Sesampainya di Bandara kedua kakak beradik itu disambut oleh sekretaris serta bawahan Gabriela yang akan menemani wanita itu keluar kota.
"Masih ada waktu 30 menit, kalian makanlah dulu aku dan Bu Gabriela juga akan mencari makan" ucap Briel sebelum merangkul pundak Gabriela untuk diajaknya pergi dan tidak lupa Briel menitipkan koper milik Gabriela pada sekretaris adiknya itu.
"Kita makan dulu ya."
Gabriela hanya bisa mengangguk, menurut dengan ajakan sang kakak.
"Tunggulah disini aku akan memesan makanan dulu."
Gabriela duduk disalah satu kursi menunggu kakaknya selesai memesan makanan, ia memandangi suasana di Bandara tersebut.
Disana sangat ramai tapi kenapa Gabriela masih merasa kesepian.
Ada apakah dengan Gabriela?
"Andai saja kau masih ada, pasti kau yang akan mengantar aku kesini menggantikan posisi kak Briel kan, Ris" lagi-lagi ia teringat mendiang suaminya.
Bahkan tempatnya duduk yang sekarang ia duduki adalah tempat dimana dulu ia duduk bersama Aris ketika menunggu cek in sembari mengisi perut saat mereka akan berbulan madu bersama.
Bukan tanpa alasan kenapa Gabriela memilih tempat duduk itu karna dia ingin mengulang kembali bagaimana rasanya saat dulu dia berada disini bersama Aris.
"Apa kau mau makan dulu, tadi sebelum berangkat kita belum sempat sarapan. Aku membeli makanan dulu ya." Aris berjalan meninggalkan Gabriela untuk mencari restoran yang ada disekitar bandara.
Tidak lama kemudian Aris kembali sambil membawa nasi kotak dan air mineral.
"Perhatian kecil seperti itu tidak akan pernah aku dapatkan lagi dari mu, bodohnya aku kenapa menyia-nyiakan lelaki tulus seperti diri mu." ucap Gabriela sambil mengelus kursi yang berada tepat di sebelahnya, kursi itu adalah kursi yang dulu pernah di duduki oleh Aris.
"Ini aku belikan nasi kotak dan air minum, maaf karena hanya penjual nasi kotak ini yang ada di dekat Bandara" Aris memberikan nasi kotak itu pada Gabriela.
Namun gadis itu sama sekali tidak menerimanya ataupun membalas perkataan Aris bahkan melirik pun tidak, Gabriela lebih memilih memperhatikan ponsel miliknya dan mengabaikan keberadaan suaminya saat itu.
"Kau harus makan, kau tidak boleh melewatkan makan pagi mu, La." Aris mendudukkan dirinya disamping Gabriela lalu berniat menyuapkan nasi kedalam mulut istrinya.
Belum sampai suapannya itu masuk ke dalam mulut istrinya, namun sendok itu sudah jatuh kelantai.
Siapa lagi kalau bukan Gabriela pelakunya, gadis itu menampik sendok yang digunakan Aris untuk menyuapinya.
"Kau pikir aku anak kecil yang makan harus disuapi?! Kau membuat aku malu!" Gabriela memberi penekanan di kalimat akhirnya.
Bagaimana Gabriela tidak malu pada saat itu, disana ada banyak orang dan suaminya itu dengan tidak malu menyuapinya.
Sekarang Gabriela hanya bisa tersenyum miris mengingat bagaimana dulu dia memperlakukan suaminya.
"Ris, maafkan aku dan tolong lupakan perkataan ku waktu itu, aku sama sekali tidak malu mempunyai suami sepertimu justru aku sangat beruntung memiliki suami yang mencintai ku dengan tulus seperti dirimu. Maafkan aku, Ris. " ucapan Gabriela lebih seperti bisikan.
Didalam diri Gabriela ia berjanji akan mencoba menerima kehadiran orang yang benar-benar mencintainya, dia tidak akan lagi mengabaikan orang yang perduli dengannya.
Seperti halnya saat ini, Gabriela sudah menyadari dan menerima kehadiran Aris di dalam hidupnya meski semuanya sudah terlambat.
Gabriela tidak akan lagi mengingat Rendi mantan kekasihnya, seperti apa yang sering dikatakan oleh Aris bahwa Rendi tidak benar-benar mencintainya.
Buktinya lelaki itu menghilang seperti di telan bumi, bahkan Rendi sama sekali tidak berusaha mempertahankan hubungan mereka dan memilih untuk pergi meninggalkan Gabriela yang saat itu di paksa menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya.
Namun sekarang Gabriela sudah bisa membedakan mana lelaki yang benar-benar tulus mencintainya.
"La."
Gabriela tersentak kaget dengan kedatangan kakaknya, dan langsung duduk tegak.
"Kenapa kamu diam saja, sedang memikirkan sesuatu?"
Gabriela melirik ke arah kakaknya yang baru saja duduk di kursi yang ada di sebelahnya, "Hah? Tidak."
Briel ikut melirik adiknya, "Jangan pikirkan apapun, semuanya akan baik-baik saja. Ini makan dulu setelah itu kita ke ruang tunggu."
>
Setelah mengisi tenaganya kini tiba saatnya Gabriela harus cek in dan berangkat menuju kota tujuannya.
"Kau harus mengabari aku sesampainya disana, jangan sampai lupa. Disini kami semua menunggu kabar dari mu." Briel memeluk tubuh adiknya.
Gabriela mengangguk "Aku pasti akan langsung mengabari mu sesampainya disana, terimakasih sudah mengantar ku. Berhati-hatilah di jalan. Jaga Ayah dan Ibu selama aku pergi." wanita itu melepas pelukan singkat yang diberikan oleh kakaknya.
"Tanpa kau suruh pun aku akan menjaga ayah dan ibu. Jika kau sudah pulang dari sana jangan lupa beri tahu aku, agar aku bisa menjemput mu." Briel mengusap puncak kepala Gabriela ketika adiknya itu mengangguk, "Baik-baiklah disana, jaga dirimu dengan baik jangan lupa makan yang teratur dan tidur yang cukup."
Gabriela tersenyum bahagia ketika memiliki seorang kakak lelaki yang begitu peduli dengannya.
"Kau juga kak, jika ada apa-apa kabari aku ya. Aku berangkat dulu." Gabriela menepuk pundak kakak lelakinya dan berjalan melewati lelaki itu.
Sebelum masuk kedalam pesawat Gabriela tidak lupa melambaikan tangannya pada sang kakak yang masih setia berdiri ditempatnya tadi untuk menunggu keberangkatannya.
"Aku pergi sebentar ya Ris tunggu aku kembali, begitu pulang aku akan langsung mengunjungi mu. Doakan semoga tidak terjadi hal buruk pada ku selama disana. Kau pasti akan menjaga aku kan." ucap Gabriela sebelum pesawat lepas landas dan membawanya pergi.
>
Sesampainya di tempat tujuannya, Gabriela beserta bawahannya disambut baik oleh karyawan perusahaan tempat ia mengadakan pertemuan nantinya.
Gabriela beserta rombongan diantar ke hotel untuk beristirahat dan besok akan ada kunjungan ke perusahaan dilanjutkan dengan pertemuan seperti jadwal yang sudah ditentukan sebelumnya.
Setibanya di hotel Gabriela tidak lupa mengirim kabar pada sang kakak jika ia sudah sampai di tempat tujuan dengan selamat.
Dia juga menyuruh kakaknya untuk tidak mengkhawatirkannya selama disana.
Selesai memberi kabar pada sang kakak, Gabriela mengambil setelan baju gantinya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian beristirahat.
Entah kenapa hanya naik pesawat selama dua jam saja rasanya melelahkan sekali.
Setelah membersihkan diri Gabriela segera bersiap-siap karna dia aja janji makan malam bersama karyawannya.
Gadis itu berjalan keluar dari kamar hotelnya dan langsung menuju ke lantai bawah.
Disana Gabriela sudah di sambut dengan karyawannya yang ternyata sudah menunggu kedatangannya, "Apakah kalian sudah menunggu lama? Maaf karna saya datang terlambat."
Susi selaku sekretaris kedua Gabriela langsung beranjak dari kursinya dan berjalan mendekati atasannya itu, "Tidak, Bu. Kami bahkan baru saja duduk disini. Ibu silahkan duduk, disini di sebelah saya."
Gabriela duduk disebelah sekretaris perempuannya bernama Susi itu.
Gabriela memang memiliki dua sekretaris di kantornya, mengingat pekerjaannya yang begitu banyak maka Gabriela memutuskan untuk mempunyai sekretaris double untuk membantunya dalam bekerja.