Diperjalanan menuju rumah sakit tak henti-henti Gabriela menghela napasnya ketika mendengar suara ibunya yang tengah menangis.
Tidak bisakah ibunya itu diam sebentar dan tidak membuat Gabriela semakin pusing?
Setidaknya berilah Gabriela waktu untuk fokus menyetir mobil yang sedang dikendarainya saat ini.
Ia tidak ingin sesuatu juga terjadi padanya, biarkan Gabriela sampai rumah sakit dengan selamat.
Sebenarnya wanita itu juga mengkhawatirkan suaminya tetapi Gabriela mencoba untuk kuat menahan kesedihan yang ada di hatinya, entah apa yang membuat Gabriela tiba-tiba merasa sedih mendengar kabar tentang suaminya itu.
"Hiksss."
"Bisakah ibu tidak menangis, ibu membuat aku tidak fokus menyetir." tegur Gabriela, "Aku juga sedih mendengar kabar ini tapi alangkah lebih baiknya ibu lebih menjaga perasaan ku."
"Aku juga ingin menangis seperti ibu tapi entah kenapa otak ku masih melarang ku untuk melakukannya." ucap Gabriela dalam hatinya.
"Aris, La. Bagaimana dia bisa mengalami kecelakaan seperti ini."
Meski sudah ditegur Sarah tetap menangis, ia benar-benar menangisi kemalangan anak menantunya.
"Sudahlah, Bu tidak usah menangis. Belum tentu Aris kenapa-kenapa."
Perkataan Gabriela itu langsung mendapat bentakan dari sang ibu, "Kau bisa berkata seperti itu saat suamimu mengalami kecelakaan?!! Apa kau sama sekali tidak khawatir dengan keadaan suami mu, La?"
"Lalu aku harus bagaimana, kita harus melihat keadaan Aris dulu untuk memastikan apakah dia baik-baik saja atau tidak." fokus Gabriela kembali pada jalanan di depannya.
Sarah memilih untuk menangis lagi dan mengabaikan anak perempuannya yang sangat keras kepala tersebut.
"Hiksss menantu ku, semoga kau baik-baik saja."
"Tentu Aris akan baik-baik saja, Bu." Gabriela menoleh sekilas pada sang ibu, "Apakah ibu sudah memberitahu mereka?"
Sarah mengusap jejak air mata di wajahnya, "Sudah. Ayah dan ibu mertua mu sekarang sedang menuju ke sana."
"Aku merasa bersalah karena bukan aku yang langsung mengabari mereka."
Sarah tersenyum lalu mengusap punggung tangan anaknya, "Ibu sudah menyampaikan permintaan maaf mu pada mereka dan mereka juga memakluminya pasti kau sangat terpukul. Mereka juga menanyakan keadaan mu setelah mengetahui Aris mengalami kecelakaan-"
"Lalu ibu jawab apa?" Potong Gakyoung, "Ibu tidak mengatakan jika respon ku biasa saja bukan, oh ayolah bu aku juga terpukul dan sedih mengetahui bahwa Aris mengalami kecelakaan tapi sekarang aku sedang menahan diri untuk tidak menangis dengan sekuat hati." Bohong Gabriela.
Meskipun hatinya sedikit merasa sedih setelah Aris dikabarkan mengalami kecelakaan, namun wanita itu menepis hal tersebut dan mengalihkannya dengan menghilangnya Rendy selama hampir 3 tahun ini.
Memang pada dasarnya Gabriela itu tidak peka dengan dirinya sendiri.
"Ibu juga berkata seperti itu, La. Ibu tahu kau pasti sangat sedih tapi kau menutupinya dibalik wajah mu yang seakan tidak peduli itj." Sarah memiringkan tubuhnya dan menghadap pada anak perempuannya yang tengah fokus menyetir, "La, apa kau akan percaya jika ibu pernah berpikir bahwa sebenarnya kau dan Aris hanya berpura-pura menjadi pasangan yang berbahagia ketika didepan ibu, ayah dan kedua mertua mu saja? Atau kalian memang benar-benar sudah hidup bahagia?"
DEG
Diam-diam Gabriela menggenggam erat stir mobilnya setelah mendengar pertanyaan yang keluar dari dalam mulut ibunya, "Apakah ibu tahu yang sebenarnya tentang hubungan ku dengan Aris? Tapi jika iya, darimana ibu mengetahuinya sedangkan aku sudah berpesan pada Bi Elis untuk tidak mengatakan pada siapapun jika aku tidak memperlakukan Aris sebagai seorang suami." Pikir Gabriela.
"Tapi jika tidak diberitahu siapa-siapa kenapa ibu tiba-tiba bisa bertanya seperti itu, jika aku dan Aris terlihat bahagia bukankah mereka termasuk ibu sendiri seharusnya senang tapi kenapa ibu justru menanyakannya, bukankah mereka semua termasuk ibu ingin aku dan Aris hidup bahagia?"
"La..."
Wanita itu mengerjap ketika mendengarkan suara ibunya, "Ya?"
"Apa kau benar-benar bahagia hidup bersama Aris selama tiga tahun ini?"
"Apa maksud ibu dan kenapa tiba-tiba berkata seperti itu?"
Sarah mengangkat kedua bahunya cepat lalu mengalihkan pandangannya ke jalanan yang ada didepannya, "Dulu ibu pernah berpikir bahwa kalian hanya berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa di depan semua orang padahal kehidupan aslinya tidak seperti itu."
"Apa yang membuat ibu tiba-tiba berpikir seperti itu."
"La, kalian kan menikah karena dijodohkan dan saat itu kau juga sangat menolak keputusan ayah mu yang mengharuskan diri mu untuk menikah dengan Aris. Ibu pikir kau masih akan tetap membenci Aris, karena datangnya Aris menjadi salah satu penyebab kandasnya hubungan mu dengan Rendi."
"Ibu dan ayah sempat curiga karena seminggu setelah menikah kalian terlihat harmonis dan baik-baik saja, pada kenyataannya kami tahu kalian menikah dengan cara yang mungkin kau anggap adalah menikah dengan cara yang tidak baik, karena kau menikah karena terpaksa."
DEG
Ahhh
Jadi sekentara itu ternyata sampai ibunya sendiri pun menyadari bahwa Gabriela dan Aris memang hanya berpura-pura terlihat bahagia ketika didepan mereka.
Lalu apakah selama ini mereka juga pura-pura percaya dengan kemesraan yang ditunjukkan oleh Gabriela dan Aris?
Untuk apa mereka melakukannya, apalagi jika bukan untuk membuat semuanya terlihat baik-baik saja?
"Bukannya ibu tidak senang, ibu justru sangat senang jika kalian bisa saling menerima satu sama lain dalam waktu secepat itu."
"Ayah dan ibu takut kau tidak akan pernah bisa menerima Aris sebagai suami mu La, karna ayah dan ibu juga tahu kau sangat mencintai Rendi saat itu."
Ketika sang ibu menyebut nama mantan kekasihnya Gabriela langsung menolehkan kepalanya.
Satu fakta yang baru Gabriela ketahui jika ternyata mereka tahu bahwa Gabriela sangat mencintai Aris.
"Jika ayah dan ibu tahu aku mencintai Rendi, lalu kenapa kalian tetap menjodohkan aku dengan Aris?! Bukankah kalian ingin melihat aku bahagia, lalu kenapa kalian tetap memisahkan aku dengan Rendi. Kalian tahu bahwa kebahagiaan ku adalah bersama Rendi."
"Jadi selama ini kau belum bahagia hidup bersama Aris dan kebahagiaan yang kalian tunjukkan selama ini hanyalah palsu?"
DEG
DEG
Jantung Gabriela berpacu kencang ketika sang ibu memojokkannya dengan sebuah pertanyaan yang mungkin tidak dapat dijawab oleh Gabriela.
Sarah tersenyum, "Tapi semua itu tidak benar bukan? Kenyataannya kau dan Aris mau memberi kami seorang cucu, itu artinya kalian benar-benar saling mencintai kan?"
Gabriela tidak menjawab, ia lebih memilih untuk memperhatikan jalanan yang ada didepannya.
Pikirannya jauh melayang kemana-mana.
"Apakah aku harus mengatakan yang sesungguhnya pada ibu bahwa selama ini aku hanya berpura-pura mencintai Aris? Tapi bagaimana jika ibu marah dan mengadukannya pada ayah. Ibu mungkin masih bisa memakluminya tetapi apakah ayah bisa?" Wanita itu sibuk memikirkan sesuatu yang tengah berkecamuk di kepalanya, "Apakah aku harus berkata jujur."