Chereads / Ujung Yang Manis / Chapter 35 - Datang Menjenguk

Chapter 35 - Datang Menjenguk

"Hmmm kalau begitu aku kembali ke kantor ya, aku lihat sepertinya kau juga sedang sibuk jadi aku pergi. Jaga diri mu baik-baik jika terjadi sesuatu pada mu maka langsung kabari aku, kau mengerti?"

Gabriela mengangguk, "Terimakasih, Kak."

Briel beranjak dari sofa diikuti Gabriela, "Oh iya, bagaimana jika nanti malam aku menginap di rumah mu-"

"Kenapa tiba-tiba kau ingin menginap di rumah ku?"

"Besok kan aku yang mengantar mu ke Bandara jadi biarkan aku menginap di rumah mu."

Gabriela langsung menggelengkan kepalanya, "Ahh tidak-tidak, aku tidak mengijinkan mu untuk tidur di rumah ku kau mengerti? Jika kau ingin mengantar maka jemput aku di rumah, kau tidak perlu menginap di rumah ku."

Mendapat penolakan dari sang adik membuat Briel menghela napasnya malas, "Baiklah ibu Presdir saya tidak akan menginap di rumah anda, tapi jangan salahkan saya jika saya datang terlambat."

"Sampai kau berani telat menjemput ku, habis riwayat mu ditangan ku, Kak."

Briel terkekeh sembari mengusak rambut Gabriela menjadi sedikit berantakan membuat wanita itu mendengus kesal, "Sudah sana pergi, aku harus melanjutkan pekerjaan ku yang masih menumpuk seperti cucian kotor."

"Iya-iya aku pergi."

Setelah Gabriel pergi, Gabriela melanjutkan pekerjaannya sampai jam pulang kantor.

Selama bekerja Gabriela terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai dia lupa untuk makan, bukannya lupa tapi wanita itu memang sedang tidak dalam mood bagus untuk makan.

Bahkan sekretarisnya sendiri sampai lelah sendiri untuk membujuk Gabriela agar mau mengisi tenaganya, mereka juga membelikan beberapa makanan untuk Gabriela tetapi wanita itu tidak menyentuhnya sama sekali.

Membuat mereka semua kebingungan bagaimana caranya membuat atasannya itu mau makan, tapi namanya Gabriela tetap Gabriela wanita yang keras kepala sekali tidak maka tidak.

"Ibu Direktur akan sudah selesai bekerja?" Tanya Ruli selaku sekretaris Gabriela.

Gabriela sendiri terkejut ketika pria itu masih ada di kantor, "Saya kira anda sudah pulang."

"Saya belum pulang sebelum memastikan anda pulang dari kantor, Bu Direktur."

"Ahh seharusnya anda tidak perlu melakukan itu, Pak." Gabriela tersenyum pada sekretarisnya, "Terimakasih karna anda sudah menunggu saya."

Pak Ruli mengangguk, "Ibu akan langsung pulang atau pergi ke suatu tempat?"

"Ehmm mungkin saya akan langsung pulang ke rumah."

"Setidaknya ibu makan terlebih dahulu karna sedari tadi ibu belum memakan apapun selama di kantor."

"Terimakasih sekali lagi Pak Ruli, anda begitu perhatian dengan saya. Tapi semenjak kepergiannya saya menjadi tidak selera untuk makan, saya harap anda memakluminya."

"Maafkan saya, Bu."

"Tidak apa-apa. Kalau begitu saya permisi, segeralah pulang karna keluarga anda pasti sudah menunggu." Ucap Gabriela sebelum berlalu meninggalkan Pak Ruli yang masih berdiri didepan ruangan kerja Gabriela.

Sebelum menuju ke rumah, Gabriela memutuskan untuk mengunjungi makam Aris, baru 2 hari saja rasanya Gabriela sudah rindu dengan mendiang suaminya sehingga dia memutuskan untuk mengunjungi sang suami.

Sebagai pemanis, Gabriela tidak lupa membeli buket bunga untuk diberikan pada Aris.

Coba pikirkan, jika Aris belum meninggal pasti Gabriela tidak akan pernah terpikirkan untuk memberi suaminya itu bunga.

Gabriela langsung berjongkok begitu sudah sampai dimakan Aris, makam itu masih terlihat sangat baru bahkan tanah bekas galian kemarin lusa masih terlihat basah serta bunga yang kemarin ia dan yang lain taburkan masih terlihat segar.

Wanita itu meletakkan buket bunga yang dibelinya tadi pada pusara Aris.

"Hai, kau pasti terkejut melihat aku kesini padahal kepergian mu baru 2 hari. Kau pasti berpikir aku tidak akan pernah datang ke sini." Gabriela mengusap nisan milik mendiang suaminya, "Mulai sekarang aku akan sering mengunjungi mu, Aris. Kau tidak perlu khawatir."

Gabriela tersenyum dengan kedua matanya yang berkaca-kaca, kepalanya mendongak guna menahan air matanya agar tidak jatuh.

Dia tidak mau Aris melihatnya menangis, Aris harus tahu kalau Gabriela adalah wanita yang kuat.

Gabriela tidak mau terlihat menyedihkan sekarang.

"Aris, apa kau baik-baik saja disana? Kenapa aku merasa kehilangan setelah kepergian mu 2 hari yang lalu. Rasanya baru kemarin malam kita merayakan ulang tahun pernikahan kita dan sekarang kita sudah berada di alam yang berbeda." Gabriela memaksakan dirinya untuk tersenyum.

Bukankah dia sudah mengatakan bahwa Gabriela tidak ingin terlihat menyedihkan didepan pusara Aris, "Bisakah kau kembali aku merasa kesepian ketika dirumah sendirian. Biasanya selalu ada diri mu yang menemani aku di rumah tapi sekarang aku sendirian hiksss... B-bisakah kau kembali."

Karena Gabriela tidak bisa menahan rasa sesak di dadanya dia akhirnya menumpahkan air matanya.

Rasa sedih itu datang kembali ketika dirinya mulai berbicara didepan pusara Aris, tiba-tiba ia merasa sangat merindukan sosok ini sekarang.

"Mungkin aku sudah mulai terbiasa dengan kehadiran mu, Ris." lanjutnya.

Tidak ada yang menyahuti perkataan Gabriela, hanya ada angin yang berhembus ke arahnya.

"Selain ingin menjenguk mu kedatangan ku kesini juga untuk berpamitan, maaf jika beberapa hari kedepan aku tidak bisa mengunjungi mu karena aku ada pekerjaan diluar kota. Kau tenang saja karna aku tidak pergi sendirian, ada Sesil yang akan menemani aku selama disana."

Bukannya Gabriela besar kepala jika Aris akan mengkhawatirkannya tetapi Gabriela sangat yakin jika Aris masih hidup, lelaki itu pasti akan mengkhawatirkannya.

Gabriela lagi-lagi mengelus nisan yang tertulis nama mendiang suaminya.

ARIS SENADA KARSA, nama yang begitu indah bukan.

Netra Gabriela tidak sengaja menatap cincin pernikahannya bersama Aris yang masih melingkar di jari manisnya.

Air matanya kembali menetes, "Maafkan aku yang selama ini selalu menyakiti mu hiks..."

"Aku menyesal karna tidak pernah menganggap mu sebagai suami ku, aku sekarang benar-benar merasa kehilangan mu, Ris hiks. Maafkan aku."

Gabriela terisak sambil meletakkan wajahnya dikedua lutut yang ia tekuk itu.

"Aku menyesal sudah menyia-nyiakan mu semasa kau hidup, aku sadar ternyata kau benar-benar mencintai ku dengan tulus. Tidak ada yang mencintai aku sama seperti mu yang begitu tulus mencintai aku, Ris. Maaf jika selama ini aku buta karna tidak pernah melihat ketulusan hati mu." lanjut Gabriela.

Gabriela mengusap air mata yang membasahi wajahnya, dia baru saja melanggar janjinya untuk tidak menangis.

Bagaimana caranya agar Gabriela tidak menangis sedangkan dia teringat apa saja yang pernah dia lakukan pada mendiang suaminya.

Wanita itu mengambil napas panjang lalu membuangnya perlahan, bersamaan dengan itu rasa sesak di dadanya sedikit berkurang.

"Aku pulang dulu ya, sepulang dari luar kota aku akan langsung mengunjungi mu. Doakan aku semoga selama disana pekerjaan ku lancar dan aku pulang dengan selamat." setelah berpamitan Gabriela tak lupa ia mencium nisan sang suami, bayangkan saja Gabriela mencium kening Aris sebelum memutuskan untuk pulang ke kediamannya.