"tante diana.. bagaimana kalau malam ini kita makan gado-gado..aku udah lama nggak makan gado-gado.." bujuk lily pada tante diana.
"iya.. tante sih setuju aja.. tapi bagimana dengan nak yudha? Dia setuju nggak?"
"ok tan.. nanti ku tanyakan.." dan lily melangkah ke ruang kerja yudha. Disana llily melihat yudha sedang duduk dimeja kerjanya seperti biasa, tapi sepertinya dia tidak sedang bekerja tapi sedang menghayal, soalnya saat lily mengetuk pintu dan sekarang telah berdiri didepannya, yudha tak bergerak sedikitpun dia asik menatap tangannya yang dilipat didepan dagunya.
"tok..tok.. pak yudha..maaf boleh mengganggu?" lily mengetuk meja tapi juga dia menirukan suara mengetuk dan yudha kaget.
"waaah kayaknya pak yudha sedang menghayal ya?"
"bukan menghayal..aku lagi cari isnpirasi.. apaan sih.. eh ly.. aku boleh?..ah nggak usah nggak jadi.." kata yudha, dia menggerakkan tangannya seperti penghapus perkataannya, ada yang ingin dia tanyakan tapi dia ragu.
"kamu mencariku ada apa?" yudha telah mengganti topik pertanyaannya.
"aku kesini mau bertanya sama kamu.. aku tadi meminta tante diana untuk membuat gado-gado sebagai makan malam kita, bagaimana.. boleh?"
"oh.. ok.. boleh juga.." kata yudha dan dia menatap lily, pandangannya seperti ingin mengatakan banyak hal.
"kamu kenapa sih.. hm?.. apa yang ingin kau tanyakan? Tadi itu ly aku boleh? Boleh apa? ayo katakan.." tanya lily penasaran dengan melihat tatapan yudha padanya.
"enggak.. nggak apa-apa.." kata yudha menggelengkan kepalanya
"ya sudah.. aku pergi.." kata lily dan berbalik pergi, tapi belum sampai pintu yudha telah menghentikan langkahnya.
"eh ly tunggu.." kata yudha.
"hm.. kenapa? ada apa?" lily telah membalikkan badannya menatap yudha lagi. Yudha terlihat ragu lagi, tapi kemudian.
"nanti selesai makan ada yang ingin aku bicarakan.. boleh?" tanya yudha.
"harus menunggu selesai makan ya? Kalau sekarang?"
"iya harus selesai makan, kalau sekarang nanti tante diana siapa yang akan membantunya memasak.." kata yudha, dan lily tertawa kemudian menjulurkan lidahnya mengejek yudha, dan kemudian dengan cepat pergi meninggalkan yudha.
Saat membantu tante diana memasak lily termenung menebak-nebak apa yang akan dikatakan yudha padanya, apakah yudha ingin mengatakan kalau dia menyukaiku? Pikir lily, soalnya teman-temannya dikantor sering mengatakan padanya kalau pak yudha menyukainya, asumsi mereka itu karena stiap dekat lily katanya pak yudha lebih sering tersenyum, penuh perhatian dan terlihat bahagia, tapi lily tak pernah percaya karena selain yudha tak pernah mengatakan apapun, juga karena perhatian yudha padanya itu memang sudah seharusnya dia lakukan dan sekarang apakah yudha benar akan mengatakan seperti yang dibilang teman-temannya? lily sedikit gugup jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
"nak lily kalau lagi memotong sayur jangan melamun, nanti jarinya kepotong.." kata tante diana menyentuh pundak lily, tante diana sudah beberapa kali memanggilnya tapi lily tak mendengar, seketika lily kaget dengan sentuhan tante diana itu dan menjadi salah tingkah melihat senyuman tante diana.
"iya tan maafkan lily.."
"itu bukan kesalahan hanya saja itu bahaya buat lily.." kata tante diana dan sekali lagi dia tersenyum lebar, merekapun kembali bekerja menyiapkan makan malam.
Selesai makan malam seperti yang diminta yudha pada lily tadi, mereka berdua telah berada diruang kerja yudha.
"yud mau ku ambilkan buah?" tanya lily, padahal sebenarnya dia itu hanya ingin membuat kegiatan agar tidak terlalu canggung.
"hm.. boleh juga.." kata yudha sambil menganggukkan kepala dan tersenyum pada lily. Tak lama kemudian lily telah kembali dengan senampan buah.
"ini buahnya.. silahkan.." kata lily dan duduk didepan meja kerja yudha. dengan santai yudha memakan buat yang di bawa lily, dan terlihat asik sendiri.
"jadi sekarang apa yang ingin kau katakan.." tanya lily dia tak ingin berlama-lama, yudha menatap lily sesaat.
"oh yang tadi.." kata yudha menyadari, dia kembali ragu, sedangkan lily hanya balas menatapnya mereka terdiam untuk sesaat dengan pikiran masing-masing.
"itu aku hanya mau cerita soal.." kata yudha ragu
"soal apa?!" desak lily
"tapi kalau kamu nggak suka, nanti kamu marah.." yudha masih ragu
"kalau nggak suka.. ya pasti aku akan bilang nggak suka, tapi kalau marah kecuali kamu menghinaku atau apa, itu baru akan membuatku marah yud.." kata lily tenang, sedangkan dalam pikirannya, "berarti benar yudha akan mengatakan cintanya padaku.. trus aku harus jawab apa? Aku punya pacar.." lily mulai bingung.
"tapi kalau kamu ragu untuk mengatakan, ya sudah lebih baik nggak usah, atau nantilah kalau kamu sudah siap.." kata lily lagi dia bersiap kembali kekamarnya.
"tapi ly, ini harus dibicarakan.. kalau aku simpan lebih lama lagi nanti kau akan salah paham padaku.." yudha menahan tangan lily, dan kembali mereka saling menatap, dan setelah menarik tangannya lily kembali duduk didepan yudha.
" ya udah kalau gitu ngomong aja.. jangan bikin bingung yud.. bicaranya jangan bolak balik nggak jelas.." desak lily lagi, dia cemberut dengan keraguan yudha.
"sebentar aku makan buah satu satu lagi ya.." yudha berusaha menghilangkan kegugupannya. Sedangkan lily hanya bisa menatapnya.
"begini ly.. ya sudah kalau kamu mau marah tapi ini harus aku katakan.." kata yudha lagi dan sekarang lily telah memelototinya, yudha tersenyum kecut.
"ini ly.. ceritanya dimulai tadi pagi.. jadi tadi pagi itu aku ditelpon seseorang meminta waktuku untuk menemuinya.." yudha berhenti sebentar melihat reaksi lily, sedangkan lily mulai gelisah, apakah yudha bertemu mantannya lagi?
"siapa seseorang itu?" tanya lily, tapi yudha hanya diam.
"akhirnya aku setuju untuk menemui orang itu, tadi siang kami bertemu, dia mengundangku datang ke kantornya.. dan disana kami ngobrol dan bercerita sedikit tentang kamu.." yudha memulai ceritanya lagi.
"Bicara tentang aku? Jadi siapa sebenarnya orang itu?" lily telah penasaran.
"aku bertemu ayahmu ly.. dan kita membicarakan tentang kenapa kau pergi dari rumah.. maafkan aku ly.. aku hanya penasaran dan ingin membantumu.." kata yudha, dan lily kaget dia menarik nafasnya dalam wajahnya kecewa.
"kau melarangku untuk mencampuri urusanmu, kenapa kau menghianatiku, kalau ayahku menelponmu kenapa tidak bertanya padaku dulu, tadi pagi itu aku sempat bertanya siapa yang menelpon, tapi kamu berkata hanya rekan bisnis.. aku nggak sangka kalau kamu seperti ini yud.." lily langsung mengatakan kekecewaannya pada yudha.
"dengar dulu ceritanya sampai selesai ly.."
"aku sudah tahu semua ceritanya karena aku pelakunya kenapa aku harus mendengarnya darimu.."
"ly..please.. aku hanya ingin membantumu.. iya memang aku mencampuri urusan pribadimu..tapi bukankah kita memang sudah saling mencampuri urusan pribadi?.. ly.. aku tak akan mengomentari apa yang telah kau perbuat, sama sekali tak ingin, aku memang tak mengerti dengan apa yang kau rasakan, tapi aku percaya padamu...dan berusaha memahamimu.. aku yakin tindakanmu ini pasti telah kau pikirkan masak-masakkan.." lily diam menatap yudha
"tapi maafkan aku ly.. aku tak akan membelamu, juga tak akan membela orang tuamu.. aku hanya ingin masalah ini... kalian harus membicarakannya lagi.. ku pikir kesedihan dan kemarahan itu sudah berlalu ly.. bicaralah dengan hati yang dingin dengan orangtuamu.. aku tahu kamu seniman yang hebat ly.. tapi aku juga tahu kalau passionmu adalah sebagai seorang dokter yang baik.. kumohon ly.. bicaralah kembali dengan orang tuamu ya.." lily masih tetap diam manatap yudha, tapi sorot kekecewaan yang tadi mulai hilang,
"maafkan aku ly.. aku mengatakan ini karena aku melihat semua itu saat kau mengobatiku.. kau memang menggambar dengan sangat baik dan luar biasa, tapi disana kau melukis dan menggambar hanya mengikuti perintah tak ada gairah disana.. sedangkan sebagai seorang dokter aku melihat kau begitu bersemangat untuk bisa menemukan sakitku dan menyembuhkanku.. ly.. pikirkan lagi ya.." yudha menatap lily sambil tersenyum manis berharap lily mengerti maksudnya.