Happy Reading ❤
"Hey, are you okay?" Rendy yang sudah berganti pakaian dan bersiap pulang melihat Ifa yang baru saja mengantar Rizky ke mobilnya. Bukan kebahagiaan yang terpancar dari wajah bosnya setelah bertemu suaminya melainkan air mata yang mengalir deras di pipinya. Untunglah saat itu sudah tak ada pelanggan. Sementara pegawai lain masih berkumpul di dapur mendapat briefing dari Mutia untuk persiapan besok.
Tanpa banyak pikir, Rendy memeluk bahu Ifa. Dan memang pada dasarnya Ifa benar-benar membutuhkan bahu untuk bersandar. Ia membutuhkan seseorang yang bisa bersikap netral terhadap segala permasalahannya. Rendy membawa Ifa kembali ke ruang kantornya. Didudukkannya Ifa di sofa. Kemudian ia mengambilkan air putih hangat untuk Ifa. Setelah meminum air yang diberikan Rendy, Ifa bersandar di sofa. Ia benar-benar lelah lahir batin hari ini. Bukan hal mudah baginya untuk menerima berita yang Rizky sampaikan tadi.
"Boss, are you okay?" tanya Rendy lembut. "Do you still need a shoulder to cry on or just to lean on? You can borrow my shoulder anytime you need it."
"Thank you Ren. Sorry to bother you..." Belum selesai bicara, Ifa kembali menangis sesenggukan. Pedih hati Rendy melihat bosnya yang selama ini selalu terlihat tegar dan ceria, namun malam ini seolah terpuruk. Ditariknya Ifa untuk kembali bersandar di bahunya. Tak ada niatan lain selain menghibur bosnya yang hari ini terlihat lelah dan terpuruk.
"Don't pretend to be strong girl. You can cry anytime you feel sad. Just let your emotions free. Don't hold it in by yourself." Rendy menepuk-nepuk bahu Ifa yang masih terus menangis.
"My mom pernah bilang, kalau emosi seorang wanita hamil dapat mempengaruhi baby yang berada di dalam perutnya. You don't wanna see your babies face always sad, do you? I know it's not easy to face your problems, eventhough I don't know what it is. You can share your problems with me everytime you need ears to hear, shoulder to lean on."
"Thanks Ren. I don't believe I cry myself in front of you. Oh my god, i bet my face is so ugly now. I'm a pregnant woman, with chubby cheek, red nose, red eyes. I bet I looked like a drunken woman." Rendy tergelak mendengar cara Ifa mendeskripsikan dirinya saat ini. She's so unique, batinnya. She reminds me of her.
"It's okay boss. Actually I like drunken people.You know why? Because they always tell the truth." Sedikit demi sedikit tangis Ifa berkurang dan akhirnya benar-benar berhenti. Saat itulah pintu ruangannya diketok dan Fadil beserta Mutia merangsek masuk.
"Fa, elo nggak papa kan?" tanya Fadil cemas. "Tadi Imut telpon pas gue dalam perjalanan kesini. Imut cerita elo habis ngomong sama Rizky. Sebenarnya ada apa Fa?"
"Nggak ada apa-apa Dil. Gue mendadak mellow aja nih. Maklum bumil. Nanti kalau Mutia hamil juga bakal begini kok. Elo siap-siap aja Dil." elak Ifa.
Rendy menatap kagum pada Ifa yang bisa dengan cepat merubah mood nya. Oh my god, she's not an ordinary woman. Kekaguman Rendy kepada Ifa terus bertambah. Tidak banyak wanita tegar sepertinya. Fadil menyadari pandangan kekaguman Rendy kepada Ifa. Ada sedikit rasa tak ikhlas mengetahui hal itu. Buru-buru dipandangnya wanita lembut yang kini menjadi istrinya, Mutia. Ah benar ternyata, disaat matamu tertarik kepada wanita lain ingatlah istrimu.
"Elo beneran gak papa kan Fa?" tanya Mutia yang masih mencemaskannya. "Nanti lo pulang nyetir sendiri? Ini sudah malam. Kenapa tadi elo nggak pulang bareng Rizky aja?"
"Pekerjaan gue kan belum beres, Mut. Gue nggak enak selalu ngerepotin elo dan Alana. Apalagi hari ini Alana cuma setengah hari. Sementara elo ambil shift full."
"Iya, tapi elo kan lagi hamil Fa. Lain cerita kalau elo nggak hamil. Elo mau pulang sendirian lewat tengah malam juga nggak papa. Besok-besok kalau mau ke sini mendingan lo minta antar supir bokap lo aja deh."
"Tuh Dil, bini lo keliatannga aja kalem. Aslinya mah galak banget. Anak-anak nggak berani main-main kalau dia datang."
"Justru galaknya itu yang bikin gue bertekuk lutut, Fa. Apalagi kalau sudah di ranjang, dia bisa...mmmph.." Mutia langsung membungkam ocehan suaminya dengan ciuman. Setelah beberapa saat, akhirnya Mutia melepaskan bibirnya. Ifa dan Rendy menatap Mutia tak percaya. Bagaimana mungkin wanita mungil sepertinya bisa mendominasi hubungannya dengan Fadil.
"'Wow, I'm so speechless." Rendy masih shock dengan kejadian barusan. Bukan berarti dia tak biasa melihat adegan seperti tadi, tapi berbeda saat melihat wanita mungil ini mengendalikan suaminya. Padahal dari luar wanita mungil ini terlihat lembut. "You're so lucky bro, to have a woman like her."
"Yups gue tau, dan gue bersyukur bisa mempersunting dia." Fadil memeluk erat pinggang Mutia. Kemudian perhatiannya kembali pada Ifa yang terlihat lelah. "'Fa, elo beneran bisa pulang sendiri?"
"Yaelah Dil, gue kan sudah biasa nyetir sendiri. Lagipula jarak ke rumah juga nggak terlalu jauh. I'll be okay. Gue juga nggak enak kalau harus meninggalkan mobil Alana di sini."
Disaat semua orang mengkhawatirkan Ifa, Rendy langsung berdiri dan mengambil kunci mobil yang terletak di meja kerja Ifa. Kemudian diambilnya tas dan sweater Ifa yang tersampir di sandaran kursi. "C'mon. I will drive you. Benar apa kata mereka, your condition is not good. Aku nggak bisa membiarkanmu pulang sendirian."
"Apartemen kamu kan nggak searah Ren. Nanti gimana kamu baliknya?"
"My mom mengajarkanku untuk bersikap gentleman terhadap wanita, apalagi terhadap pregnant woman just like you. Urusan bagaimana aku balik ke apartemen nggak usah dipikirkan. Banyak taksi online."
"Rendy benar Fa. Biar dia yang antar kamu. Kalau kamu merasa nggak enak, biar nanti biaya taksinya diganti oleh resto ini. Gimana?" Hmm, solusi yang bagus.
"Okelah. Tapi kamu benar-benar nggak keberatan kan antar aku pulang?"
"If I carry you in my back and walk with you to your house... it's so heavy though. I can't do it boss." jawab Rendy kocak namun dengan muka datar sehingga membuat semua orang tertawa.
Hm.. ternyata kocak juga nih orang, pikir Fadil sambil memperhatikan Rendy yang membantu Ifa berdiri dari sofa. Ada sedikit rasa tak ikhlas saat melihat Rendy menyentuh lengan Ifa.
"'See.. you're so heavy boss," ledek Rendy yang langsung mendapat pukulan di lengan dari Ifa. "That's better when you laughed."
⭐⭐⭐⭐
Sepanjang perjalanan pulang mereka tak banyak bicara. Hanya terdengar musik mengalun dari radio mobil. Ini penyiar kok tau sih kalau gue lagi galau berat. Dari tadi lagunya mellow banget.
.... Bila kau butuh telinga tuk mendengar
Bahu tuk bersandar raga tuk berlindung
Pasti kau temukanku di garis terdepan
Bertepuk dengan sebelah tangan...
"Bos, just like the song. I'm ready when you need me. Please don't be sad anymore." ucap Rendy. " Please don't misjudged me. I have no any intention with you."
"It's okay Ren, as long as you don't ask me to become your girl. As you know, I still a married woman."
"Hmm.. good idea. What will happen if ask you to be my girl?"
"I will look another chef. Just simple like that."
"Whoaaa.. I'll remember that boss. I don't want to lose my opportunity to work with tough woman like you and Alana."
Tak berapa lama mereka sampai di depan rumah babe Abdul. Jam menunjukkan pukul setengah 10 malam. Segera setelah memarkirkan mobil, Rendy bergegas membukakan pintu untuk Ifa.
"Here we are my lady." Rendy berpura-pura menjadi buttler yang melayani tuan putri. Ifa terkekeh melihat kelakuan Rendy.
"Makasih ya Ren. Nanti kamu reimburse aja biaya taksi malam ini."
"Aku tidak diajak ditawari masuk nih?" tanya Rendy sebelum memberikan kunci mobil kepada Ifa.
"Mau ngapain ikut masuk?"
"I want to meet my future in laws."
"Hmm mulai deh error. Sudah sana pulang. Sekali lagi makasih ya sudah mau mengantar pulang." Ifa mendorong Rendy.
"My taxi isn't here yet. Kamu tega meninggalkanku sendirian disini?"
"Baru pulang, Fa?" tiba-tiba Rizky keluar dari rumahnya. "Suruh chef kamu menunggu taksi onlinenya disini."
"Hmm.. gimana Ren? Kamu tunggu di rumah Rizky aja ya?" Rendy memandang heran kepada Ifa dan Rizky. Are they really married? Why they're living in different house? Begitu banyak pertanyaan di kepala Rendy. Dia memang tidak begitu tahu permasalahan rumah tangga Ifa. Dia hanya bisa menebak-nebak. Dia pikir mereka hanya bertengkar biasa tapi ternyata mereka tidak tinggal bersama.
"Don't bother. I will wait may taxi overthere.. on that minimart. Sekalian aku mau beli persediaan makanan untuk di apartemen."
"Jangan bilang kamu beli mie instan?" tebak Ifa setengah tak percaya. Bagaimana mungkin seorang chef lebih menikmati makan mi instan. Rendy tersenyum lebar sambil mengedipkan sebelah matanya kepada Ifa.
"Aku malah nggak begitu suka makanan yang kumasak. Lebih tepatnya aku bosan. Lagipula buat seorang bujang seperti aku, mie instan adalah pilihan tepat. Lain cerita kalau aku punya seseorang yang kucintai. Anyway, selamat istirahat bos. See you tomorrow."
"Kenapa kamu disetiri sama dia? Apakah ada yang sakit?" Rizky mengamati Ifa dari atas bawah. "Perutmu nggak papa kan?" Perutku nggak sakit tapi hatiku sakit, Ky. Aaah.. sudahlah Fa.. terimalah konsekuensi dari sikap yang elo ambil, omel dirinya sendiri.
"Nggak papa. Kebetulan gue capek banget." Gue capek gara-gara elo Ky, batinnya.
"Harusnya tadi kamu ikut pulang sama aku. Aku bisa menyuruh pak Edi membawa pulang mobil Alana. Kamu masih saja keras kepala. Atau kamu memang sengaja menolak tawaranku karena ingin berduaan dengan chef mu itu?" tanya Rizky sinis. Ia benar-benar menunjukkan kecemburuannya.
"Hmm.. kalau iya kenapa? Toh elo juga sudah ada Shania," balas Ifa tak mau kalah. "Nggak salah dong kalau gue juga siap-siap cari pengganti elo."
"Tapi kamu itu kan masih istri sahku." Rizky ngotot nggak terima jawaban Ifa.
"Iya, istri yang sebentar lagi akan elo ceraikan." bisik Ifa pelan namun masih terdengar oleh Rizky.
"Sampai kapanpun aku nggak akan menceraikan kamu. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu dan anak-anak."
"Gue nggak mau dipoligami."
"Kalau begitu ayo kita balikkan. Kumpul lagi seperti dulu, supaya ayah nggak bisa memaksaku menikah dengan wanita lain."
"Gue nggak mau membuat elo jadi anak durhaka yang melawan keinginan orang tua, tapi gue juga belum bisa balikan sama elo. Di saat bersamaan gue juga nggak mau dipoligami. Gue nggak sanggup berbagi suami."
Rizky bingung harus bagaimana lagi membujuk Ifa yang selalu menolak diajak berbaikan. Jadi sebenarnya Ifa masih cinta atau nggak sih? Apa mau Ifa sebenarnya? Pusing kepala gue mikirinnya, keluh batin Rizky.
"Ky, gue masuk dulu ya. Gue capek."
"Mau aku temani?"
"Nggak usah. Kamu istirahat aja, besok kamu kan harus bersiap menyambut calon istri... eh sekretaris baru... eh calon istri... ya pokoknya gitu deh."
"Fa, besok temenin aku ya pas Shania datang," pinta Rizky. "Aku mau kasih lihat Shania, bahwa kamu tetap orang nomor satu dalam hidupku."
"Elo sudah gila? Masa ketemu calon bini muda ajak-ajak gue. No! Gue nggak mau." Gue nggak siap Ky, gue nggak bisa melihat elo dengan wanita lain. "Sudah ah gue masuk dulu."
"Fa, kalau nanti mau tidur bilang sama anak-anak kalau aku sayang banget sama mereka." Ifa yang sudah berjalan menuju rumah babe hanya melambaikan tangan tanpa menoleh. Bukan karena Ifa tak peduli namun air matanya sudah hampir menetes. Saat Ifa membuka pintu pagar, tiba-tiba Rizky memeluknya dengan erat dari belakang.
"Please, biarkan aku memelukmu. Aku nggak tau kapan lagi bisa memelukmu seperti ini."
(Aah.. author auto pengen mewek ini🥺)
"Jangan lama-lama Ky, nanti ditangkap hansip lho. Nggak mau kan diarak ke kantor RW, dengan tuduhan berbuat mesum di tengah jalan. Hahaha.." Ifa berusaha membuat lelucon yang sayangnya terdengar garing.
"Biar aja. Aku rela ditangkap hansip dan di arak keliling kampung supaya bisa tetap sama kamu." sahut Rizky tanpa melepaskan pelukannya. Kemudian diputarnya tubuh Ifa supaya menghadap ke arahnya. Dielusnya pipi Ifa dengan lembut. Kemudian dia mengelus perut Ifa dan berbicara lembut.
"Malam ini kalian jangan nakal ya, biarkan ibu kalian beristirahat. Kalian juga istirahat, biar besok kalian bisa menjaga ibu kalian dari gangguan om Chef."
"Jangan ngada-ngada deh Ky. Gimana cara mereka mau menjaga gue sementara brojol juga belum." Ifa tertawa mendengar Rizky bicara kepada anak-anak mereka.
Rizky menatap wajah Ifa yang sedang tertawa. Dipeluknya sekali lagi tubuh Ifa. Dikecupnya kening Ifa lama. Kemudian dengan nekat bibirnya mencium bibir Ifa dengan ciuman lembut. Ya tuhan, aku merindukan ini semua. Ah biar saja kalau nanti Ifa menamparnya. Aku siap yang penting aku bisa merasakan bibirnya yang ranum, batin Rizky. Untunglah apa yang ditakutkan tak terjadi. Ifa malah mengalungkan tangannya dan membalas ciuman Rizky.
Tanpa mereka sadari beberapa pasang mata mengawasi mereka sejak Rizky keluar rumah. Drama yang lebih menghanyutkan dibandingkan dengan drama-drama lebay yang ada di televisi. Bahkan ada yang meneteskan air mata melihat interaksi suami istri yang keras kepala itu.
⭐⭐⭐