magelang."

"Terus bunda jadi cubit pipi tuh aktor?"

"Nggak. Begitu ketemu, bunda malah ilfil banget liatnya. Tuh aktor malah bunda maki-maki. Si ayah sampai malu dan berkali-kali harus minta maaf sama tuh aktor. Untunglah si aktor nggak marah waktu dikasih tau kalau bunda lagi hamil. Malahan aktor juga menawarkan untuk memukul pipi dia kalau memang masih belum puas memaki-maki. Syukurlah hal itu nggak kejadian. Karena selanjutnya bunda malah minta foto bareng." Ifa tertawa membayangkan bagaimana ayah Amir harus membujuk sang istri dan sekaligus meminta maaf kepada aktor tersebut.

"Pernah ada kejadian lain bun?" Bunda Ulfa berusaha mengingat, lalu menggeleng.

"Kenapa, Fa?" tanya bunda Ulfa. "Kamu ngidam aneh kayak gitu?"

Ifa pun menceritakan kejadian semalam saat dia ingin bertemu temannya. Bunda Ulfa sampai melongo mendengar cerita menantunya. Kejadian ngidam yang kurang lebih sama dengan yang dulu dialaminya saat hamil Rizky.

"Tapi memang itu keinginan jabang bayi atau kamu yang iseng?" selidik bunda Ulfa. Ifa menjawabnya dengan cengiran jahil. "Ya ampun, kamu tuh sudah tau suaminya cemburuan masih aja berulah. Kalau nanti anak bunda beneran marah dan ngambek kayak dulu gimana?"

"Habisnya Iky nyebelin bun. Akhir-akhir ini Ifa sering dicuekin sama dia. Setiap habis makan malam dia pasti sibuk dengan pekerjaannya. Kadang Ifa bangun tengah malam, dia masih sibuk di depan laptop. Dia jarang perhatiin Ifa. Padahal lagi hamil begini kan Ifa pengen dimanja dan disayang-sayang, bun." Adu Ifa kepada mertuanya.

"Tapi kalau nanti dia beneran marah gimana?"

"Rencananya siang ini Ifa mau ke kantor dia, bun. Kebetulan akhir-akhir ini Iky sering terlambat makan. Bahkan kemarin Iky skip makan siang."

"Ya sudah, nanti kamu minta antar sama bang Edy. Hari ini kamu ke resto? Jangan terlalu capek sayang. Ingat apa kata encing Husna."

"Bun, beli duren yuk." ajak Ifa tiba-tiba.

"Ini masih pagi lho Fa. Lagipula memangnya kamu doyan duren? Setau bunda kamu kan nggak doyan duren."

"Nggak tau nih bun, tiba-tiba pengen banget makan duren. Maunya sih dibeliin sama Iky, tapi mau minta tolong dia nggak enak. Bunda lihat sendiri kan gimana mukanya tadi pas berangkat." Ifa bergelayut manja pada Ulfa. "Ayah ke kantor nggak bun? Ajak ayah cari duren yok. Ayah kan doyan banget duren."

"Ada apa nih sebut-sebut ayah?" tiba-tiba Amir hadir di antara mereka, sudah berpakaian rapi.

"Ayah mau kemana?"

"Ayah mau ke kantor. Tadi Ridwan hubungi ayah, katanya ada dokumen yang harus ayah tanda tangani. Kamu mau ikut?" Wajah Ifa berubah mendung saat mendengar mertuanya mau ke kantor.

"Padahal Ifa baru mau ajak ayah cari duren." ucap Ifa sedih.

"Mas, bilang sama mas Ridwan kamu datangnya siangan. Kasihan itu cucu-cucunya pengen duren." bujuk bunda Ulfa. "Memangnya mas mau cucunya ileran?"

Amir menghela nafas. Kalau sudah istrinya yang meminta, susah untuknya menolak. Apalagi di sampingnya ada Ifa yang memasang wajah memelas.

"Ya sudah, aku kasih tau Ridwan datangnya siangan. Demi cucu dan menantu." Wajah Ifa langsung cerah mendengar ucapan mertuanya.

⭐⭐⭐

"Al, gue ke kantor Rizky ya. Mau bawain makan siang sekalian bujukin dia yang lagi ngambek."

"Eh iya, elo dan Rizky kenapa sih?" tanya Alana penasaran. Saat itulah Mutia masuk ke ruangan.

"Bang Rizky ngambek, Al." ucap Mutia sambil tertawa. "Gara-gara tadi malam tuh."

"Elo bikin ulah apa Fa?" tanya Alana lagi. "Pantesan tadi pas sarapan mukanya ditekuk melulu."

Ifa menceritakan semua yang terjadi semalam. Mutia dan Alana tertawa ngakak mendengar cerita Ifa.

"Elo nggak marah Mut? Si Ifa ngebajak laki lo."

"Gue sempat kaget pas Ifa nge video call si Fadhil. Untung aja kita sudah selesai ena-ena, tapi kita masih belum pakai baju. Qiqiqiqiqi...😄" Mutia terkikik mengingat kejadian semalam. "Fadhil sempat ngajak gue, tapi gue nolak. Badan gue capek banget habis diajak main dua ronde."

"Mentang-mentang pengantin baru." ledek Alana. "Gue aja nggak gitu-gitu banget, Mut."

"Laki lo sudah tua, Al." ledek Ifa. "Bedalah sama suami-suami kita."

"Sialan lo. Sudah sana buruan pergi. Jangan sampai laki lo tambah ngambek. Oh iya, itu duren mau diapain, Pah?" tanya Alana. "Tumben amat elo beli duren segitu banyak. Elo kan nggak doyan duren."

"Nggak tau tiba-tiba aja tadi pagi kepengen beli duren bareng ayah Amir. Ya sudah, gue pergi dulu ya. Durennya lo makan aja bareng anak-anak."

⭐⭐⭐

"Yang, masih marah?" tanya Ifa sambil membuka bekal makan siang yang ia bawa.

"Hmm..."

"Makan dulu yuk. Ini sudah jam satu lebih lho. Nanti kalau sakit gimana?" Rizky tak bergeming dari laptopnya. "Yang, ayo dong makan dulu."

"Hmm..." Sekali lagi hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Rizky. Karena kesal, Ifa langsung berdiri hendak keluar dari ruangan. Belum sampai pintu, tiba-tiba tangannya ditarik oleh Rizky hingga dirinya menabrak dada sang suami.

"Kalau elo nggak mau makan bilang. Jangan ham hem ham hem aja." sungut Ifa kesal. "Kalau tau elo nggak mau makan, ngapain gue kesini. Hargain dong kalau istri sudah bela-belain bawa makanan."

Cup.. cup.. cup... bukannya menjawab omelan Ifa, Rizky malah mengecup bibir istrinya. Saat Ifa membuka mulut hendak memprotes, Rizky langsung membungkamnya dengan ciuman yang lembut. Cukup lama mereka berciuman dan akhirnya berhenti karena ciuman mereka bertambah panas. Daripada terjadi hal-hal yang diinginkan, lebih baik segera berhenti🤭. Rizky menarik Ifa duduk ke sofa yang ada di ruangan tersebut.

"Suapin." Ifa tersenyum mendengar permintaannya suaminya.

"Bilang dong kalau minta disuapin."

"Semalam Fadhil nggak minta disuapin tapi kamu suapin. Masak suami sendiri harus bilang dulu baru disuapin." sahut Rizky masih dongkol dengan kejadian semalam. "Lagian ngapain sih pake pegang-pegang tangan, suap-suapan, lap-lap mulut segala? Kalau orang nggak tau, gue disangkain supir nganter orang kencan. Gue masih bisa sabar waktu elo nyuruh gue duduk terpisah. Gue sudah mulai terganggu pas elo suap-suapan. Dan gue....." Rizky tidak bisa meneruskan omongannya karena disuapi sesendok penuh makanan.

"Nggak usah ngomong kalau lagi makan, nanti keselek. Jadi semalam itu cemburu beneran?"

"Uumm... " Baru mau menyahut, lagi-lagi Ifa menyuapi sesendok penuh.

"Nggak usah pake cemburu apalagi marah. Itu kan maunya jabang bayi yang ada di perut gue. Lo tau nggak, tadi pagi habis elo berangkat, gue dan ayah beli duren. Gue habis sampai sekitar 5 biji. Padahal biasanya gue kan nggak doyan duren. Kalau bukan maunya si jabang bayi, mana mungkin gue makan duren sebanyak itu. Apa hubungannya gue juga nggak bisa jelasin pake logika."

"Kalau ngidam makanan aku masih oke, Yang. Tapi kalau kamu ngidam model kayak tadi malam, aku nggak suka. Jangan-jangan habis ini kamu minta ketemuan sama Ruben, mantan kamu."

"Hmm... ide bagus tuh." sahut Ifa yang langsung mendapat ketokan pelan di kepalanya. Ifa terkekeh saat dilihatnya wajah Rizky kembali cemberut. "Nggak usah khawatir, si Ruben sekarang stay di kampung halaman ibunya di Amerika sana. Lagipula dari berita yang gue dengar sekarang dia doyannya sama laki. Hihihihi...🤭. Jadi kalaupun gue ketemuan sama dia, aman bro."

"Tetap aja dia laki, Fa. Mau tuh laki doyan cewek atau cowok, aku tetap nggak suka. Oh iya, aku mau usul. Bisa nggak kamu ganti salon dan hairdresser? Aku nggak suka liat Raymond pegang-pegang kamu. Bukan hanya pegang kepala, tapi dia suka sengaja pegang atau bahu kamu."

"Raymond itu kan jelas-jelas melambai, sayang. Masak cemburu sama yang model begitu."

"Raymond gayanya aja yang melambai, Pah. Dia itu lelaki tulen. Aku kan temenan sama dia pas SMA. Sekarang dia sudah menikah dan punya anak 2. Tapi emang dasarnya dia genit, makanya dia sengaja melambai gitu biar bisa pegang-pegang cewek. Kalau liat penampilan aslinya di luar salon mah macho banget."

"Ah yang benar?"

"Serius. Makanya kamu ganti salon ya. Pergi ke salon muslimah punya teman SMA ku aja, si Dini. Disana aman. Nggak ada cowok lain yang pegang-pegang kamu." Ifa mengangguk patuh.

"Sekarang sudah nggak cemburu dan marah lagi kan?" tanya Ifa setelah selesai menyuapi Rizky.

"Yang, aku punya satu permintaan sebagai suami."

"Apa? Jangan bilang elo minta jatah." Rizky cengengesan mendengar ucapan Ifa.

"Tolong kalau ngomong jangan pakai elo gue lagi. Ganti dengan aku kamu. Bisa nggak? Kayaknya lebih mesra kalau panggilnya pakai aku kamu gitu. Lebih keliatan suami istrinya." Ifa menatap heran suaminya yang tiba-tiba mengajukan permintaan tersebut.

"Hmm.. bisa nggak ya? Kok mendadak gitu sih?"

"Ini maunya anak-anak kita. Padahal aku nggak keberatan lho. Nggak tau kenapa pengen aja dipanggil lebih mesra oleh istri tercinta." sahut Rizky sambil tersenyum manis.

"Iih.. kok elo.. eh kamu ikutan ngidam sih? Itu kan ranah gu.. eh aku. Aah.. susah Ky." rengek Ifa kesal.

"Beneran yang, ini maunya anak-anak kita." Rizky menahan tawa melihat wajah Ifa yang seolah tersiksa harus merubah cara memanggil.

"Ya sudah, gu.. eh aku coba." Ifa menyetujui sambil cemberut, membuat Rizky menjadi gemas.

"Makasih ya, Yang." Rizky mengecup kening Ifa. "Kamu mau nungguin aku sampai pulang atau mau duluan?"

"Hmm.. gu.. eh aku boleh balik ke resto nggak?" tanya Ifa ragu, khawatir tidak diperbolehkan.

"Tadi kesini diantar bang Edi kan? Kamu boleh ke resto tapi nanti pas aku jemput, kamu harus pulang. Nggak boleh ada alasan pulangnya nunggu resto tutup. Sudah ada karyawan yang urusin itu kan?"

"Iya sih, sekarang ada Mutia. Biasanya dia yang nunggu sampai resto tutup."

"Mutia? Dia dijemput Fadhil?"

"Biasanya gitu. Namanya juga pengantin baru. Kenapa?"

"Kalau gitu, habis maghrib aku langsung jemput kamu. Aku nggak mau kamu ketemu sama Fadhil, apapun alasannya."

"Bawa pulang kerjaan?" selidik Ifa.

"Hmm.. kayaknya. Ada beberapa report yang harus aku periksa untuk kelengkapan proyek baru di Batam."

"Kalau gitu, kamu nggak usah jemput. Gue.. ehm.. aku pulang sama Alana aja."

"Lho kenapa? Mau ketemu Fadhil?" tanya Rizky curiga.

"Ngapain gue pulang buru-buru kalau di rumah juga bakal dicuekin sama elo."

"Pah, kok pakai elo gue lagi?"

"Susah," jawab Ifa kesal. "Gue pulang. Menyebalkan."

⭐⭐⭐