Dua minggu telah berlalu, lily telah berdamai dengan orangtuanya dan kembali kekehidupan lamanya. Begitu juga dengan kehidupan yudha, walaupun dirumah terkadang dia mendengar satria yang membicarakan kerinduannya dengan candaan lily pada ibunya tapi yudha tak terpengaruh dia tahu semua ini juga ada andilnya.
Tok.. tok.. pintu ruang kerja yudha dikantor diketuk dari luar, tapi yudha sepertinya tak mendengar dia sedang asik menonton film lama yang dibuatnya.
"permisi bos.. boleh masuk? Boooos boleh masuk?" didi kepala keuangannya meminta ijin, dia membuka pintu ruang kerja yudha tapi tidak langsung masuk. Sedikit kaget yudha memandang didi yang hanya berdiri didepan pintu.
"iya masuk di.. ada apa?" tanya yudha.
"ini bos aku membawa laporan biaya yang sudah di perbaiki untuk proyek film kita yang baru.. yang diminta bos.." kata didi dan menyerahkan laporan yang dipegangnya kepada yudha. Yudha membacanya sebentar dan
"ok.. terima kasih di.. aku akan mempelajarinya lagi, kalau ada yang kurang nanti ku beri tahu.." kata yudha masih membaca laporan biaya itu,
"ada apa di? Kenapa kamu masih disini? Ada yang bisa ku bantu.." tanya yudha, dia penasaran kenapa didi tidak langsung pergi setelah dia mengisyaratkan kalau didi sudah boleh pergi.
"bukan aku yang perlu bantuan tapi kamu yud.."
"aku? Aku nggak ada masalah aku sehat-sehat aja.." yudha bingung dengan perkataan didi.
"yud semua orang kantor tahu kalau kamu itu seperti anak ayam yang kehilangan induknya.."
"maksudnya? Iya ibuku sekarang memang telah pulang ke kampungnya.. jadi aku memang terkadang merindukannya, tapi kejadian dia kembali ke kampung sudah sekitar dua tahun yang lalu, kenapa kalian baru membahasnya sekarang?" yudha terwa bingung dengan sikap sahabatnya.
"kamu boleh bilang nggak, tapi kita semua bisa merasakan perubahan sikapmu setelah lily pergi, kemarin dirapat kamu memarahi semua orang padahal tak ada yang salah..kamu juga sekarang setiap hari terlihat lebih murung, yud sadarlah dan mengakulah.. kalau kau mencintainya kenapa kau tak mengejarnya dan mengatakan perasaanmu yang sesungguhnya.." yudha sedikit bengong mendengar perkataan didi itu.
"apa maksudmu kita semua?"
"ya semua orang, semua orang dikantor ini, yud..kami semua bisa melihat dan merasakan kalau kamu menyukai lily.. kau pikir itu hanya pendapatku.."kata didi dan yudha tertawa sumbang,
"iya aku akui dua minggu ini aku sedikit merasa kehilangan, tapi tidak seperti yang kalian pikirkan, aku merasa kehilangan karena selama ini setiap datang kekantor dan setiap kita pulang kantor, anak itu selalu mengoceh dengan heboh didalam mobil, ada saja yang selalu jadi bahan ceritanya, jadi sejak dia pergi, mobilku terasa sunyi, tapi kupikir itu bagus, telingaku nggak sakit lagi mendengar suara cemprengnya.." kata yudha membela diri tapi terdengar menyedihkan. Didi hanya diam mendengar perkataan sahabatnya itu.
"pegilah di.. aku tak ingin membahas masalah ini..lily itu punya pacar yang sangat dia cintai.. ku harap kalian semua bisa mengerti keadaanku.." suara yudha begitu memelas, dia telah duduk dikursinya dan menopang wajahnya dengan kedua tangannya. Didi merasa kasihan pada sahabatnya walaupun dia tak menangis tapi didi bisa merasakan kesedihan yudha.
Seminggu telah berlalu setelah pembicaraan yudha dan didi, walaupun berat tapi yudha telah berhasil mengendalikan emosinya dia tak lagi mencampur masalah pribadinya dengan urusan kantor, dan siang itu yudha begitu bahagia melihat satu panggilan tak terjawab di hpnya.
"halo.. kenapa kau menleponku?" tanya yudha padahal sebuah senyum bahagia terlihat diwajahnya.
"uh pak bos yudha yang super sibuk.. iya aku tadi sedikit kesal karena telponku tak diangkat, tapi setelah bicara dengan kak billy aku jadi mengerti kalau pak yudha itu sedang sibuk sekali, selamat ya pak bos.. jadi filmnya sebentar lagi bisa diputar?" lily yang ditelpon yudha juga tersenyum bahagia, karena walaupun kata billy yudha sedang sibuk tapi dia tetap meluangkan waktu untuk belas menelpon lily.
"iya filmnya sudah disetujui, tapi untuk diputar prosesnya masih agak panjang, yaa.. kira-kira tahun depan baru bisa di putar.., jadi karena kau ingin memberi selamat padaku makanya kamu menelponku?, kupukir ibu dokter yang sibuk ini telah melupakanku.." kata yudha menggoda.
"siapa yang melupakan siapa? Aku setiap hari menunggu telpon dari kamu tapi tak pernah sekalipun ditelpon, kamu menelponku karena aku yang lebih dahulu menelponmu kan?" suara lily terdengar kesal.
"iya maafkan aku, aku terlalu sibuk, kupikir aku telah dilupakan.." kata yudha merasa bersalah.
"iya nggak apa-apa.. aku maklum pak yudha itu kayak gimana.. tapi aku punya berita bagus yud.." kata lily penuh semangat.
"berita apa?" tanya yudha penasaran.
"yud.. akhirnya.. akhirnya cintaku direstui yud.. aku akan menikah dengan pacarku.." kata lily masih penuh semangat, tapi DEG.. berita itu buat yudha seperti pisau yang tajam menusuk hatinya, dia hampir saja menjatuhkan hpnya.
"eh.. yud.. kamu kenapa?" tanya lily disana dia mendengar yudha seperti menjatuhkan sesuatu.
"ah nggak apa-apa ly.. hanya saja tadi aku hampir ditabrak orang.." kata yudha berbohong, bagaimana bisa ditabrak orang sedangkan dia berada diruang kerjanya.
"emang kamu lagi dimana?" tanya lily
"aku lagi keluar cari makan siang..eh jadi kalian mau menikah? Kapan?" sekali lagi yudha berbohong. yudha tak lagi memegang hpnya, hpnya telah diletakkan dimeja dan dibuat dalam mode loudspeaker, walaupun suaranya terdengar biasa tapi tangannya terlalu gemetar untuk memegang hp.
"iya yud.. akhirnya papa setuju aku menikah dengan kak bima pacarku itu, walaupun awalnya papa ngotot ingin menjodohkan aku dengan anak salah satu rekannya tapi aku mengancamnya akan lari lagi dari rumah kalau dia nggak setuju, dan akhirnya papa setuju, kami akan menikah dua minggu lagi dari sekarang yud.. kamu datang ya.. pernikahan kami hanya mengundang keluarga dekat, dan juga nggak pakai undangan, jadi mengundangnya lewat telpon aja, kuharap kamu dan mama bisa datang ya.." kata lily masih terdengar penuh semangat. Mendengar cerita lily itu yudha meremas kepalanya dengan kedua tangannya. Menarik nafasnya dalam dan menghembuskan lewat mulut dengan perlahan, berusaha menenangkan dirinya.
"apakah kamu bahagia ly?" tanya yudha tetap terdengar santai padahal hatinya seperti teriris-iris sakitnya.
"hm.. aku bahaaggiiiiaaa baaanget..aku akan menikah yud.." suara lily benar terdengar bahagia, sedangkan yudha airmatanya tanpa dia sadar telah menetes, Tapi dengan kasar dihapusnya. Dan tersenyum, kebahagiaan lilylah yang paling utama tekadnya.
"selamat ly ya.." kata yudha tulus.
"uhh yudha aku ingin banget ketemu kamu secara langsung.. aku ingin bercerita yang banyak, hanya sama kamu aku bisa cerita apa saja.. aku kangen sama kamu yud..datang ya ke pernikahanku..please.." pinta lily memohon, yudha hanya tersenyum kecut.
"hm.. akan ku usahakan ly.. sekali lagi selamat ya.. semoga kau selalu bahagia ly.." ucap yudha dan mengakhiri telponnya. Tak ada yang lebih menyakitkan ketika mengatakan pada orang yang sangat ingin dimiliki selamat berbahagia bersama orang lain.