Johnny mengambil alih kantong plastik yang dibawa oleh Gabriela lalu meletakkannya pada meja makan, pria itu juga menuntun anak perempuannya untuk duduk di sofa bersamanya.
"La maaf jika ayah tiba-tiba mengatakan ini tapi kedatangan ayah dan ibu kesini memang untuk mengatakan hal ini pada mu."
"Ayah dan ibu ingin membicarakan apa dengan ku?"
"Papa dan mama mertua mu sudah mengurus tentang pewaris kekayaan milik keluarga mereka yang tadinya dipegang oleh Aris."
"Lalu apa hubungannya dengan ku, yah."
"Kau istrinya Aris dan kau juga harus tahu mengenai hal ini La."
Gabriela menggelengkan kepalanya, "Meskipun aku istrinya tapi tetap saja itu urusan keluarga mereka, yah. Jadi aku tidak perlu tahu dengan urusan mereka."
"Apa kau tidak menanyakan kemana jatuhnya kekayaan milik Aris itu? Kau ini istrinya La, kau harus tahu jatuh ke tangan siapa semua kekayaan milik Aris."
"Ayah!" Sentak Gabriela agar ayahnya itu berhenti berbicara, "Sekarang saja kepergian Aris masih terasa, lalu ayah sudah membicarakan soal kekayaan milik Aris. Kalau pun papa dan mama mertua ku sudah membahasnya, ayah tidak perlu ikut campur karena ini adalah masalah keluarga mereka."
Sarah menyenggol lengan suaminya, "Aku bilang juga apa, Gabriela sangat tidak ingin tahu tentang hal ini tapi kenapa mau masih ngotot mengajaknya membicarakan hal ini. Secara tidak langsung kau membuat Gabriela semakin bersedih."
"Selain itu kita semua masih berduka dan tidak sepantasnya kita membahas persoalan ini." Lanjutnya lalu Sarah mengusap bahu suaminya, "Kita bisa membahasnya lain kali, sayang."
Johnny menghela napasnya ketika istri dan anaknya justru menyalahkan dirinya, apa salahnya jika menanyakan bagaimana nasib anak perempuannya yang ditinggal pergi oleh Aris untuk selama-lamanya.
Jika Gabriela memang tidak mendapat harta milik Aris, Johnny tidak akan keberatan lagi pula keluarga mereka sudah lebih dari cukup untuk menerimanya.
Johnny hanya ingin tahu kemana harta milik Aris itu jatuh, apakah kedua orang tuanya yang akan menerima sedangkan Aris sendiri sudah memiliki istrinya.
"Ayah tidak bermaksud untuk ikut campur kedalam masalah keluarga mereka, tetapi mereka lah yang meminta pertimbangan ayah."
Gabriela menoleh pada sang ayah, "Dimana semua itu sekarang akan menjadi tanggung jawab mu, La." ucap Johnny lagi.
Gabriela menggelengkan kepalanya, "Aku tidak berhak menerimanya, Ayah. Semua itu adalah milik Aris dan selamanya akan menjadi miliknya" Gabriela menunduk, memang benar jika wanita itu sama sekali tidak berhak menerima semua yang dimiliki oleh Aris.
Dia memang istrinya Aris tetapi Gabriela sendiri merasa tidak pantas menerimanya, mengingat apa saja yang dia lakukan pada Aris membuatnya sadar bahwa dia tidak berhak mendapatkan itu semua.
"Semua itu memang belum pasti apakah harta warisan milik Aris akan jatuh ke tangan mu atau tidak, tetapi ayah hanya ingin mengetahui apa kau siap menerima itu semua atau tidak." Ujar Johnny lagi.
"Jika memang benar semua itu akan jatuh ke tangan ku, aku tidak akan menerimanya ayah biarkan harta milik Aris jatuh ke tangan ke dua orang tuanya."
"Harta itu adalah milik Aris sendiri dan bukan milik kedua orang tuanya, sebagai istrinya tentu saja kau yang berhak menerimanya." Ucap Sarah, wanita itu tak henti-hentinya mengelus punggung anak perempuannya, "Ayah dan ibu bukannya sangat menginginkan harta Aris jatuh ke tangan mu tapi jika harta itu jatuh ke tangan mu maka kau harus menerimanya."
Gabriela menggelengkan kepalanya, "Tidak, Bu. Hiks." Sarah kebingungan ketika anak perempuannya itu tiba-tiba menangis, ia langsung membawa Gabriela kedalam dekapannya dan membiarkan Gabriela menangis dalam pelukan hangatnya, "Selama Aris hidup aku tidak pernah memperlakukan dia dengan baik, aku tidak pantas menerima semua itu, Bu. Aku merasa malu jika harus menerimanya." lagi-lagi airmata Gabriela jatuh mengingat dirinya yang tidak pernah bersikap baik pada mendiang suaminya.
"Apa maksudmu, sayang?" Sarah kembali mengelus surai milik Gabriela, "Katakan pada ibu, kenapa tiba-tiba kau berkata seperti itu."
Gabriela menggeleng, ia tidak sanggup menceritakan perlakuan buruk yang sudah ia lakukan pada Aris selama mereka menikah.
"Aku yakin selama ini Aris pasti terluka karena aku, sungguh aku menyesal bu."
Johnny turut melihat anak perempuannya yang berada di dalam dekapan istrinya, "Apa maksud mu La. Apa selama ini kalian hanya berpura-pura bahagia didepan kita semua?"
Sarah langsung menggeleng, "Itu tidak mungkin sayang, hampir setiap aku bertanya pada Gabriela apakah dia bisa mencintai Aris atau belum lalu dia menjawab sudah, itu artinya Gabriela sudah bisa mencintai Aris."
Tangan Gabriela mengepal dibalik punggung sang ibu, rasanya sangat sakit begitu ibunya percaya jika selama ini dia sudah mencintai Aris.
"Seandainya kau dan Aris sudah memiliki anak maka semua itu akan jatuh ke anak kalian nanti."
"Tapi tetap aku yang akan mengurus semua itu sampai anak kami cukup umur untuk menerimanya." Gabriela mengurai jarak dengan ibunya, "Maaf karena aku dan Aris tidak kunjung memberi kalian cucu, dan sekarang sepertinya ayah dan ibu sudah tidak memiliki harapan untuk memiliki cucu dari aku dan Aris. Ayah ibu tau sendiri jika Aris sudah meninggalkan aku untuk selama-lamanya."
Gabriela menundukkan kepalanya, "Jujur Gabriela sedih karena selama ini terlalu membuang waktu dan hanya mementingkan karir saja, tanpa memikirkan untuk memiliki seorang anak. Setidaknya jika Aris pergi untuk selama-lamanya seperti ini, aku masih memiliki harta yang berharga yaitu anak kami."
Sarah mencoba memberikan senyuman terbaiknya, "Jika sudah seperti ini maka hanya ada penyesalan, tapi kau tidak boleh menyesalinya terlalu dalam. Ayah dan ibu tidak apa-apa jika sudah tidak memiliki cucu dari kalian, sekarang kami hanya mengharapkan kebahagiaan mu La."
"Terimakasih ibu... Ayah."
Keheningan tiba-tiba melanda, Sarah dan sang suami saling bertukar pandang membuat Gabriela kebingungan.
"Ada yang ingin ayah dan ibu bicarakan lagi dengan ku?"
"Biar ayah mu saja yang mengatakannya."
Johnny sendiri terkejut ketika istrinya itu menunjuk dirinya, "Ehmm jadi begini, kedatangan ayah dan ibu kesini tidak hanya untuk membicarakan hal ini tapi ayah dan ibu ingin mengajak mu untuk tinggal di rumah kita lagi. Jujur saja ayah dan ibu khawatir jika kau tinggal di rumah ini sendirian."
"Iya, La. Ibu dan ayah tidak ingin kau selalu terbayang dengan Aris jika kau tetap tinggal disini-"
"Tapi disinilah aku bisa mengingat Aris, bu. Aku memiliki banyak kenangan di rumah ini. Lagipula aku tidak tinggal sendiri melainkan tinggal dengan Bi Elis, jadi ayah dan ibu tidak perlu khawatir dengan ku."
"La, ibu dan ayah tidak ingin terjadi sesuatu pada mu. Jika kau tinggal lagi bersama kami maka ibu dan ayah bisa menjaga mu lalu kau juga tidak akan merasa kesepian." Imbuh Sarah.
"Di rumah ini aku juga tidak sendirian bu, aku tinggal dengan Bi Elis."