Li Si An duduk di depan meja rias, setelah menyelesaikan serangkaian perawatan wajah dia terus menysir rambutnya sambil berapa kali mencuri padang pada Su Yu melalui cermin.
Li Si An belum berani naik ke tempat tidur. Ada Su Yu di atas sana.
Malam itu Su Yu naik ke tempat tidur lebih cepat dari pada dugaan Li Si An. Dia pikir Su Yu akan kembali ke ruang belajar untuk melakukan pekerjaannya di sana. Tapi Su Yu malah membawa pekerjaannya ke tempat tidur mereka.
Li Si An tidak yakin menyebut tempat tidur itu sebagai milik mereka.
"Apakah ada sesuatu yang menganggumu ?"
Li Si An baru saja mendengar suara Su Yu bertanya, jadi dia meliriknya lagi lewat cermin.
Di lihatnya Su Yu masih berkutat dengan laptop di pangkuanya. Suara ketukan pada keyboard juga masih mengisi suara di latar belakang. Apakah yang baru saja dia dengarn itu benar-benar Su Yu ?
Li Si An meneruskan pemikirannya sembari menyisir rambut panjanganya.
"Naiklah ke tempat tidur." Suara Su Yu terdengar lagi dan ketukan jarinya di atas keyboard sudah berhenti.
Tatapan Li Si An bertemu dengan Su Yu di cermin. Li Si An hanya tahu dia harus menuruti perintah itu atau sesuatu buruk mungkin terjadi. Begitu yang Li Si An baca dari mata dingin Su Yu.
Li Si An meletakan sisirnya dan segera berjalan ke sisi lain tempat tidur. Dia naik ke tempat tidur dan segera menutupi dirinya dengan bed cover tanpa memandang Su Yu sama sekali. Li Si An memberikan Su Yu punggungnya.
Suasananya semakin hening karena Su Yu tidak melanjutkan pekerjaanya. Apakah mungkin Su Yu sedang memperhatikan dirinya? Li Si An memegang erat-great selimutnya. Pikirannya tak menentu ke sana kemari dan jatungnya memompa begitu cepat.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Li Si An berbagi ranjang dengan seorang pria. Ye Mufan bahkan belum pernah seberuntung Su Yu.
Sisi ranjang bergolak, sepertinya Su Yu sedang bergerak ke arahnya. Li Si An memejamkan matanya rapat-rapat dan berdoa memohon agar Dewa melindunginya dari hal buruk apa pun yang akan Su Yu lakukan padanya.
Disaat itulah, dia bisa merasakan tubuh Su Yu ada di atasnya.
Li Si An pikir Su Yu akan menekannya. Tetapi Su Yu hanya ada di atasnya untuk beberapa waktu setelahnya pria itu bergeser dan kembali ke tempatnya.
Apa itu tadi ?
Li Si An membuka matanya pelan-pelan dan perubahan cahaya telah menyambut matanya.
Ah ! Su Yu baru saja mematikan lampu utama dan menyalahkan lampu tidur disamping Li Si An.
Dasar gadis bodoh ! Apa yang sepanjang hari ini dipikirkan olehnya ?
Dia terus berpikir Su Yu akan melakukan sesuatu padanya, padahal semua hanya hal gila dikepalanya.
Li Si An menarik napasnya secara teratur, jatungnya sudah memompa dengan normal lagi. Dengan segera dia pergi ke dalam mimpinya.
Bahkan dalam mimpinya itu, Li Si An masih membawa Su Yu bersamanya.
Li Si An bermimpi bahwa Su Yu mencium keningnya dan mengucapkan selamat malam dengan manis. Ugh ! Itu sudah pasti hanya mimpi.
…
Li Si An bangun keeseokan paginya, hampir siang tepatnya.
Su Yu pasti sudah berangkat bekerjanya. Entah kenapa dia merasa bersalah karena bangun kesiangan.
Saat Li Si An keluar dari kamarnya, ada Wei Jun di depan pintu.
"Selamat pagi, Kakak Li." Pemuda itu memberinya salam, kemudian memperhatikan Li Si An dari kepada hingga ujung kaki. "Kakak, kusarankan sebaiknya kamu mandi terlebih dahulu sebelum turun ke lantai bawah."
"Memangnya kenapa ?" Li Si An memeriksa dirinya, apakah ada sesuatu yang salah dengan piyamanya ?
"Masalahnya, Nyonya… "
"Nyonya Muda mana yang masih menggenakan piyama ketika hampir tengah hari ?" Komentar itu muncul dari belakang Wei Jun.
Sial! Mereka tertangkap basah, pikir Wei Jun.
Nyonya Besar Su muncul entah dari mana.
Seharusnya Wei Jun segera memberi peringatan lebih awal kepada Li Si An. Tetapi itu kali pertamanya mendengar Li Si An di nasihati begitu keras oleh Nyonya Besar.
"Kenapa wanita sepertimu harus jadi menantukku." Nyonya Besar Su mendesah kecewa, sindirannya dilotarkan secara blak-blakkan.
"Apakah aku melakukan kesalahan, Ibu?" Li Si An bertanya dengan sopan dan manis.
"Cih, siapa yang kamu panggil ibu? Apa kamu memang selalu bangun siang seperti ini ? Sungguh tidak terduga, apakah begini cara Nyonya Li mendidikmu ?"
Itu komentar yang tidak terduga. Nyonya Besar Su bahkan berani menyebutkan Nyonya Li dalam komentarnya.
"Ibu, Nyonya Li selalu mengajarkanku untuk berterus terang dan jelas dengan kata-kata kami. Apa yang ingin ibu sampaikan sebenarnya ? Kuharap kamu mengatakannya dengan jelas." Li Si An menimpali dengan berani, cukup berani karena ibu mertuanya itu terlebih dulu menyinggung ibunya.
Mengapa hubungan menantu dan ibu mertua ini jadi seperti ini ? Wei Jun merasa terperangkap di tengah-tengah perang.
"Nyonya Su, mohon maafkan aku karena menyela. Tetapi anda tidak dapat menyalahkan Kakak Li untuk hari ini, dia bangun terlambat karena Tuan Muda Su." Wei Jun memberanikan dirinya untuk berbicara. Dia harus menjaga Li Si An bagaimana pun caranya.
"Siapa yang mengizinkanmu bicara ?" Nyonya Su tidak berharap ada pembelaan untuk Li Si An.
Su Yu sedang tidak ada di rumah, jadi mengapa masih ada orang yang membelanya ?
"Nyonya, ini adalah kesalahan Tuan Muda. Kau tahu, Tuan Muda Su mungkin telah menyimpan hasratnya untuk beberapa waktu ini dan dia begitu bersemangat karena Kakak Li kembali menemaninya tidur tadi malam... Padahal Kakak Li baru saja keluar dari rumah sakit. "
Nyonya Besar Su dan Li Ji An menyimak pembelaan Wei Jun dengan seksama. Mereka bahkan memvisualisasikan apa yang pemuda itu sampaikan dalam pikiran mereka masing-masing.
Mengapa pembelaan itu terdengar begitu masuk akal?
Ditulis - 21 Juli 2021