Chereads / CINTA, TAKDIR dan KARMA YUDHA / Chapter 9 - Cerita 8

Chapter 9 - Cerita 8

"tapi yud.. bukannya kamu pernah bilang sama aku, akulah wanita yang paling kamu cintai didunia ini, aku selalu ingat perkataanmu itu.." susan mulai meneteskan airmatanya.

"iya memang.. sama seperti wanita lain yang pernah jadi pacarku, aku memang pernah mencintaimu, tapi itu dulu..saat kau memilih laki-laki itu untuk kau tiduri.. cintaku langsung hilang, aku sudah memberikan semua yang kau minta, semua cintaku.. tapi kau lebih menyukai dia, lebih mencitainya dan itu sangat menyakitikku dan mempermalukanku,  aku bukan orang bodoh yang akan tetap mencintaimu setelah semua perbuatanmu itu.. maaf san, kamu itu masa laluku, sekarang aku punya masa depan dan aku tak suka jika masa laluku menghancurkan masa depanku. Ingat itu san.." kata yudha, dia tersenyum sinis tak terpengaruh dengan airmata susan.

"kau tega.. sejak dulu kau selalu tega padaku.. kau selalu menyakitiku.." suara susan seperti mencicit.

"iya sekarang aku memang harus tega dan harus seperti itu.." kata yudha tegas dan sekarang susan telah menangis, dia menangis yang sesungguhnya karena dia sadar yudha tak bisa lagi dia kuasai.tak lama kemudian pelayan datang membawa makanan pesanan mereka.

"makanlah.. nikmatilah makanan terakhir yang aku traktir buatmu.." kata yudha dan dia mulai memakan makanan pesanannya, tanpa rasa bersalah dan peduli padany susan, sedangkan susan sendiri masih terisak sedih.

Dirumah saat menunggu yudha pulang semua orang diam, mereka tak ingin melakukan akfititas apapun, seakan telah sadar musibah akan segera datang, dan memang benar saat yudah masuk kedalam rumah suasana langsung jadi menyeramkan auranya berubah dingin walau wajahnya datar tapi tatapannya menakutkan.

"dimana dia?!" tanya yudha pada tante diana yang sedang membuat kue didapur,

"nak yudha.. maafkan mereka, mereka hanya ingin mem.." tante diana coba meminta maaf, tapi dipotong yudha.

"memaafkan tan?..yang dia lakukan itu kurang ajar tan.. tante katakan saja dimana dia.." tanya yudha lagi, tante diana menatap yudha sesaat, kali ini permintaan maafnya dengan senyuman, tapi yudha hanya menggelengkan kepala

"dikamarnya.." akhirnya tante diana menjawab.

Dengan langkah panjang yudha langsung tiba dikamar lily. Didepan pintu dia mengetuk pintunya, dan untuk beberapa saat akhirnya lily membuka pintu itu.

"boleh masuk?!" tanya yudha, dia menatap lily tanpa senyuman. Lily tak menyahut dia hanya mundur selangkah dan yudha langsung masuk.

"Ini Hanya Peringatan Buat Kamu, Jangan Pernah Mencampuri Urusan Pribadiku, Aku Akan Sangat Marah Dan Tidak Menoleransi Perbuatan Seperti Itu Lagi" kata yudha tegas.

"aku hanya berniat membantumu.."

"membantu?!.. hal seperti itu kau bilang membantu? Kau tahu.. bantuanmu itu adalah bencana buat aku.." kata yudha tapi lily kesal mendengarnya,

"Bencana?! Tega Ya Dibilang Bencana, Jadi Aku Mengaku Yang Sebagai Pacarmu..Kau Bilang Itu Bencana.."  

"bukan itu maksudku.. kamu"

"aku belum tuli yud.. kau bilang tadi itu bencana.." lily menatap yudha begitu kecewa. Yudha ingin menjelaskan maksud perkataan bencananya tapi lily terlanjut marah, yudha hanya diam merasa tak bisa berkata-kata lagi.

"sekedar kau tahu yud, aku mencampuri urusanmu karena kau lebih dulu mencampuri urusanku pribadiku,kau peduli dengan cara berpakaianku selain itu juga kupikir karena hubungan kita sekarang lebih baik, tapi ternyata aku hanya bencana buat kamu.." lily tersenyum kecut.

" terima kasih yud.. selamat malam.." kata lily, dia telah membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan yudha keluar, dan setelah yudha keluar lily membanting pintu kamarnya.

Tengah malam semua orang dibuat bangun oleh yudha, perutnya begitu sakit dan dia menelpon satria untuk mengambilkan obat untuknya, tapi walaupun telah meminum obat saki diperut yudha tak mau hilang, dan karena panik satria membangunkan ibunya, keributan itu juga membuat lily akhirnya bangun.

"ada apa tante? Kenapa ribut-ribut.." tanya lily yang terbangun dan merasa kwatir dengan kepanikan semua orang.

"itu nak yudha sakit perut, sudah di kasih obat maag sama satria tapi sakit perutnya nak yudha tak hilang juga.. apa yang harus kita lakukan nak lily.. apa kita bawa dia kerumah sakit aja? Tapi masalahnya nak yudha nggak mau.." jawab tante diana kwatir.

"oh biar kuperiksa tan.." kata lily dan bergegas kekamar yudha, dia melihat disana wajah yudha terlihat sangat pucat menahan sakit, dan dia tidur dengan posisi miring mengkerut sambil memegang perutnya, walau menutup mata tapi lily tahu yudha tidak tidur, terlalu sakit untuk bisa tidur.

"apa yang kau rasakan? Apakah hanya perutmu yang sakit atau ada keluhan yang lain?" tanya lily pada yudha dengan suara terdengar tenang dan profesional.

"kak lily mau apa.." tanya satria bingung, tapi dia telah mundur dari dekat yudha dan memberikan ruang untuk lily.

"aku dokter sat, dan akan melakukan kewajibanku" kata lily tersenyum dan mulai melakukan tugasnya, dia mulai dari memeriksa nadi yudha, suhu tubuh yudha, dan seterusnya dan dia juga memberikan beberapa pertanyaan kepada yudha, dengan menahan sakit yudha menjawab semua pertanyaan lily.

"ini semua gejala usus buntu yud.. aku akan memberikan resep obat untukmu.. sat minta tolong kamu ke apotek dan menebus obat ini" setelah melakukan pemeriksaan lily akhirnya bisa mengetahui sakit yudha. Dan setelah meminum obat yang diresepkan lily yudha bisa tertidur dengan nyenyaknya. akhirnya semua kekacauan itu selesai.

"terima kasih nak lily.. syukur ada nak lily dirumah.. kalau nggak tante tadi bingung harus berbuat apa dan begitu takut.." tante diana sangat berterima kasih pada lily,

"kak lily ini dokter yang sebenarnya?" tanya satria masih tak percaya.

"nggak lucu sat, kalau aku bukan dokter, apotek pasti nggak akan memberikan kamu obat. Kenapa.. apa aku sekarang terlihat lebih keren?" jawab lily pura-pura cemberut,

"iya maaf kak.." kata satria sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, merasa bersalah.

"kak kalau kak lily dokter kenapa nggak bekerja sebagai dokter kenapa bekerja sebagai ilustrator kak?" tanya satria penasaran.

"panjang ceritanya..lebih baik sekarang kamu tidur, tante diana juga, soal yudha.. nanti aku yang menjaganya.." kata lily, awalnya satria ragu, dia masih kwatir pada yudha tapi lily menyuruhnya dengan mendorongnya untuk kembali kekamarnya akhirnya satria menurut juga, setelah memastikan satria dan tante diana kembali kekamar mereka, lily dengan perlahan masuk kekamar yudha dan memastikan lagi kondisi yudha. Dan dia tertidur dikursi dikamar yudha.