"selamat siang dok.. saya yudha carolus" kata yudha memperkenalkan dirinya, dan disambut dengan senyum hangat dokter arya.
"terima kasih mau meluangkan waktu untuk bertemu saya..ayo silahkan duduk.." kata dokter arya, setelah mempersilahkan yudha duduk, dia juga ikut duduk di sofa yang berada didalam ruang kerjanya.
"aku panggil nak yudha boleh ya.. soalnya sepertinya kamu seumuran putra bungsuku.." kata dokter arya memulai pembicaraan dengan sedikit basa-basi.
"eh maaf nak yudha, boleh tahu bagaimana nak yudha bisa berkenalan dengan anakku lily?" tanya dokter arya langsung pada intinya.
"eh.. saya kenal lily karena ibu saya.. sebelumnya lily bekerja dengan ibu saya sebagai ilustrator, dan kemudian dua bulan yang lalu pindah bekerja dengan saya.." kata yudha sedikit gugup, sebelumnya yudha sempat ingin mengatakan kalau mereka pernah bertemu bahkan sampai tiga kali berturut-turut, tapi rasanya aneh kalau itu diceritakan pada ayahnya lily.
"hmm.." dokter arya tak berkata apa-apa dia hanya menganggukkan kepalanya, menunggu yudha melanjutkan ceritanya.
"dan maaf untuk kejadian kemarin dengan putra bungsu dokter, waktu itu saya hanya agak emosi karena melihat ada orang yang menarik lily seakan mau menyakitinya jadi saya kemarin jadi terpancing emosinya" kata yudha melanjutkan ceritanya.
"ehm.. anak dua itu memang sejak kecil selalu seperti itu, kadang juga sampai berantem, tapi -aku tahu mereka saling menyayangi, aku hanya agak penasaran dengan kata anakku nak yudha mengatakan pada putra bungsuku kalau nak yudha itu calon suami lily?.. maksudnya itu apa?" tanya dokter arya dia menatap yudha serius, dan saat itu juga jantung yudha berdetak dengan kerasnya bahkan mungkin suaranya sampai terdengar oleh dokter arya.
"tenanglah nak yudha, aku bukan orang tua yang kolot yang tidak mendengarkan alasan langsung marah, aku suka mendengarkan alasan, mempertimbangkannya kemudian memutuskan.." kata dokter arya seakan tau ketakutan yudha.
"eh maaf dok, sebenarnya saya dan lily itu tak punya hubungan romantis dan sejenisnya kita hanya rekan kerja, dia anak buahku dikantor jadi saya ingin melindunginnya, kemarin saya berkata seperti itu karena semata-mata karena ingin melindungi lily dok.." yudha dengan takut melihat dokter arya kemudian dia tertunduk merasa sakit didadanya.
"oh.. seperti itu ya..kupikir anakku itu sekarang punya pacar yang baru.. sebenarnya aku mulai bosan dia berpacaran dengan montir itu, tapi dia selalu berkata montir itu cinta sejatinya..ah sudahlah anak itu selalu bikin susah saja.." kata dokter arya
"jadi begini nak yudha.. saya dengar kalau lily itu sekarang tinggal dirumahmu ya?" tanya dokter arya
"eh.. iya dok tapi dokter nggak usah kwatir saya nggak mungkin kurang ajar sama lily.. dirumahku juga kita nggak hanya tinggal berdua, dirumah masih ada seorang ibu bersama anaknya, jadi kita seperti tinggal di kost-kosan.." yudha dengan gugup menjelaskan situasi dirumahnya. Tapi dokter arya malahan tertawa.
"hahaha aku bukan bermaksud menuduh nak yudha yang bukan-bukan, tapi aku mau minta tolong sama nak yudha.. karena lily tinggal dirumahmu, aku mau minta tolong nak yudha untuk membujuk lily pulang.. nak yudha tahu kalau lily itu seorang dokterkan?"
"iya dok.. tapi saya nggak tahu penyebabnya dia lari dari rumah.. boleh dok saya tahu penyebabnya? saya pernah beberapa kali menanyakan pada lily tapi dia selalu merahasiakan, saya ingin tahu itu bukan karena iseng dok, tapi setidaknya kalau saya tahu akar masalah mudah-mudahan saya bisa membujuknya " kata yudha, dia manatap dokter arya penasaran.
"karena itu hal yang menyakitkan dan memalukan buat dia, makanya dia tidak pernah cerita.. dan itu juga karena kesalahan saya.. orang tua yang kurang peka.. makanya anak itu lari dari rumah" kata dokter arya dan dari matanya dia terlihat merasa sedih.
"kenapa dokter tidak meminta maaf padanya.." tanya yudha asal bicara. Dan sekali lagi dokter arya tertawa.
"hahaha.. itu bukan seperti yang nak yudha bayangkan.. jadi begini.. si lily itukan seorang dokter spesialis anak.. spesialisnya itu belum sampai setahun ini dia selesaikan, waktu itu lily baru selesai kuliah dan mulai bekerja dirumah sakit.. dan mungkin itu ujian atau apa buat lily, dua orang pasiennya meninggal, memang itu bukan kesalahannya tapi itu cukup membuatnya down, dan aku sebagai senior dan pimpinan tentu saja harus bertindak profesional, karena lily terbawa emosi dia terlalu berlebihan saat sedih dan mengabaikan para pasien lainnya, otomatis aku harus menegurnya dengan keras dan saat dirumah aku sebagai orang tua coba membujuknya untuk tegar tapi ternyata dia menanggapi lain dan dia menggila berujung dia melarikan diri dari rumah, saat dia pergi aku sengaja membiarkannya karena kupikir itu bisa jadi waktu istirahat buat lily setelah kerja kerasnya selama ini, tapi ternyata sudah lebih dari empat bulan anak itu belum juga pulang.. aku dan ibunya sudah beberapa kali coba menelponnya tapi tak pernah diangkatnya, kemarin kita mengutus kakaknya tapi dia pulang, bukan membawa adiknya tapi ternyata pulang dengan pipi bengkak habis dipukul orang.." dan dokter arya tertawa setelah menjelaskan panjang lebar, yudha tersipu mendengar candaan dokter arya itu.
"aku dan ibunya berniat menemuinya tapi kita pasti berantem lagi, anak itu.. ah.. kupikir nak yudha sudah mengenalnya dia itu keras kepala sekali, jadi kuharap nak yudha bisa membantu kami.." dokter arya menarik nafasnya dalam, dan menatap yudha dengan penuh harap.
"baik dok aku akan coba bicara sama dia.." kata yudha bersungguh-sungguh.
"tapi maaf.. nak yudha dan lily itu betul-betul tak punya hubungan romantis? sebenarnya sebelum kejadian ini kita sudah berencana untuk menjodohkan lily dengan anak salah satu dokter yang baik dirumah sakit ini.. tapi kalau dia punya hubungan dengan nak yudha kita akan membatalkan rencana kami itu" yudha yang mendengar perkataan dokter yudha lagi-lagi jantungnya berdetak kencang.
"eh benar dok, kita tak punya hubungan romantis, lily punya pacar yang sangat dia cintai dok.. maaf kalau saya mengecewakan dokter.." yudha kembali menundukkan kepalanya merasa bersalah.
"nak yudha, lily tinggal sama nak yudha sudah berapa lama? Pacar lily yang sangat dicintainya itu apa pernah mengunjunginya?"
"eh.." yudha ingin mengatakan belum pernah tapi dia sedikit ragu.
"belum pernah kan.. seperti dugaanku.. itu sebabnya aku sebagai orangtua lily merasa kalau pacarnya itu tak menghargai lily"
"eh pernah dok, sekali.. eh dua kali mungkin.." kata yudha berbohong, dia tak ingin mengecewakan hati orang tua lily sekaligus ingin membela lily.
"oh ya.. baguslah kalau sekarang ada peningkatan.. tapi itu belum bisa membuatku menyukainya.. ah sudahlah.. kita kembali kecerita kita yang tadi nak yudha.. jangan lupa permintaanku tadi, tolong ya bujuk lily.." dokter arya kembali terlihat sedih,
"baik dok.. atau begini, saya akan memberitahukan tempat tinggal kami, siapa tahu dokter bersama ibu bisa kerumah saya dan mungkin bisa meminta maaf, mengalah sedikit buat anak kupikir itu dokter arya pasti bisa melakukannya.. dan mudah-mudahan hati lily bisa luluh dan dia bisa kembali pulang..memang sih mamaku pernah bilang lily itu hanya perlu waktu untuk mencari tahu apa yang diinginkan hatinya.. dan semoga setelah bicara dengan tenang lagi dengan orangtuanya lily jadi bisa menghadapi masalahnya.."
"semoga nak.. terima kasih nak yudha sudah mau membantu kami.." kata dokter arya tulus
"ah saya belum melakukan apa-apa dok, tapi saya akan berusaha membantu dokter dengan semua kemampuan saya.."
"eh nak yudha sebelum pulang bagaimana kalau kita makan bersama dulu? Kebetulan hari ini suami dari anakku yang tertua sedang berulang tahun dan kita bikin acara dikantin rumah sakit," kata dokter arya dia berdiri dan mengajak yudha untuk kekantin rumah sakit.
"suami dari anak tertua dokter arya dokter juga ya?" tanya yudha saat mereka sedang menuju kantin.
"oh iya.. bisa dibilang hampir seluruh keluargaku dokter, mungkin itu sudah jalan keluarga kami.." kata dokter arga dengan tersenyum lebar, merasa bangga dengan keluarganya.