Happy Reading❤
Ifa langsung mengajak kedua sahabatnya berbalik arah. Dadanya serasa mau meledak akibat adegan yang baru saja dilihatnya. Suaminya membiarkan seorang wanita yang bukan istrinya ataupun keluarganya mengecup pipinya. Sekuat tenaga ditahannya air mata yang sudah mau menetes. Dada ini terasa panas. Dada ini terasa panas terbakar api yang membara. 🔥🔥
⭐⭐⭐⭐
Cilla dan Alana segera memeluk Ifa. Mencoba menenangkan perasaan sahabatnya. Bukan hal yang menyenangkan saat kau lihat suamimu bermesraan dengan wanita lain.
"Sabar Pah, mungkin itu saudara sepupunya yang minta temani mencari baju untuk suaminya." Ifa tak menyahuti Cilla. Perasaannya terlalu shock. Alana melarang Cilla bicara lebih banyak lagi. Ifa mengeluarkannya hpnya dan mendial sebuah nomor.
"Assalamu'alaikum Ky. Elo lagi dimana?" tanya Ifa melalui hpnya. Sekuat tenaga Ifa menjaga nada bicaranya.
"Oh, aku lagi di mall. Ada yang musti dibeli. Kamu mau nitip sesuatu?" sahut Rizky.
"Mall mana? Gue susul kesana ya. Kebetulan gue sudah balik dari resto nih."
"Jangan Fa. Aku sudah mau pulang. Nanti malah nggak ketemu." tolak Rizky.
"Atau kita ketemuan di cafe yuk. Aku tiba-tiba pengen banget makan waffle. Di mall ada tuh toko gellato yang wafflenya enak banget."
" ..... "
"Elo tau kan toko gellato yang gue suka banget. Ketemu disitu ya. Elo tungguin gue. Paling 10 menit lagi gue sampai."
"Sorry yang, aku nggak bisa lama-lama. Aku harus cepat pulang. Kebetulan aku masih ada kerjaan. Ini tadi kebetulan aja aku ingat ada yang harus dibeli, makanya dipaksain mampir. Besok aja yuk kita jalan ke mall. Sekalian beli perlengkapan untuk si Triplet."
"Hmm.. ya sudah. Elo pulang aja deh. Kasihan tuh Shania nungguin elo, mungkin dia kelaparan karena sudah jam segini belum diajak makan. Hati-hati ya Ky."
"Ifa.. Ifa.. kamu dimana?" tanya Rizky panik. Matanya mencari-cari keberadaan Ifa. Saat matanya menemukan yang dicari, wajahnya memucat. S**t!! Kayaknya Ifa sudah liat gue dari tadi. Mampus gue, maki Rizky. Ia mencoba berlari untuk menghampiri, namun tangannya ditahan oleh Shania.
"Mas, makan malam yuk. Tuh ada restaurant sushi. Kayaknya enak banget. Sha pengen makan disana."
"Makannya nanti saja ya. Aku harus...."
"Aduh mas... perut Sha pedih banget nih. Sha takut sakit maagnya kumat. Sha kan nggak boleh telat makan mas." rengek Shania sambil menarik Rizky ke resto sushi. Rizky berusaha menahan langkahnya dan mencari Ifa, namun yang dicari sudah berjalan menjauh. Rizky menghela nafas kesal. Ia merutuki kebodohan dan kesialannya. Kenapa harus ketemu sih. Gue kan jadi kayak suami yang terciduk selingkuh. Apakah tadi dia melihat saat Shania menc.... aaah shit!! Pasti dia lihat. Aduh, dobel mampus gue malam ini. Padahal hubungan kita sudah mulai membaik. Minimal dia sudah mau rajin membalas pesan atau menerima video call, walau yang dibahas seputar anak-anak.
⭐⭐⭐⭐
Alana dan Cilla berusaha mengajak Ifa bicara. Setelah menelpon Rizky, Ifa hanya berdiam diri. Bahkan saat Quina memperlihatkan wajah lucunya, Ifa tak bereaksi. Dia hanya diam dan tatapannya kosong.
"Pah, pulang yuk." ajak Alana pelan. "Sudah malam nih. Kasihan Quina sudah capek." Ifa tak menyahut. Pandangannya kosong. Ia hanya menatap coffee latte yang ada dihadapannya.
"Cil, elo pulang duluan deh. Kasihan supir lo sudah nungguin dari tadi. Tuh Quina dan si mbak juga sudah kelihatan capek banget. Lagian nggak enak sama Athar kalau elo pulang kemalaman." usir Alana lembut.
"Tapi gimana Ipah? Gue nggak tega ninggalin dia dalam keadaan seperti ini."
"Nggak usah khawatir, ada gue yang nemenin dia." Alana menghentikan ucapannya saat dilihatnya Ifa menghubungi seseorang.
"Halo..."
"...."
"Saya ke tempat kamu ya. Sama Alana."
"...."
"Kirim alamat apartemen kamu. Kira-kira setengah jam lagi kita sampai."
"Al, elo telpon siapa? Elo mau ke apartemen siapa?"
"Rendy." Cilla dan Alana langsung melotot mendengar nama itu disebut. Mau ngapain Ifa ke tempat chef ganteng itu?
"Pah, ini sudah malam. Pulang aja yok. Bang Zayyan sudah nanyain nih. Bentar lagi emak juga pasti hubungin elo." Alana mencoba menolak keinginan Ifa.
"Kalau gitu elo pulang aja. Biar gue kesana sendiri."
"Pah, elo sudah gila? Ngapain malam-malam ke apartemen bujangan?" Belum selesai Alana mengomel, Ifa kembali menghubungi Rendy.
"Ren, tolong jemput gue. Alana nggak bisa ikut. Suaminya sudah nungguin katanya."
"....."
"Nggak usah mikirin itu. Elo bisa jemput atau nggak? Kalau nggak bisa ya sudah, gue mau jalan clubbing aja."
"..."
"What the h**l?! Elo jangan aneh-aneh deh, Pah. Mana ada emak-emak hamil pergi clubbing. Apalagi kalau babe sampai tahu, elo bisa digantung sama babe. Ayo pulang bareng gue." ajak Alana.
Tiba-tiba Ifa berdiri dan meninggalkan kedua sahabatnya. Dia berjalan menuju lobby. Cilla dan Alana hanya bisa mengikuti. Mereka mengerti sifat jelek Ifa. Bila dilarang, maka ia akan semakin membangkang. Sifat kerasnya yang membuat dirinya dan Rizky terjebak dalam situasi seperti saat ini.
"Al, gimana ini? Gue nggak bisa nemenin kalian. Tuh si Quina sudah mulai rewel."
"Gue juga bingung Cil. Bang Zayyan juga sudah nyuruh gue pulang. Tapi nggak mungkin juga gue biarin si Ifa ke rumah cowok malam-malam begini. Apa gue kasih tau ke Rizky aja?"
"Atau Ifa mau balas dendam sama Rizky?" Di saat mereka kebingungan, tiba-tiba sebuah mobil sport berhenti di depan Ifa. Alana dan Cilla hanya melongo melihatnya, apalagi saat melihat siapa yang keluar dari tempat supir. Rendy, yang kemudian membukakan pintu untuk Ifa.
"Al, bilang babe dan emak gue pulang malam banget. Ayo Ren."
Alana menahan Rendy saat hendak masuk kembali ke dalam mobil.
"Ren, don't do something stupid. She's so vulnerable now."
"Hey, chill out boss. I will take care of her. Don't worry. See you tonight or maybe tomorrow." Rendy mengedipkan sebelah matanya dan masuk ke dalam mobilnya kemudian melajukan mobilnya keluar dari mall tersebut.
Baru saja mobil Rendy melaju, tiba-tiba Rizky ada di samping Alana. "Al, kalian belum pulang? Ifa mana?"
Alana dan Cilla saling berpandangan. Bingung harus menjawab apa.
"Al, bang Chico, Cilla pulang duluan ya. Al, besok telpon gue ya."
"Al, mana Ifa? Tadi mobil siapa?"
"Eehmm.. itu Ky. Eh.. aduh gimana ya. Itu tadi mobil Rendy. Ifa... ifa ikut sama Rendy."
"Apa?! Mau ngapain Ifa ikut sama chef itu. Mau kemana mereka?" tanya Rizky emosi. Wajahnya memerah menahan marah. Kedua tangannya mengepal. Shania yang sejak tadi memeluk tangan Rizky, langsung melepaskan pelukannya dan perlahan mundur.
"Gue nggak tau, Ky. Tadi Ifa cuma bilang mau ke apartemen Rendy. Tadi gue diajak, tapi bang Zayyan sudah nyuruh gue pulang."
"Elo tau dimana alamat Rendy?" Alana menggeleng. Wajahnya sudah mau nangis karena kebingungan. Rizky tak tega melihatnya.
"Ya sudah elo pulang aja, Al. Biar nanti gue yang urus masalah Ifa."
⭐⭐⭐⭐
Di dalam mobil yang melaju kencang. Ifa dan Rendy tak bersuara. Hanya pemutar musik yang melantunkan lagu-lagu beraliran rock. Ifa diam saja dan mencoba menikmati walau tak mengerti lagu-lagu apa itu. Ada satu dua lagu yang ia kenali karena dulu pernah mendengarnya dari kamar Rizky yang kebetulan berseberangan dengannya. Semenjak mereka menikah, Rizky tak pernah lagi memutar lagu-lagu tersebut. Tiba-tiba Rendy mengganti jenis musik yang diputar. Kini lagu-lagu beraliran pop yang mengalun.
"Do you want me to play classic music? Menurut my sister it's a good music for babies." Rendy memecah kebisuan di antara mereka. "Anyway, hp kamu dari tadi bergetar. Why don't you answer it?"
"Can you shout your mouth, please. I need a rest. Let me sleep for a while."
"Okay boss. Do what you want. I'll be your driver for tonight. I can't fight pregnant woman, can I?"
"Thank's Ren."
Tak lama kemudian, mobil Rendy memasuki parkiran sebuah apartemen mewah di ibukota. Rendy sengaja tidak langsung membangunkan Ifa yang tertidur. Dilepasnya seatbelt yang dipakainya dan dipandanginya wajah Ifa. What had happened to you woman? Are you hurting so much? tanya Rendy dalam hati.
Tiba-tiba mata Ifa terbuka saat Rendy hendak melepaskan seatbelt yang Ifa pakai.
"Mau apa kamu?" tanya Ifa. Sebenarnya ia bingung kenapa dia bisa ada di dalam mobil berdua saja dengan Rendy. "Ngapain kita disini?"
"'Kamu sudah bangun, sleeping beauty? Dari tadi aku nggak tega mau bangunin kamu. Untuk mengangkat tubuhmu seperti cerita-cerita dalam novel jelas aku tak mampu. Who can carry big fat woman like you? With 3 babies in your belly. Sure I can't do that." Rendy mencoba melucu dan ternyata cukup sukses membuat Ifa tertawa.
"Am I that fat, Ren?" tanya Ifa kesal.
"Off course you are. Remember, there are triplet inside there. Hey, but it's okay with me. Pregnant woman always looks sexy in my eyes."
"Dasar omes. Ayo, kita ke apartemen kamu. Aku pengen banget rebahan. Ternyata keliling mall capek juga ya."
"'OMES? Apa itu?" tanya Rendy bingung saat mereka di dalam lift. "Aku sering mendengar anak-anak di resto mengatakan hal tersebut terutama kepada Vino, my sous chef."
"Ah, dasar bule bego," ledek Ifa. "How long have you been in Indonesia? I guess not too long, though. Omes itu Otak mesum, somekind of pervert i guess."
Mereka memasuki sebuah unit apartemen yang cukup besar dan mewah. Unit ini memiliki lantai mezzanin, letak kamar utama berada di sana. Di lantai satu terdapat sebuah kamar tamu, dapur yang cukup lengkap, ruang makan dan ruang tv. Di bagian luar terdapat balkon yang lumayan luas. Ifa sampai terbengong-bengong melihat kemewahan ini. Mobil sport, apartemen mewah. Nih bule tajir melintir kayaknya, pikir Ifa.
"Hey, sudah selesai mengagumi apartemenku ini? My mom bought this apartment for me and my sister. But here I am, alone."
"Where is your sister? Is she working or college student? Is she pretty like you?"
"Let's forget about her. Let's talk about what happened to you? Is it about your hubby?"
"Hmm.. oh iya, kamu belum kasih tau mau minta bonus apa," Ifa mencoba mengalihkan pembicaraan. "You said if I visit your place you will take your bonus. And here I am."
Rendy memamerkan smirknya dan duduk persis disamping Ifa. Ditatapnya Ifa dengan intens kemudian perlahan tangannya membelai lembut kepala Ifa. Setelah itu tangannya mulai mengelus pipi Ifa. Entah kenapa Ifa seolah terhipnotis dengan sikap Rendy. Ia deg-degan namun disaat bersamaan ia merasa nyaman berada di dekat Rendy. Rasa nyaman yang berbeda dengan kenyamanan saat bersama Rizky.
"You look like her. She's a tough woman, just like you. I really love her." bisik Rendy. Wajahnya mendekat hingga hanya tersisa beberapa centimeter di antara mereka. Entah mengapa Ifa tak sanggup menatap mata Rendy. Ifa menutup matanya. Tak lama dirasakannya kecupan hangat di keningnya. Ifa masih menutup matanya, menunggu kelanjutan apa yang akan dilakukan Rendy. Ya ampun, apa gue bakal membiarkan pria lain mencium bibir gue, pikir Ifa. Tapi Rizky juga membiarkan pipinya dicium Shania. Entah apa yang telah mereka lakukan saat hanya berduaan di dalam ruang kantor.
"'Hey, are you waiting for my kiss?" bisik Rendy. Bau mint yang segar menguar dari nafasnya. Ifa membuka matanya dan tampaklah wajah jahil Rendy. No kiss in my lips, Ifa menghela nafas lega sekaligus malu karena telah berpikir yang tidak-tidak.
"Don't you dare."
"But what will happen if I say I want to kiss you? Will you slap me or maybe you'll enjoy it?" Tiba-tiba wajah Rendy berubah. Tak terlihat lagi tatapan jahilnya. Yang ada kini hanyalah tatapannya yang serius dan intens menatap Ifa, atau lebih tepatnya bibir ranum Ifa.
Oh my god. Gue musti gimana ini? Rendy memang ganteng pake banget, Rizky aja kalah ganteng. Tapi gue kan bini orang, gue bukan wanita bebas. Kalau gue mau dicium dia, apa bedanya gue sama Rizky. Malah lebih parah gue, menjalin hubungan dengan pria lain. Bahkan gue yang mendatangi pria ini. Di saat Ifa sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba ada tendangan-tendangan di perutnya. Tendangan yang cukup membuatnya sadar dan kembali ke alam nyata.
"Ouch..." Wajah Ifa mengernyit menahan sakit karena tendangan itu cukup kuat. Bukan hanya satu tendangan tapi beberapa kali.
"Hey, are you okay? Your babies kick you I guess. Hahaha.. they know how to save you." ucap Rendy sambil membelai lembut wajah Ifa. "Don't worry guys, I won't kiss your mom unless she really want it."
"Jangan bercanda ah Ren. Oh iya balik soal bonus. Aku sudah disini, lalu bonus apa yang kamu minta. Jangan bilang kamu mau cium atau bahkan tidur sama aku."
"Hey I'm not Omes. I'm a good guy. I know how to behave in front of my boss, unless you expect something else." Rendy terkekeh. "Kamu mau makan? Kalau mau aku akan siapkan."
"Mie instan?"
"No, as I told you that I will cook for someone I love. And now you're here, I want to cook something special for you."
"Does it mean you love me?" Ifa balik bertanya. Terus terang ia khawatir akan jawaban Rendy.
"Yes, I love you as I loved her. Hey... don't overthingking about what I said. I will tell you after I cook. Kamu istirahat saja dulu di kamar tamu. Tentunya kamu bukan salah satu fans yang ingin melihatku masak shirtless."
"Hmm... boleh juga. Bisa membangkitkan gairahku untuk makan." ledek Ifa yang disambut dengan lemparan serbet oleh Rendy.
"Aku rasa kamu yang omes, bukan aku."
"Hey, bumil bebas mau ngomong apa aja." Ifa kembali tergelak.
"Boleh aku rebahan di sofa ini saja Ren? Aku khawatir susah bangun kalau sudah ketemu kasur. Jangan sampai kita digrebek security gara-gara kamu menyimpan istri orang disini."
"Hey, bukan aku yang menyimpan istri orang, tapi istri orang yang mendatangiku. Ya sudah, kamu rebahan saja di sofa. Semoga saja sofa itu kuat menahan your big fat body." Kali ini bantal sofa yang melayang ke wajah Rendy.
⭐⭐⭐⭐