Happy Reading❤
"Mak, Ifa mau ke rumah Cilla ya. Kangen sama si Quina. Sekalian kumpul-kumpul. Nanti Alana pulang dari resto juga kesana. Kebetulan sudah lama kita nggak ngumpul. Terakhir ketemu pas kawinan Onit."
"Elo kan baru aja balik dari resto, Pah. Memangnya elo nggak capek?" tanya emak khawatir mengingat Ifa sedang hamil muda. Kembar tiga pula. Bawa satu bayi aja lumayan melelahkan, apalagi ini 3 bayi.
"Nggak capek kok mak. Lagipula nanti Meta dan Guntur yang bakal jemput. Jadi nanti di dalam mobil, Ifa akan tidur sebentar"
"Elo sudah izin sama laki lo?" tanya emak Bella. "Jangan sampai dia marah."
"Hmm.. jangan-jangan dia juga nggak bakal nyadar kalau istrinya nggak di rumah. Dia kan sibuk banget sama kerjaannya." gumam Ifa pelan namun rupanya terdengar oleh emak yang langsung menghadiahinya pukulan di bahunya.
"Kalau ngomong yang bener! Lemes banget dah tuh mulut." omel emak Bella.
"Siapa yang lemes? Emang beneran dia sibuk banget sama kerjaannya. Emak tau nggak kalau tiap habis makan malam, dia bakalan buka laptop dan kerja sampai lewat tengah malam?"
"Dia kan kerja keras buat elo dan anak-anak, Pah."
"Ya, tapi nggak tiap malam juga dong dia bawa pulang kerjaan. Kapan dia istirahatnya? Kapan Ipah disayang-sayang?" balas Ifa kesal. "Emak kan tau kalau wanita hamil tuh pengen banget disayang-sayang sama suami. Bukannya dicuekin gitu. Belum lagi kalau nanti dia kecapekan dan sakit gimana?"
"Hati-hati kalau ngomong. Kalau jadi kenyataan elo juga yang repot," Emak Bella mengingatkan dengan lembut. "Elo sebagai istri harus ngertiin dia. Jangan egois. Kalau suami lagi banyak pekerjaan seperti itu, elo dukung dia. Bukannya malah menuntut perhatian lebih."
"Terserah deh mak. Ipah malas debat sama emak. Pasti Ipah salah melulu. Emak ngebelain Iky melulu. Ipah pergi dulu ya. Tuh Meta dan Guntur sudah sampai."
"Jangan lupa izin sama suami lo." Ifa terus melangkah sambil melambaikan tangan tanpa melihat emak. Emak Bella hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Ifa yang sedang mutung.
"Iya, nanti Ipah kabarin dia pakai WA," jawab Ifa sambil ngeloyor pergi meninggalkan emak Bella yang masih ngedumel sendirian.
"Kenapa muka lo ditekuk gitu, Pah? Berantem sama emak? Atau habis ribut sama Iky?" tanya Meta dalam perjalanan. "Elo sudah kabarin Rizky kan kalau pergi sama kita?"
"Hmm..." Ifa tidak menyahuti pertanyaan Meta. Ia sibuk mengirim pesan kepada Rizky. Memberitahu bahwa ia akan ke rumah Cilla.
"Kenapa lo? Sakit gigi? Tumben nggak banyak omong."
"Bawel lo, Met." sungut Ifa. Ia sedang kesal karena pesannya belum dibaca oleh Rizky.
"Dih, nih anak lagi bad mood ya?"
"Met, mood ibu hamil memang begitu. Suka berubah-ubah. Kamu harus ngertiin sahabat kamu, dong." Guntur mengingatkan sambil meraih tangan Meta dan menggenggamnya. "Nanti kalau kamu hamil juga begitu. Bisa tiba-tiba galak dan moody kayak Ifa."
"Dengerin tuh Met apa kata pak dokter," ucap Ifa. "Eh, kok tumben elo bisa ikut kumpul, Tur? Nggak ada giliran jaga?"
"Nih gue baru pulang jaga, Meta minta antar ke rumah Cilla. Daripada dia ngambek ya mending gue antar dulu."
"Emangnya elo nggak capek?"
"Capek sih, tapi demi calon istri tercinta gue rela kurangin jam istirahat gue. Lagipula nanti di rumah Cilla gue bisa numpang istirahat."
Dari belakang Ifa memandang pasangan tersebut. Hatinya seakan teriris bila mengingat betapa akhir-akhir ini Rizky lebih mementingkan pekerjaan daripada dirinya yang sedang hamil. Dasar suami menyebalkan, omel Ifa dalam hati.
⭐⭐⭐⭐
"Pah, jam segini elo belum pulang nggak papa?" tanya Alana yang baru datang setengah jam yang lalu. "Nggak dicariin Rizky?"
"Elo nanti dijemput bang Zayyan, Al?" Bukannya menjawab, Ifa malah bertanya balik. "Rizky nggak bakal nyariin gue. Dia lagi sibuk." WA gue aja belum dibaca, omel Ifa dalam hati.
"Elo berantem lagi sama dia?" tanya Alana khawatir. Ifa diam saja, malah sibuk bermain dengan Quina yang masih terlihat segar pada jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.
"Pah, elo tuh jangan berantem mulu sama babang Iky. Nggak baik buat bayi-bayi lo." Cilla yang duduk sambil menggendong Quina. "Janin bisa merasakan perubahan emosi ibunya lho."
"Gue nggak berantem. Biasa aja." jawab Ifa singkat.
"Kalau nggak berantem, kok dari tadi dia nggak telpon elo. Padahal biasanya kalau jam segini elo belum sampai rumah, dia pasti bakal telpon elo berkali-kali." tanya Onit atau yang sekarang sudah menjadi Nyonya Rivaldi.
"Telpon kali. Gue dari tadi belum liat hp." sahut Ifa cuek. "Hpnya gue silent. Mana bang Aldi, Nit? Nggak ikut?"
Onit, Meta, Cilla dan Alana saling berpandangan mendengar jawaban Ifa. Nggak salah lagi, pasti Ifa lagi berantem dengan Rizky, pikir mereka.
"Mas Aldi praktek sampai jam 10 malam. Nanti dari rumah sakit baru jemput kesini," jawab Onit. "Rizky nanti jemput elo kesini kan?"
"Nit, selamat ya. Gue dengar elo sudah positif. Laki lo emang tokcer," puji Ifa berusaha mengalihkan pembicaraan. "Belum dua bulan kawin, elo sudah hamidun. Ajarin Alana tuh biar cepat hamil."
"Yeee.. gue mah santai Pah. Abang lo juga nggak ngeburu-buru buat hamil. Gue dan bang Zayyan menikmati prosesnya. Kalau memang sudah rejeki, pasti Allah kasih." jawab Alana sambi terkekeh. "Elo sama Rizky aja 3 tahun kawin baru hamil. Lagian, kalau gue ikutan hamil siapa yang mau urus resto. Gantian dong."
Sementara itu di rumah, Rizky masih sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak menyadari sampai jam 10 malam Ifa belum pulang. Memang tadi emak Bella sudah memberitahu kalau Ifa pergi ke rumah Cilla untuk bertemu sahabat-sahabatnya. Dua hari lagi dia harus pergi ke Batam untuk mengurus proyek baru. Itulah sebabnya malam ini ia sibuk menyelesaikan dokumen yang akan dibawa. Kali ini om Ridwan memintanya untuk mendampingi ke Batam. Saat hendak keluar kamar untuk mengambil minum barulah Rizky menyadari istrinya belum pulang. Dilihatnya jam dinding yang menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Setelah mengambil minum, Rizky langsung menelpon Ifa namun tak diangkat. Rizky mencoba beberapa kali namun tak juga berhasil. Akhirnya Rizky mencoba menghubungi Athar.
"Assalaamu'alaikum. Thar, sorry gue ganggu nih malam-malam."
"..."
"Nggak, gue cuma mau tanya. Tadi Ifa ke rumah lo?"
"..."
"Oh, dia pulang sama Alana dan bang Zayyan."
"...."
"Iya, tadi gue nggak bisa ikut ke rumah lo. Lagi banyak banget kerjaan."
"....."
"Oke, makasih bro infonya. Sorry ya gue ganggu istirahat lo. Salam buat Cilla."
Setelah memutus pembicaraan dengan Athar, Rizky berusaha menghubungi Alana. Namun lagi-lagi tak berhasil. Akhirnya Rizky menghubungi Zayyan dan kali ini berhasil.
"Assalamu'alaikum. Bang Zayyan lagi sama Alana dan Ifa?"
"....."
"Oh gitu bang. Ah, nggak ada apa-apa. Cuma dari tadi Iky berusaha telpon Ifa nggak berhasil."
"....."
"Oh ya sudah kalau memang dia pengen makan sate padang dulu."
"..."
"Iya bang. Nggak papa kok. Iky cuma khawatir aja karena hp-nya nggak bisa dihubungi. Tapi kalau memang dia lagi sama bang Zayyan dan Alana, Iky lebih tenang."
"....."
"Iya bang. Oke bang."
Setelah memutus pembicaraan dengan Zayyan, Rizky memutuskan menunggu Ifa di kamar. Tadi bang Zayyan memberitahu kalau Ifa mendadak ingin makan sate Padang saat mereka pulang dari rumah Cilla. Kenapa Ifa tidak memberitahu kalau mau ke rumah Cilla? tanya Rizky dalam hati. Padahal biasanya dia pasti minta izin kalau mau pergi. Atau mungkin ada pesan yang terlewat kubaca? Rizky buru-buru membuka aplikasi WA dan benarlah ada pesan singkat dari Ifa yang memberitahu bahwa dia akan ke rumah Cilla. Hanya itu. Memberitahu, bukan meminta izin. Tumben, pikirnya.
Sambil menunggu Ifa pulang, Rizky kembali disibukkan dengan pekerjaannya. Saking sibuknya ia tak menyadari Ifa yang masuk ke dalam kamar. Rizky menyadari kehadiran Ifa, saat ia mendengar pintu kamar mandi ditutup dengan agak keras. Rizky menghela nafas kesal. Bukannya seharusnya gue yang marah ya karena dia nggak izin dulu sama gue. Apalagi tadi dia nggak bisa dihubungi. Tak lama kemudian Ifa sudah keluar dari kamar dengan mengenakan celana pendek dan kaos longgar. Karena di dalam perutnya ada 3 jabang bayi, maka perutnya sudah mulai terlihat membulat. Rizky memperhatikan istrinya yang berjalan ke tempat tidur tanpa menegurnya seperti biasa.
"Kamu dari rumah Cilla?" Akhirnya Rizky memecahkan kesunyian di antara mereka. "Kok nggak bilang dari siang kalau mau pergi?"
"Lupa," jawab Ifa singkat sambil masuk ke dalam selimut.
"Nggak biasanya kamu lupa begitu."
"Nggak ngaruh juga kan bilang atau nggak." gumam Ifa.
"Fa, seorang istri kalau mau pergi harus izin sama suami. Bukan pergi seenaknya gitu," tegur Rizky dengan nada agak keras. "Apalagi dari tadi kamu nggak bisa dihubungi. Hp kamu habis baterai atau di silent?"
"Mungkin habis baterai. Nggak tau. Dari tadi nggak pegang hp." jawab Ifa dengan nada ketus. "Yang penting gue sudah kasih tau kan kalau mau pergi. Salah sendiri kenapa pesannya nggak dibaca."
"Kamu kenapa sih? Itu kenapa ngomongnya pake elo gue lagi? Aku sudah bilang kan untuk merubah cara bicara kamu."
"Emang ngaruh? Toh gue nggak manggil elo baj***an atau an***g. Santai ajalah."
"IFA!! APA SIH MAKSUD KAMU NGOMONG KAYAK GITU?!" bentak Rizky kesal.
"NGGAK ADA MAKSUD APA-APA. GUE NGGAK SUKA AJA ELO NGATUR-NGATUR GUE!" jawab Ifa mulai kesal. Hormon ibu hamil membuatnya gampang meledak seperti saat ini. Apalagi ia memang sedang kesal pada Rizky
"KAMU ITU ISTRI AKU! KAMU HARUS NURUT SAMA AKU!!"
"MASIH INGAT PUNYA ISTRI?!" Balas Ifa marah. "KALAU ELO SADAR PUNYA ISTRI, HARUSNYA ELO BACA DAN BALAS PESAN DARI GUE. BUKANNYA DIDIEMIN KAYAK GITU. KALAU ELO MASIH INGAT PUNYA ISTRI SEHARUSNYA ELO JEMPUT ISTRI LO YANG LAGI HAMIL. GUE YAKIN, WALAU ELO NGGAK BACA PESAN DARI GUE, EMAK PASTI KASIH TAU KEMANA GUE PERGI. BUKANNYA MALAH SOK SIBUK SAMA KERJAAN LO!!"
"GUE ITU SIBUK SAMA PEKERJAAN, BUKAN MAIN-MAIN! SEBAGAI ISTRI ELO HARUSNYA BISA MEMAHAMI KESIBUKAN GUE. HARUSNYA GUE PULANG, ELO MENYAMBUT GUE. BUKANNYA MALAH KELAYAPAN SAMPAI MALAM!" Kali ini Rizky benar-benar mulai terpancing amarahnya.
"NGAPAIN JUGA GUE DI RUMAH KALAU AKHIRNYA ELO CUEKIN?! BUKAN CUMA ELO YANG SIBUK. DILUARAN SANA JUGA BANYAK SUAMI YANG SIBUK DENGAN PEKERJAANNYA TAPI MASIH SEMPAT MEMPERHATIKAN ISTRINYA YANG SEDANG HAMIL. LO LUPA KALAU GUE HAMIL? LO LUPA KALAU DI DALAM PERUT GUE ADA ANAK-ANAK LO? SAKING SIBUKNYA SAMA PEKERJAAN, ELO LUPA KALAU KEMARIN ITU SEHARUSNYA ELO NEMENIN GUE PERIKSA KEHAMILAN. ELO ITU KAWIN SAMA GUE ATAU SAMA PEKERJAAN LO? SILAHKAN MULAI MALAM INI ELO TIDUR SAJA SAMA LAPTOP YANG SELALU LO LIATIN SEMALAMAN!!"
Dengan emosi yang memuncak, Ifa keluar bangkit dari tempat tidur dan keluar kamar serta membanting pintu kamar dengan keras. Di luar kamar Ifa bertemu dengan Zayyan dan Alana yang rupanya sedari tadi berdiri di depan pintu kamar.
"Pah, elo nggak papa? Sabar Pah. Jangan emosian begitu. Nggak baik marah-marah, kasihan bayi-bayi lo," bujuk Alana.
"PERCUMA PUNYA SUAMI, KALAU AKHIRNYA GUE HARUS NGEJALANIN KEHAMILAN INI SENDIRIAN!! JADI LELAKI JANGAN CUMA MAU ENAKNYA DOANG! NGERTIIN DONG ISTRINYA!!" Alana langsung menarik Ifa menuju kamarnya. Ia khawatir emak dan babe terbangun karena suara Ifa yang keras.
"Ssst.. sudah Pah, sudah. Jangan teriak-teriak lagi. Sudah malam. Nggak enak kalau kedengeran sama emak dan babe. Belum lagi kalau ayah dan bunda juga dengar suara lo yang kencengnya kayak speaker kawinan." Alana berusaha menenangkan Ifa yang masih emosi.
"Gue nggak suka dia ngatur-ngatur, sementara dia nggak peduli sama gue. SANA LO ATUR AJA PEKERJAAN LO!!" teriak Ifa marah. Alana sampai harus membekap mulut Ifa agar tak lagi berteriak. Alana mendudukan Ifa di atas sofa yang ada di kamar. Diambilnya segelas air putih hangat dan diberikan kepada Ifa yang masih terlihat emosi.
Sementara itu Zayyan berusaha menenangkan Rizky yang juga terlihat emosi akibat pertengkaran itu. Ini adalah pertengkaran besar mereka setelah kesalahpahaman di Lombok dulu. Baru kali ini mereka saling bicara dengan suara keras satu dengan lainnya.
"Sabar Ky, sabar. Jangan lo turutin emosi. Istri lo lagi hamil. Emosinya nggak stabil. Elo harus bisa ngertiin itu." bujuk Zayyan. "Apalagi dia merasa akhir-akhir ini elo nggak pernah perhatiin dia. Elo terlalu sibuk sama pekerjaan lo. Nggak usah heran kenapa gue bisa tahu. Tadi di jalan dia ngomel panjang pendek gara-gara kesal sama elo." terang Zayyyan berusaha menenangkan adik iparnya. " Sana lo ambil wudhu dan shalat, biar tenang. Jangan ikutin hawa nafsu lo. Bahaya. Setan lagi mengintai disaat elo lagi emosi begini."
"Tapi bang, gue juga kesal....."
"Iya gue tahu. Kalian berdua sama-sama kesal, sama-sama marah, sama-sama capek. Tapi dengan saling umbar emosi seperti sekarang ini nggak menyelesaikan masalah. Yang ada malah bisa tambah runyam. Malam ini biar Ifa tidur sama Alana. Elo tidur sama gue."
Akhirnya malam itu Ifa dan Rizky pisah kamar. Terpaksalah penganti baru malam ini tidur terpisah. Demi mencegah perang dunia.😁