"Bagaimana jika besok aku yang mengantar mu ke Bandara, kebetulan aku besok tidak ada jadwal meeting jadi aku memiliki banyak waktu luang."
Gabriela mengangguk, "Baiklah, kalau kau memang ada waktu luang dan ingin mengantarkan aku maka aku tidak akan menolak kebaikan mu, kak."
Briel tersenyum senang ketika adik perempuannya itu tidak menolak kebaikannya, diambilnya kedua tangan Gabriela lalu di elus punggung tangan sang adik dengan lembut, "Aku yakin kau kuat menjalani hidup seperti biasa tanpa ada Aris disamping mu lagi. Kau tidak perlu khawatir karena kau masih memiliki aku yang akan berusaha untuk selalu ada untuk mu ketika kau membutuhkan ku, La."
Satu tangan Briel digunakan untuk mengusap kepala Gabriela, "Jangan pernah merasa sendirian karena ayah, ibu dan kakak akan selalu ada untuk mu, La."
"Terimakasih, Kak."
Briel mengangguk dan tersenyum, "Ayah dan ibu, kemarin datang ke rumah mu?"
"Iya."
"Lalu apa yang mereka bicarakan dengan mu, La. Apa kau keberatan untuk memberitahu ku, aku sangat penasaran karena mereka tidak mau memberitahu ku sama sekali."
Gabriela menatap wajah kakaknya sekali lagi lalu membuang pandangannya ke arah lain, "Mereka datang untuk membicarakan bahwa semua harta milik Aris akan jatuh ke tangan ku."
"Lalu bagaimana respon mu mendengar hal itu?"
"Aku langsung menolaknya, Kak."
"Kenapa kau menolaknya, La?"
Wanita itu menoleh pada kakaknya, "Apakah kakak tau bahwa aku ini tidak pantas menerima semuanya itu, aku hanya seorang istri dan aku tidak berhak untuk menerimanya biarkan saja harta itu kembali pada kedua orang tua Aris."
Briel melepas genggamannya pada tangan adiknya, "Semua yang dimiliki oleh Aris itu bukan berasal dari orang tuanya maka dari itu semua yang dimiliki Aris itu akan dialihkan kepada mu, La."
Gabriela menggelengkan kepalanya, "Aku tidak pantas untuk menerimanya, Kak."
"Kenapa kau berkata seperti itu, kau istrinya tentu saja kau pantas menerimanya."
Gabriela diam tidak membalas perkataan kakaknya.
"Dan sepertinya aku juga tidak bisa menolak karna Aris sudah membuat surat warisan yang didalamnya tertulis nama ku."
"Aku bener-bener tidak menyangka jika Aris begitu mencintai mu La." Briel mengusap kepala Gabriela lagi, Aris memang sering bilang pada ku bahwa dia sangat mencintai mu tapi aku tidak menyangka jika dia sampai melakukan ini."
"Dia bahkan sudah membuat surat warisan padahal dia tidak tahu kapan dia akan tiada, namun apapun yang terjadi kau harus menjaga apa yang Aris berikan pada mu La karna hanya itu yang bisa membuat Aris bahagia disana."
"Aris sangat mencintai mu, kau tidak ingin membuatnya kecewa bukan?"
Gabriela menganggukkan kepalanya, "Selama dia hidup aku sering membuatnya kecewa dan mulai sekarang aku tidak ingin lagi membuatnya kecewa." Ujar Wanita itu dalam hatinya.
"Aku mendengar dari Aris bahwa kemarin lusa adalah hari ulang tahun pernikahan kalian yang ketiga tahun." lanjut sang kakak.
Briel menghela napasnya sejenak, "Aku sangat terkejut saat kau memberitahu ku jika Aris sudah tiada, aku merasa sangat kehilangan Aris. Terlepas dari status dia sebagai adik ipar ku, aku sudah menganggapnya seperti adik ku sendiri."
Kini giliran Gabriela yang menggenggam tangan kakak lelakinya dan berkata, "Mungkin ini yang terbaik untuk Aris kak, dengan begini dia tidak akan lagi tersakiti oleh ku."
"Apa maksud mu?"
Gabriela menggeleng, "Tidak, hanya saja selama dia hidup aku belum pernah membahagiakan dia karna aku hanya sibuk bekerja. Lusa dia menyiapkan pesta ulang tahun pernikahan kami seorang diri dan hanya dibantu oleh Bi Elis, sedangkan aku malah sibuk bekerja."
"Kau tidak boleh berkata seperti itu, Adis pernah bilang seperti ini pada ku 'Kak, aku merasa sangat bahagia karna aku sudah bisa memiliki Gabriela, meskipun yang dia lakukan hanya sibuk bekerja dan jarang berada di rumah tetapi aku bersyukur karna Gabriela sudah mau menjadi bagian dari hidup ku'. Kau dengar, Aris tidak meminta banyak hal pada mu, dengan adanya diri mu disampingnya itu sudah bisa membuat Aris merasa sangat bahagia."
Wanita itu menundukkan kepalanya, "Kakak tidak tahu saja apa yang sudah aku lakukan selama tiga tahun ini, jika kakak tahu pasti kakak akan sangat marah pada ku karna selama ini aku selalu memperlakukan Aris dengan cara yang tidak baik." Ujar Gabriela dalam hati.
"Aris memang bahagia memiliki aku tapi aku belum bisa membahagiakan dia." Lirih nya.
Apa Gabriela sudah menyadari jika sikapnya selama ini sangat menyakiti hati mendiang suaminya?
"Apa maksud mu?"
Gabriela menggeleng, "Tidak, hanya saja aku menyesal kenapa saat Aris hendak membuat pesta pernikahan aku justru tidak menemaninya tetapi aku malah sibuk bekerja, seandainya waktu dapat terulang aku pasti akan membantunya dalam menyiapkan pesta pernikahan kamu."
"Jadi Aris tidak memberitahu mu jika dia menyiapkan pesta ulang tahun pernikahan kalian?" Gabriela menggeleng, "Ahh pasti dia ingin membuat surprise untuk mu, wahhh ternyata Aris romantis juga ya kau pasti merasa sangat kehilangan dia."
Dalam hati Gabriela setuju dengan apa yang dikatakan oleh kakak lelakinya itu, "Ya aku memang benar-benar merasa kehilangannya." ujarnya dalam hati.
"Lalu bagaimana pesta itu apakah berjalan lancar?"
Gabriela diam, dia mencoba mengingat malam dimana Aris mematikan semua lampu di rumahnya sehingga Gabriela pulang dalam keadaan gelap gulita.
Gabriela masih ingat jika dia menolak ajakan Aris untuk meniup lilin bersama seraya berdoa demi kelanggengan rumah tangga mereka, dan acara makan malam yang sudah di siapkan oleh Aris dengan sedemikian rupa juga gagal karna wanita itu memilih untuk melanjutkan pekerjaannya.
Sampai akhirnya mereka bertengkar dengan Gabriela yang menangis semalaman dan kemudian tertidur.
"La."
Karna terlalu asik dengan pikirannya, Gabriela sampai tersentak ketika Briel sengaja menekan pundaknya.
"Ahhh! Kau ini hobi sekali mengagetkan ku."
Briel mengerjapkan kedua matanya bingung, dia bahkan tidak berniat untuk mengageti adiknya.
"Memangnya siapa yang mengagetkan mu, aku hanya memegang pundak mu pelan kenapa kau bisa sekaget itu. Kau sedang melamun ya."
"O-ohh tidak. Jadi sampai mana pembicaraan kita."
Briel berpura-pura percaya bahwa Gabriela tidak sedang melamun padahal dia sendiri menyaksikan dengan jelas bahwa adiknya itu melamun.
"Bagaimana dengan pesta ulang tahun kalian, berjalan dengan lancar bukan?"
"Berjalan lancar apanya semuanya hancur karna diri ku." Ucap Gabriela dalam hati, wanita itu menatap wajah kakaknya, "Hmmm berjalan lancar."
"Syukurlah, setidaknya Aris memiliki kenangan indah bersama mu diakhir hidupnya."
Gabriela hanya bisa tersenyum kaku, pasalnya dia sendiri tidak tahu kenangan indah apa yang di maksud oleh kakaknya.
Bukankah selama ini Gabriela hanya memberi kenangan buruk bagi Aris mengingat perilakunya selama ini terhadap mantan suaminya.