Sesampainya di rumah Gabriela harus dihadapkan dengan beberapa barang miliknya yang harus segera di packing karena besok dia akan pergi keluar kota.
Awalnya Gabriela ingin meminta tolong Bi Elis untuk membantunya beberes, tetapi melihat Bi Elis yang masih sibuk dengan pekerjaannya membuat Gabriela tidak enak jika mengganggu wanita paruh baya itu untuk membantunya.
"Kenapa aku merasa sangat berat untuk pergi, seakan ada yang menahan ku untuk tidak pergi. Apa sebenarnya Aris tidak mengijinkan aku untuk pergi?" Gumam Gabriela setelah meletakkan beberapa baju di dalam koper miliknya.
Wanita itu menggeleng, "Tidak tidak, Aris tidak mungkin tidak mengijinkan aku untuk pergi ke luar kota. Dia pasti tahu aku pergi karna ada pekerjaan yang harus aku selesaikan disana. Ya ya ya Aris pasti akan mengijinkan aku untuk pergi." Ucapnya meyakinkan dirinya sendiri.
Gabriela menggeser koper miliknya guna membuka pintu almari yang sebelumnya terhalang oleh koper miliknya, Gabriela membutuhkan beberapa mantel untuk menghangatkan tubuhnya selama disana.
"Sejak kapan kopernya Aris ada di dalam almari ku, bukankah dulu aku sudah menyuruhnya untuk memindahkan barang-barangnya dari kamar ku."
Jika Aris masih ada mungkin sekarang Gabriela akan marah begitu melihat barang-barang milik Aris masih ada di kamarnya, namun sekarang Gabriela tidak marah wanita itu justru mengeluarkan koper milik Aris untuk dilihat apa isi didalam koper tersebut.
Selama berumah tangga dengan Aris, dia tidak pernah menyentuh barang-barang milik suaminya itu, mungkin sekarang Aris sedang tertawa melihat Gabriela yang penasaran dengan barang-barangnya.
"Oughhh berat sekali, sebenarnya apa yang ada di dalam koper ini."
"Kenapa kau menaruh obat-obatan di dalam koper mu?" tanya Gabriela pada Aris yang saat itu masih sibuk membereskan barang-barangnya ke dalam koper.
Saat itu dia tidak sengaja membuka tas kecil yang ada di dalam koper milik Aris, didalam tas itu berisi obat-obatan.
Mereka ingin pergi tetapi kenapa Aris membawa obat-obatan, apakah lelaki yang dijodohkan oleh orang tuanya itu penyakitan?
Tanya Gabriela saat itu.
Sepasang pengantin baru ini akan pergi berbulan madu ke tempat yang sudah ditentukan oleh kedua orang tua mereka.
Sebenarnya Gabriela dan Aris sendiri tidak berencana untuk honeymoon karna pada dasarnya mereka menikah karna perjodohan, apalagi Gabriela yang terlihat tidak suka dengan pernikahannya jadi tidak mungkin dia akan berencana untuk honeymoon.
Wanita itu bahkan berharap pernikahannya dengan Aris segera berakhir, entah Gabriela atau Aris yang meminta cerai terlebih dahulu.
Aris tersenyum ketika sang istri bertanya kepadanya, Aris pikir Gabriela tidak akan mengajaknya berbicara dan ternyata dugaan Aris salah.
"Aku memang sudah selalu menaruh banyak obat-obatan di dalam koper ku jika akan bepergian jauh. Hanya untuk jaga-jaga selama di perjalanan saja."
Lelaki itu membuka tas kecil yang berisi beberapa obat ringan disana yang sebelumnya dia taruh di dalam kopernya, "Aku memang sengaja membawa obat sendiri, jika tiba-tiba aku merasa tidak enak badan atau mabuk dalam perjalanan maka aku tidak kebingungan lagi untuk mencari obat."
Aris memasukkan tas kecil itu lagi ke dalam kopernya, "Memangnya kau tidak membawa obat-obatan sendiri ketika bepergian?"
Gabriela menggelengkan kepalanya, bukan berarti ia tidak menaruh obat-obatan didalam kopernya tapi lebih tepatnya Gabriela tidak tahu apa di dalam kopernya ada obat-obatan atau tidak.
Gabriela sendiri memang jarang mengurusi koper miliknya karena sang ibu dengan senang hati mempersiapkan koper beserta isinya untuk Gabriela ketika ingin bepergian, dengan begitu ia tidak perlu repot-repot menyiapkan kopernya.
Ia juga tidak pernah memperhatikan apa saja yang ada di dalam kopernya kecuali pakaian yang di siapkan oleh ibunya.
"Aku jarang bepergian jadi aku tidak terlalu memperhatikan ada obat-obatan di dalam koperku atau tidak, sekalipun pergi aku hanya ke rumah nenek itu pun tidak harus membawa koper. Tapi jika membawa koper ibu yang akan menyiapkannya untuk ku."
Aris mengangguk paham, "Gabriela apa aku boleh bertanya satu hal pada mu sebelum kita memutuskan untuk pergi?"
Gabriela menatap Aris yang juga sedang menatapnya lalu kemudian Gabriela mengangguk, "Memangnya apa yang ingin kau tanyakan pada ku?"
"Aku tahu bahwa kau jarang pergi jauh apalagi sampai ke luar negeri sepertinya, ditambah lagi kau pasti selalu pergi dengan kedua orang tua mu."
"Jadi apa yang ingin kau tanyakan?"
"Apa kau yakin untuk pergi berdua hanya dengan ku."
Gabriela menghela napasnya, "Kenapa kau baru bertanya ketika besoknya kita sudah harus pergi ke Bandara. Seminggu yang lalu aku ingin mengajak ayah dan ibu tapi mereka tidak mau."
"Tentu saja mereka tidak mau, mereka memang sengaja menyuruh kita untuk pergi berdua, La."
"Lalu kenapa kau bertanya seperti itu, jika aku sudah menyiapkan barang-barang ku itu artinya aku ingin pergi meskipun hanya berdua dengan mu."
Aris tersenyum, "Terimakasih karna kau sudah mau pergi bersama ku, La. Melihat mu yang sepertinya tidak senang dengan pernikahan ini membuat aku sempat berpikir bahwa kau tidak ingin pergi dengan ku."
"Percayalah aku akan menjaga mu selama kita disana, namun aku harap setelah pulang nanti kau bisa menerima ku sebagai suami mu. Ehm..." ucapan Aris terpotong karena niatnya ingin menggenggam tangan sang istri namun istrinya sudah lebih dulu menjauhkan tangannya membuat Aris tersenyum kecut.
Aris berdehem guna mengusir kecanggungan setelah mendapat penolakan dari sang istri, "Yasudah kita lanjutkan berkemasnya jangan lupa masukkan obat-obatan juga ke dalam koper mu, mulai sekarang aku yang akan mengingatkanmu untuk selalu membawa obat kemanapun kau pergi."
Meski kenyataannya momen bulan madu mereka tidak seindah bulan madu dari kebanyakan pengantin lainnya.
Dimana kebanyakan dari mereka berpikir bahwa momen bulan madu adalah sesuatu yang menyenangkan, dengan begitu pasangan pengantin baru itu bisa memiliki quality time untuk sekedar bermesraan tanpa ada yang mengganggu.
Namun momen bulan madu bagi Gabriela dan Aris berbeda, mereka disibukkan dengan pekerjaan masing-masing.
Bukan keduanya tapi lebih tepatnya hanya Gabriela, wanita itu memang sengaja membawa pekerjaannya selama ia berbulan madu bersama Aris. Gabriela memang wanita gila saat itu!
Tiba-tiba saja ingatannya tentang kebersamaannya dengan Aris ketika sedang berkemas barang-barang terlintas begitu saja di Gabriela.
"Baiklah, mulai sekarang jika bepergian aku akan mengemas koper ku sendiri dan menaruh obat-obatan ke dalam koper ku. Seperti perkataanmu Ris. Tidak ada salahnya hanya untuk berjaga-jaga selama di perjalanan bukan." Gabriela menaruh tas kecil berisi obat-obatan seperti milik Aris ke dalam koper miliknya.
Tas kecil berisi obat-obatan itu memang milik Aris yang sengaja Gabriela ambil dari dalam koper milik mendiang suaminya.
"Maaf aku membawa obat-obatan mu karena aku belum sempat membeli obat di apotik. Kau jangan khawatir aku akan melihat masa berlakunya, tidak lucu jika aku tiba-tiba keracunan obat-obatan." Gabriela menutup kopernya karena dirasa semuanya sudah siap.