Bagaimana kelanjutan pernikahan Ifa dan Rizky? Mampukah Rizky bertahan menghadapi kerasnya sifat Ifa? Yuk lanjut baca. Jangan lupa komen dan vote nya ya
Happy Reading ❤
Sore itu langit terlihat kelabu. Angin bertiup cukup kencang. Sepertinya hujan akan segera turun. Matahari yang akan menyelesaikan tugasnya pada hari itu, memilih untuk menyembunyikan dirinya lebih cepat. Semburat jingganya masih sedikit terlihat di sela-sela awan gelap yang menggantung. Sepertinya semesta ikut merasakan mendung yang meliputi hati orang-orang yang kini sedang duduk bersama di ruang VIP sebuah restoran mewah.
"Sepertinya kita harus turun tangan."
"Ya, kita harus ikut campur menangani masalah ini bila kita nggak ingin melihat mereka bubar di tengah jalan."
"Tapi apakah mereka benar-benar sudah tidak bisa dibujuk? Sesulit itukah membujuknya?"
⭐⭐⭐⭐
Sore itu Amir, Ulfa, Bella, Abdul, Zayyan dan Alana sedang duduk bersama untuk membahas kasus Ifa dan Rizky. Kini sudah hampir dua bulan keduanya berpisah. Kandungan Ifa semakin membesar, namun tak ada tanda-tanda keduanya akan kembali bersatu.
Ifa hingga saat ini tetap menolak untuk kembali bersatu. Rizky pun kekeuh tak ingin memaksa Ifa untuk kembali padanya. Malah kini sebagai pelarian Rizky lebih menenggelamkan dirinya pada pekerjaan. Ia sering dengan sengaja mengambil tugas keluar kota. Ridwan sebagai paman sekaligus pimpinan di kantor sudah mulai pusing melihat keponakannya menjadi workaholic. Rizky sering memilih menghabiskan waktunya di kantor. Bahkan beberapa kali Rizky memilih menginap di kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya, walaupun Ridwan tidak memintanya. Ulfa dan Bella mulai mengkhawatirkan kondisi kesehatan Rizky yang semakin hari semakin terlihat kurus.
"Jeng Ulfa, bagaimana Iky? Apakah dia masih sering lembur di kantor?" tanya Bella khawatir. "Beberapa hari terakhir ini aku lihat mobilnya baru sampai rumah menjelang tengah malam."
"Itulah mak, aku pusing menghadapi Iky. Bahkan Ridwan kemarin memberitahu kalau Iky mengajukan diri untuk pindah ke cabang Malaysia."
"Iky mau pindah ke Malaysia?" Tanya Bella tak percaya. "Tapi sebentar lagi Ifa akan melahirkan. Apakah Iky benar-benar tak ingin mendampingi Ifa saat melahirkan?"
"Entahlah, Mak. Iky memang belum bilang langsung mengenai hal tersebut."
"Apakah bu Ulfa pernah bertanya ke Rizky mengenai kelanjutan hubungannya dengan Ifa?" tanya Abdul. "Sebagai mertuanya, aku melihat situasi saat ini cukup gawat. Aku khawatir Ifa semakin nyaman dengan kesendiriannya."
"Bukan sekali dua kali kami bertanya, namun Iky tetap dengan pendiriannya untuk tidak memaksa Ifa. Baginya mencintai Ifa dari jauh sudah cukup." jawab Ulfa dengan wajah sedih. Matanya mulai berkaca-kaca. "Aku nggak rela kalau mereka benar-benar berpisah. Aku sangat menyayangi Ifa seperti anakku sendiri. Kalian tahu itu kan?"
Semuanya mengangguk. Mereka tak rela melihat pasangan tersebut bubar karena masalah yang sangat sepele. Walau bagaimana, mereka tak ingin ada perceraian dalam keluarga mereka. Alana menggenggam erat tangan Zayyan. Hatinya sangat tersentuh melihat kesedihan bunda Ulfa.
"Maaf pak Abdul, saya kurang setuju dengan istri saya. Sudah cukup selama ini saya bersabar menghadapi sikap Ifa yang dengan egois meminta berpisah tanpa alasan yang kuat. Saya tidak mau anak saya menderita lebih lama lagi." ucap Amir tegas.
"Apa maksud pak Amir?" tanya Abdul. "Apakah anda akan meminta Rizky menceraikan Ifa?"
"Mungkin saja. Karena saya lihat anak anda sepertinya saat ini tak ada keinginan kembali kepada Rizky. Sebagai seorang lelaki saya tahu bagaimana penderitaan Rizky yang hanya bisa melihat istrinya tanpa bisa menyentuhnya. Seorang lelaki normal yang sudah beristri membutuhkan tempat menyalurkan hasratnya. Dan anak saya sudah hampir dua bulan menahan hal tersebut. Saya tahu hal itu menyiksanya. Salah satu jalan keluarnya adalah mencarikan istri baru untuk Rizky bila memang Ifa tak ingin melayani suaminya. Tapi bila Ifa tak ingin dimadu, maka dengan berat hati saya yang akan mengurus perceraian mereka."
Semua yang hadir terhenyak mendengar ucapan Amir. Terlebih lagi bunda Ulfa dan emak Bella yang sejak awal semangat menjodohkan anak-anak mereka. Tak seorang pun menyangka Amir akan mengambil keputusan seperti itu.
"Mas, apakah itu satu-satunya jalan? Aku nggak rela Iky kawin lagi. Aku nggak mau punya menantu selain Ifa. Tolong jangan lakukan itu, mas. Kumohon." Bunda Ulfa kini sudah berderai air mata dan menangis di pelukan emak Bella.
"Om, apakah nggak ada cara lain?" tanya Alana dengan suara tersendat menahan tangis. "Om tega, cucu-cucu om tidak memiliki keluarga yang utuh. Alana tau pasti Ifa nggak akan terima dimadu. Demikian pula Rizky nggak akan mau menduakan Ifa."
"Saya lebih nggak tega lagi melihat anak saya menderita seperti saat ini. Mungkin setelah ini hubungan kekeluargaan kita nggak akan sama lagi. Biar bagaimanapun kita akan menjadi mantan besan."
Babe Abdul dari tadi tak banyak bicara. Demikian juga dengan Zayyan. Wajah mereka terlihat keruh, apalagi setelah mendengar perkataan Amir. Sebagai ayah dan kakak, mereka pun tak ingin Ifa diduakan atau bahkan bercerai. Namun sepertinya Amir pun sudah kehilangan kesabaran dalam menghadapi kasus ini. Memang benar, orang yang pendiam bila marah akan lebih menyeramkan dibandingkan orang yang meledak-ledak.
"Bang, tolonglah ambil tindakan supaya pak Amir tidak menjalankan keputusannya. Aku nggak mau anakku menjadi janda dengan 3 anak. Aku nggak tega Ifa membesarkan anak-anaknya tanpa di dampingi suami." pinta emak Bella yang kini juga ikutan menangis sama seperti bunda Ulfa. Sementara itu Zayyan terus menggenggam erat tangan istrinya. Ia tau perasaan Alana ikut hancur membayangkan sahabatnya sejak kecil akan menjalani poligami atau bahkan mungkin perceraian. Tapi ia pun tak bisa banyak membantu. Ia sudah berusaha membujuk Ifa dan Rizky. Namun keduanya tetap tak bergeming.
"Ayo kita pulang, dek." ajak Amir kepada Ulfa. "Saya rasa nggak ada lagi yang bisa kita bahas mengenai masalah ini. Bulan depan saya akan kirimkan pengacara untuk menanyakan keputusan Ifa. Kami permisi dulu."
Ulfa masih terus menangis saat mengikuti langkah Amir. Yang lain tak banyak bicara sepeninggal keluarga Amir. Kini Alana benar-benar tak sanggup menahan tangisnya. Demikian juga dengan emak Bella yang semakin histeris.
"Sudahlah kita harus terima keputusan pak Amir. Wajar bila mereka marah kepada keluarga kita, terutama kepada Ifa. Mungkin memang takdir Ifa menjadi janda di usia muda. Bella, Alana, kalian tak perlu menangis lagi. Nasi telah menjadi bubur."
⭐⭐⭐⭐
"Maaf yah, Iky nggak bisa. Iky nggak mau. Kalau ayah memaksa, Iky bakal pergi dari rumah ini dan pindah ke cabang Malaysia."
"Ky, pakai logikamu. Istri macam apa yang membiarkan suaminya selama dua bulan tidak mendapatkan jatah. Kamu masih normal kan, Ky?" tanya Amir kesal. "Kalau kamu nggak mau menceraikan dia, paling tidak kamu mencari istri lain untuk memenuhi kebutuhan biologismu."
"Ky, benar apa kata ayahmu. Pada awalnya bunda pun tidak bisa menerima keputusan ayahmu. Bunda nggak mau melihat kamu menderita seperti ini. Bunda juga nggak mau kehilangan Ifa. Bunda sangat menyayangi Ifa dan anak-anak yang ada di dalam rahimnya. Namun bunda juga tahu betapa tersiksanya kamu karena kebutuhan biologismu tak tersalurkan. Paling tidak kamu coba buka hatimu untuk wanita lain. Siapa tau wanita itu bisa menggantikan posisi Ifa."
"Nggak ada yang bisa menggantikan posisi Ifa di hati Iky bun. Iky sangat mencintai dia."
"DIAM!! KALI INI KAMU HARUS MENURUT PADA AYAH," bentak Amir. Suatu hal yang tak pernah ia lakukan terhadap anak semata wayangnya.
"Ayah, aku tuh sudah dewasa. Aku bisa memilih sendiri apa yang terbaik untukku." sahut Rizky dengan nada dingin. Ia sekuat tenaga menahan emosinya agar tidak berlaku kurang ajar terhadap ayahnya.
"Jalan yang kamu pilih ternyata membuatmu menderita. Ayah nggak suka melihat hal itu. Minggu depan calon istri barumu akan mulai bekerja sebagai sekretarismu. Ayah akan meminta Ridwan untuk menempatkan Winda di posisi lain."
"Tapi yah...." Belum sempat Rizky membantah, Amir sudah masuk ke ruang kerjanya.
"Bun, Iky harus gimana?" tanya Rizky pelan dan tak bersemangat. Bukan ini yang ia inginkan.
"Kamu nggak mau kehilangan Ifa, kan? Turuti kemauan ayahmu untuk mencarikan istri baru untukmu. Hanya itu caramu mempertahankan Ifa di dalam hidupmu. Karena kalau kamu menolak, maka ayahmu akan mengurus perceraianmu dengan Ifa."
"Tapi Iky nggak mau buru-buru menikah lagi bun. Biarkan Iky mendampingi Ifa melahirkan anak-anak Iky, bun. Setelah itu terserah ayah." Ulfa menarik nafas panjang. Hatinya terasa pedih melihat kesedihan di wajah anak semata wayangnya. Namun ia pun tak sanggup melawan keinginan suaminya. Ya Allah berikanlah jalan terbaik untuk mereka, doa Ulfa dalam hati.
⭐⭐⭐⭐
Sebuah pesan masuk ke ponselnya saat Ifa sedang sibuk memperhatikan chef di restonya mencoba menu baru. Keningnya langsung berkerut saat melihat nama yang muncul. 'SUAMI'
'Yang, bisa kita bertemu setelah maghrib? Ada yang harus kita bicarakan. Aku akan jemput kamu di resto.' Begitu isi pesan dari Rizky.
Ifa hanya membacanya tanpa berniat membalasnya. Hingga saat ini ia masih belum mampu memutuskan untuk kembali atau tetap menjalani hidup terpisah seperti saat ini. Sebenarnya kadang dia merasakan rindu yang begitu besar kepada Rizky. Apalagi saat malam tiba, saat dia merasakan tendangan-tendangan kecil di perutnya. Ingin rasanya ia memberitahu Rizky bahwa anak-anak mereka sudah mulai merespon bahkan seolah ingin memberitahu bahwa mereka selalu ada menemaninya. Namun semua itu ia tahan. Karena ia tak yakin mereka dapat kembali bersatu. Apalagi bila mendengar cerita Alana mengenai pertemuan keluarga yang menghasilkan keputusan dari ayah Amir, untuk mencarikan istri baru untuk Rizky.
Mungkin ia memang bukan istri yang baik bagi Rizky. Mungkin ia bukan menantu idaman ayah dan bunda. Jadi wajar saja bila ayah mengambil keputusan tersebut.
"Bu... bu Ifa... bu..." Tiba-tiba bahunya ditepuk pelan. Seketika itu juga Ifa tersadar dari berbagai pikiran yang mengganggunya
"Eh iya, gimana Ky... eh maaf, gimana Ren hasilnya?" tergagap Ifa merespon panggilan Rendy, chef di restonya.
"Kelihatannya bu Ifa sedang banyak pikiran. Apa sebaiknya kita sudahi saja pembuatan menu baru ini?" tanya Rendy sambil menatap prihatin ke arahnya. "Atau mungkin bu Ifa sudah lelah? Saya tak bisa membayangkan bagaimana rasanya berjalan dengan tiga bayi di dalam perut." Ifa tertawa mendengar ucapan Rendy. Apalagi saat melihat wajah bule Rendy yang tersiksa.
"Saya yang hamil, kenapa kamu yang engap?"
"'Engap? Apa itu engap?" Rendy, pria berdarah campuran Indonesia - Cina - Italia ini memang belum lama bergabung dengan restauran mereka. Memasuki tahun kedua resto, Ifa dan Alana memutuskan mengembangkan menu-menu internasional. Kebetulan Rendy adalah saudara Morgan, teman kuliahnya yang sekarang sedang memperdalam ilmu kuliner di Perancis sana. Rendy yang juga jebolah salah satu sekolah kuliner terkenal di Perancis, sebenarnya datang ke Indonesia untuk mempelajari resep-resep tradisional Indonesia. Mereka bertemu saat teman-teman Ifa berkumpul di resto mereka untuk merayakan pesta bujang Ucok yang akhirnya menikah dengan adiknya Lili, musuh bebuyutan saat di kampus. Saat itu Morgan mengajak Rendy yang baru seminggu tiba di Indonesia. Dan kini Rendy menjadi chef makanan international di resto mereka.
"Hmm... gimana menjelaskannya ya?" Ifa garuk-garuk kepala bingung. "Engap itu perasaan kalau kamu susah bernafas. Hmm... feels like suffocated I think."
"Aah.. suffocated... I understand know.. engap is same feeling with that. It's that how you feel ma'am?"
"Hmm... sometimes.. especially when I feel tired with everything around me."
"About your husband I guess." Ifa hanya tersenyum mendengar ucapan Rendy yang tepat mengenai sasaran. "If you love each other, everything will be okay."
"I hope. But I still confused with my feelings. Anyhow.. how about our new recipes?"
"Itu yang dari tadi saya mau beritahu bu Ifa. I guess our new menu will become a hit menu. Young people gonna love it. The taste suits to young people and old people will love it too." jawab Rendy yakin. Dan Ifa percaya hal itu. Sejak ada menu-menu fusion kolaborasi resep Rendy dan resep khas Indonesia, resto mereka semakin ramai. Terutama oleh anak-anak muda.
"Okay, besok kita akan coba sajikan untuk pelanggan-pelanggan setia resto ini. If you need me, just let me know. I will be in my office."
"Okay boss."
⭐⭐⭐⭐