Chereads / Ujung Yang Manis / Chapter 43 - Kembali pulang

Chapter 43 - Kembali pulang

"Aku harap kau masih mau menerima perasaan aku yang datang sangat terlambat ini, kau belum menutup pintu hati mu untuk ku kan Ris?"

Wanita itu mengelus layar ponselnya yang menunjukkan foto Aris yang sedang tersenyum disana.

Darimana Gabriela mendapatkan foto Aris? Tentu saja dari foto profil yang belum sempat diganti oleh Aris di kontak miliknya.

"Apa kau masih bisa menerima aku setelah aku sudah banyak melukai perasaan mu selama ini?" Gabriela membawa tubuhnya untuk berbaring di kasur dengan foto Aris di dalam dekapannya, "Maafkan aku, Ris."

Gabriela terlelap sambil memeluk ponselnya yang menampilkan foto sang suami.

Andai saja Gabriela mendengar kata terakhir yang diucapkan Aris sebelum kecelakaan, pasti dia akan menangis tersedu.

"Aku mencintai mu istri ku Gabriela Karina Waris. Aku harap kita bisa bertemu lagi setelah ini, jika tidak aku harap kau bisa hidup bahagia tanpa ada aku yang selalu mengganggu hidup mu."

>

Keesokan harinya Gabriela sedang menunggu seseorang yang sudah berjanji padanya akan menjemputnya selepas pulang dari luar kota, tentu saja Gabriela tidak sendiri ia ditemani oleh Susi yang kebetulan juga masih menunggu keluarganya datang.

Jika sang kakak tidak menawarkan diri  untuk menjemputnya di Bandara, Gabriela pasti sudah menyuruh orang kantor untuk menjemputnya.

Netranya sama sekali tidak teralihkan dari layar ponselnya, ia sengaja memakai masker sampai ke pangkal hidungnya dan menurunkan topi yang dipakainya sehingga jika dari kejauhan mata Gabriela yang cantik itu tidak terlihat karena tertutupi topi.

"Susi, sebaiknya kau pulang duluan. Kelihatannya keluarga mu sudah datang menjemput." Ujar Gabriela ketika tidak sengaja melihat dua orang yang dikenali Gabriela adalah anggota keluarga sekretaris perempuannya itu, kedua orang itu sekarang sedang berjalan ke arahnya.

Susi ikut melihat pada dua keluarga yang di maksud oleh atasannya, lalu dia menoleh ke arah Gabriela, "Iya bu, mereka adalah kedua kakak saya."

"Ya sudah kalau begitu, kau pulanglah lebih dulu-"

"Lalu bagaimana dengan ibu, Pak Briel bahkan belum datang untuk menjemput ibu. Sebaiknya saya menemani ibu sampai Pak Briel datang. "

Gabriela tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Terimakasih karena kau begitu peduli dengan saya, tapi alangkah baiknya kau pulang lebih dulu. Kau tidak kasihan dengan kedua kakak mu, mereka pasti sangat merindukan mu."

"Saya bisa bilang pada mereka untuk menunggu sebentar sampai ibu di jemput."

Gabriela kembali menggelengkan kepalanya tidak setuju, "Tidak, saya bilang kau harus pulang sekarang jadi jangan membantah." Ucapnya penuh penekanan, "Lagipula sebentar lagi kakak saya akan datang jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan saya."

Setelah perdebatan panjang akhirnya Susi menuruti perintah Gabriela untuk pulang lebih dulu.

Memangnya Susi sudah siap untuk dipecat jika dia berani membantah perintah dari Gabriela?

Gabriela memang sengaja menyuruh Susi beserta dua karyawannya yang lain untuk segera pulang ke rumah masing-masing, padahal mereka semua ingin menemani Gabriela menunggu sampai kakak dari  atasannya itu datang.

Namun lagi-lagi Gabriela tidak mau egois dan mementingkan dirinya sendiri, mereka semua juga memiliki keluarga dan pastinya keluarga mereka juga sudah menunggu kepulangan mereka maka dari itu, Gabriela menyuruh mereka untuk pulang terlebih dahulu.

Gabriela segera menempelkan ponsel ke telinganya setelah ia menerima panggilan dari seseorang, "Aku berada tepat di tempat kedatangan, aku menggunakan topi berwarna merah dan masker berwarna putih." ucapnya pada seseorang di seberang sana, "Aku berdiri di dekat satpam Bandara yang kebetulan sedang berjaga di dekat ku." Imbuhnya.

Setelah berkata seperti itu Gabriela menjauhkan ponselnya dari telinga dan meraih koper miliknya.

Gabriela sedikit berjalan meninggalkan tempat kedatangan guna mencari keberadaan seseorang yang baru saja menelponnya itu.

Dia berkata sudah sampai di Bandara jadi Gabriela akan berusaha menemukan orang itu, tak lama kemudian atensinya tertuju pada lelaki tampan yang sepertinya juga tengah celingukan mencari seseorang.

Gabriela melambaikan tangannya sambil sedikit berteriak, "Kak Briel!"

Merasa namanya dipanggil, lelaki itu menoleh lalu berjalan menuju kearah Gabriela.

"Kau sudah lama menunggu? Maaf aku terlambat datang, jalanan sedikit macet tadi. ucap Briel sembari mengambil alih koper milik adiknya dan berjalan mendului Gabriela.

Gabriela menyusul langkah kaki kakaknya "Aku baru saja sampai, jadi kau tidak terlalu terlambat untuk menjemput ku meskipun aku harus menunggu mu selama 10 menit."

Briel menoleh ke arah adik perempuannya, "Astaga, 10 menit itu adalah waktu yang sedikit lama. Maaf sudah membuat mu menunggu." Gabriela tersenyum guna menanggapi permintaan maaf kakaknya, "Lalu dimana Susi dan yang lain, mereka tega meninggalkan mu yang sedang menunggu aku datang, sendirian?"

Wanita itu menggelengkan kepalanya, "Mereka justru sangat baik pada ku, bayangkan saja mereka semua masih mau menemani aku disini sedangkan keluarganya sudah datang menjemput mereka. Aku yang menyuruh mereka untuk pulang lebih dulu." Jawabnya.

Briel menganggukkan kepalanya mengerti, "Kenapa kau berpakaian santai seperti ini, bagaimana jika ada salah satu rekan bisnis  mu yang mengenali mu. Citra elegan dan glamour mu selama di kantor menjadi hancur, La."

Memang sesantai apa setelan yang digunakan oleh Gabriela sehingga kakaknya itu bisa berkata demikian?

Bayangkan saja Gabriela hanya memakai kaos dengan lengan sebatas siku berwarna hitam polos dan celana jeans panjang yang sedikit ketat sehingga membuat bentuk kaki jenjangnya itu terlihat jelas sekali, disertai dengan rambut yang dikucir kuda serta topi dan masker yang menyempurnakan penampilannya saat ini.

Hey! Gabriela adalah direktur di salah satu perusahaan ternama di negaranya, apakah pantas seorang wanita terpandang seperti Gabriela menggunakan setelan seperti itu?

"Memangnya kenapa jika ada rekan bisnis yang mengenali aku, ini bukan di kantor jadi aku bebas menggunakan setelan apa saja." bela wanita itu pada dirinya sendiri dan stelah berkata seperti itu Gabriela berjalan mendului kakaknya untuk bisa cepat sampai di mobil milik sang kakak.

Dia merasa lelah ketika harus berdiri selama menunggu kedatangan kakaknya tadi.

Briel menghela napas pasrah mendengar jawaban dari adik perempuannya, "Hhh terserah kau saja, La. Kau selalu bisa menjawab semua perkataan ku." lelaki itu melangkahkan kakinya menyusul adiknya yang sudah beberapa langkah di depannya.

"Apa kau juga memberi tahu ayah dan ibu jika hari ini aku pulang?" Tanya Gabriela pada kakaknya yang baru saja duduk di kursi kemudi disampingnya.

"Tentu saja aku memberitahu ayah dan ibu tentang kepulangan mu, selama kau pergi mereka selalu bertanya kepada ku kapan kau akan pulang. Disamping itu bukankah ayah juga tahu semua schedule mu, jadi tanpa aku bilang sekalipun mereka akan mengetahuinya."

Gabriela menghela napasnya, "Padahal aku ingin memberi mereka kejutan."

Briel menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kau ini ada-ada saja, kenyataannya mereka sudah tau duluan sebelum kau kasih kejutan. Kau tidur saja nanti kalau sudah sampai rumah aku akan membangunkan mu." ucap Briel setelahnya lelaki itu melajukan mobilnya menjauhi area Bandara.